Home / Romansa / Dream Boy (Indonesia) / Chapter 2: Perkenalan Bagian 1

Share

Chapter 2: Perkenalan Bagian 1

Author: Miss Cherrii
last update Last Updated: 2020-09-07 00:47:18

   Rose POV Bagian 2

  “Jaga diri baik-baik, sayang” pesan ibuku saat mobil kesayangan milik ayah sudah sampai di depan gedung sekolah.

  “Pasti, Rose sayang ayah dan ibu”

  “Ayah bakal kangen banget sama princessnya ayah” ucap ayah dengan mimik wajah sengaja mengerut sedih.

  “Hahaha, Rose akan hubungi kalian setiap hari” ucapku lalu mengecup pipi kedua orangtuaku.

   Aku melambaikan tangan pada mobil kedua orangtuaku yang melaju semakin jauh dari pandanganku, mereka tidak langsung pulang tapi seperti yang kalian tahu mereka mengantar barang-barangku ke asrama. Rumahku memang masih satu kota dengan sekolah tapi perjalanan dari rumah ke sekolah membutuhkan waktu satu jam.

   Akhirnya ayah menerima keputusanku untuk tinggal di asrama sekolah, bukan karena aku ingin membangkang tapi aku tidak tega meminta ayahku yang super sibuk mengantarkan aku ke sekolah setiap hari. Di asrama aku bisa mendapatkan banyak teman dan juga belajar hidup mandiri.

  “ROSE!” teriak seorang gadis dari arah belakang.

   Bukk.. gadis itu memelukku erat sekali. Aku sudah sangat kenal dengan pelukan sahabatku ini.

  “Aku kangen banget sama kamu Rose” pekik Victoria.

   Kenalkan Venus Victoria, sahabatku dengan segala kemewahan dan ketenaran yang ada padanya. Vic adalah anak tunggal dari mantan model dunia fashion bernama Eva Jenneth, beliau seorang model berkebangsaan Amerika Latin. Setelah mama Vic menikah dengan seorang sutradara perfilman Hollywood, mereka mendirikan sebuah perusahaan yang menaungi artis, model dan penyanyi terkenal masa kini. Oh ya, kebanyakan artis dari Jenneth Label menggunakan busana rancangan milik mama Nicky loh.

   Vic memiliki postur tubuh hampir mirip dengan mamanya yang tinggi bak seorang model. Rambutnya pirang pucat dengan warna mata biru langit yang sangat cerah. Aku beritahu, Vic sangat populer di sekolah karena selain dia murid biasa, Vic juga seorang model fashion remaja.

  “Kamu nyariin siapa?” tanyaku saat melihat Vic celingukan mencari sesuatu.

  “Pangeranku, udah datang belum Rose?”

   “Ahaha, dia sudah datang Vic”

   “Cepet Rose kita cari dimana pangeranku. Aku khawatir dia dikerubuti semut” ucapnya sambil menarik tanganku.

   Aku tertawa mendengar celotehan aneh dari mulut Vic, dia memang perempuan paling cerewet dan bawel disaat yang sama.

   “Ahahaha” tawa seorang gadis menghentikan langkah kami saat baru saja memasuki gerbang sekolah.

   Di seberang taman terdapat seorang gadis berambut oranye cerah dengan mata abu-abu sedang dikelilingi oleh beberapa murid laki-laki. Mereka membawakan tas dan buku gadis itu dengan senang hati, sedang gadis cantik disana melayani murid lainnya yang meminta tanda tangannya.

  “Well, well. masih pagi sudah dikerubutin aja sama fans” celoteh Vic membuat gadis itu menoleh.

  “Rose! Vic!” teriaknya kencang.

   Shella berlari meninggalkan gerombolan lelaki tadi dan memeluk kami erat.

  “Aduuh, kamu kemana aja Rose sebulan ini? Gak ada kabar sama sekali dari kamu, aku sedih tahu nggak!” protesnya manja.

  “Haha, aku kan sudah bilang pada kalian kalau aku akan menghabiskan liburanku dengan keluarga. Jadi aku menonaktifkan ponselku” jelasku padanya.

  “N-Nona cantik” panggil seorang lelaki dari gerombolan tadi.

  “Aah iya. Terimakasih ya sudah repot-repot bawain tas dan bukuku. Muach” Shella memberikan kiss bye pada lelaki penggemarnya tadi.

  Waa.. waaa.. teriak mereka bersahutan dari kejauhan, Shella memang pandai memberikan semangat pagi pada gerombolan penggemar setianya.

  Shella Quinn juga salah satu sahabatku di sekolah elit tempatku belajar. Shella adalah artis muda berbakat di negeri ini dan sudah meniti karirnya di Hollywood sebagai artis Disney sejak ia masih Sekolah Dasar. Orangtua Vic lah yang menauingi Shella hingga ia sukses seperti sekarang ini, tak heran jika Vic dan Shella bagai saudara kandung. Orangtua Shella sudah bercerai, kini ia tinggal bersama mamanya yang berprofesi sebagai Entrepeneur handal.

   Kini kegiatan Shella tetap padat seperti biasanya yaitu bermain peran di depan layar televisi sepulang sekolah dan memiliki jadwal penuh kejar tayang saat liburan. Di layar kaca yang ia lakoni sekarang ini, Shella berperan sebagai  anak ABG yang sedang bingung oleh benih-benih cinta di hatinya. Ia memainkan perannya dengan baik bahkan rating dramanya meroket naik, hingga membuat artis-artis baru di dalam dramanya ikut naik daun.

  “Gimana kerjaan kamu? Lancar sama artis baru itu?” tanya Vic.

  “Yaah begitulah, artis baru disandingkan sama aku. Jadi gugup kan dia” jawab Shella agak kesal.

  “Oh ya Vic, hari Sabtu depan aku ada acara makan sama kru tivi. Kamu ikut ya temani aku”

  “Dih, ogah! Pasti si om genit itu mau deketin aku ih” tolak Vic dengan mimik wajah ketakutan.

   Shella sudah tahu siapa yang dibicarakan oleh Vic, orang itu adalah sutradara dari drama Shella sekarang. Pria bertubuh gemuk itu memang sedang berusaha mendekati perusahaan milik keluarga Vic.

  “Pangeran kamu diundang, emang kamu gak mau lihat dia jadi tamu?” ucap Shella enteng, dia tahu kelemahan Vic.

  “WHAT?” teriak Vic kaget.

  “Kamu gak tau?”

   Aku hampir tertawa selepas melihat wajah kaget milik Vic, terlihat sekali dia tidak tahu soal kedatangan pangeran kesayangannya.

  “Rose, kamu tahu soal ini?” tanya Vic melolot padaku.

  “Iya, semalam dia menelponku untuk menemaninya ke pesta itu. Tapi aku tidak ingin datang jadi aku memintanya mengajak Vic saja” jawabku halus, aku berusaha tidak menyinggung perasaan Vic. Bukan karena tidak mau, akan tetapi api aku minder datang ke tempat mewah seperti itu.

  “Aah, frustasi. Pangeranku, kenapa kamu gak ngajak aku aja sih?” teriak Vic, ia memencet-mencet beberapa tombol pada ponselnya tapi entah ia kirimkan pada siapa.

  “Mama antar makan siang kamu ya sayang”

   Kami bertiga dikejutkan oleh suara melengking dari seorang wanita berumur, kalimat barusan berasal dari suara melengking di depan gerbang ekolah, seorang wanita cantik dengan gaya rambut sanggul sedang membetulkan letak dasi pada putranya. Seorang pria renta di samping mereka memegang payung untuk ibu dan anak itu.

  “Tidak perlu ma, Nico kan dapat jatah makan siang dari kantin sekolah. Mama lupa ya?” tanya lelaki itu manja.

  “Eh iya, hahaha, Ya sudah, jaga diri ya sayang. Jangan lupa pakai lip balm tiap satu jam sekali biar bibir kamu tidak kering” pesan mamanya sebelum mencium pipi anak lelakinya.

  “Mama sayang Nico”

  “Nico juga sayang mama. Bye mama” Nico melambaikan tangannya pada mobil yang melaju makin jauh.

  Nicolas Alexander, dia adalah teman sekelas kami yang paling jago memakai 7 bahasa diantaranya bahasa Inggris, Indonesia, Jepang, Cina, Perancis, Italia dan Thailand. Aku dengar dia sedang belajar bahasa Korea saat ini. Nicolas memiliki tinggi badan hampir sama dengan Nicky yaitu 174cm. Rambut Nicolas mirip dengan warna rambut mamanya, honey brown.

   Nicolas adalah putra keenam dari enam bersaudara. Semua kakaknya perempuan jadi ketika Nicolas lahir, orangtuanya sangat gembira dan begitu menyayanginya. Bisa dikatakan bahwa mereka lumayan overprotektif, mama Nicolas tidak akan sanggup melihat luka gores sedikit saja pada tubuh maupun wajah putranya.

   “Selamat pagi, Rose” sapa Nico tegas saat mendekati kami.

   “Pagi Nico” sahutku

   “Yee, cuma Rose doang ini yang di sapa? Kamu gak lihat ada tiga orang disini?” tanya Shella sewot.

   “Rose, kayaknya ada suara-suara aneh disini. Kamu gak takut?” tanya Nicolas tak sengaja kembali menaikkan nada cemprengnya.

   “Sialan, dasar anak bencong” umpat Vic kesal.

   “Kamu datang sendiri? Tumben nggak bareng Frans?” tanyaku pelan.

   “Iya, cantik. Mama lagi ingin mengantarku sampai sekolah untuk seminggu ini, kamu tahu kan mama nggak suka aku kena masuk angin kalau naik motor”

   “Well, suara cempreng khas bencong ini mendadak hilang kalau di dekat Rose” bisik Vic pelan pada Shella.

   “Aku denger ya”  Nicolas menatap tajam pada Vic dan Shella yang sedang tertawa cekikikan.

   Bruum.. brumm..

   Dua motor bermerk CBR berwarna putih dan merah datang memasuki halaman sekolah, kedatangan mereka disambut oleh teriakan kencang gadis-gadis muda di sepanjang sekolah hingga parkir motor. Kedua lelaki itu melepaskan helmnya, dan bisa dikatakan bahwa aku pun terpana melihatnya.

   “Akhirnya duo charming sudah datang” ucap Nico “Yuk Rose kita samperin mereka”

   Tangan Nicolas menggandengku lalu tanpa basa basi ia menarikku mendekat ke tempat dua lelaki charming tadi.

   “Eh bencong, tungguin! Main tarik-tarik Rose aja!” teriak Shella dan Vic bersamaan.

   Mereka berjalan cepat mengikuti langkah Nicolas. Sejujurnya jantungku berdetak sangat kencang saat ini, setelah libur semester aku tidak bertemu dengannya namun kini aku akan berbicara lagi empat mata.

Related chapters

  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 3: Perkenalan Bagian 2

    “Nico” panggilku pelan. “Ya?” “Apa tidak sebaiknya kita langsung masuk kelas saja?” saranku pelan saat kami hampir sampai di parkiran motor. “Kamu mau ke kelas aja? Ayo deh balik!” Nicolas berbalik arah menuju kelas kami. “Nico!” sapaan dari suara lembut ini menghentikan langkah Nicolas. Seseorang berjalan dari arah parkiran sekolah mendekati kami, senyumnya mengembang sempurna saat melihatku. Jujur saja aku tidak bisa memutuskan harus tersenyum atau tetap memasang wajah tegang seperti ini. Senyumnya sungguh melelehan hatiku. “Pagi Rose” sapanya hangat. “Selamat pagi, Daniel” jawabku tersipu malu. Namanya Daniel Carter, dia adalah anak tunggal dari pemilik Carter’s Hospital. Ayahnya pemimpin tertinggi di rumah sakit, tentu saja Daniel sudah di gadang menjadi pewaris sejati usaha keluarganya. Daniel memiliki penampilan yang sangat menawan, mata biru tua lembut dengan rambut putih keabu-abuan penampilan yang sangat mirip dengan ayahnya. Daniel memiliki sifat ya

    Last Updated : 2020-09-07
  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 4: Perkenalan 3

    “Selamat pagi” sapanya ramah. “Pagi Robbin” jawabku pelan. “Robbin, aduuh aku kangen berat sama kamu” Shella memeluk tubuh Robbin erat. “Bagaimana kabar kalian?” tanya Robbin menahan sakit akibat pelukan maut Shella. “Aku dan lainnya baik-baik saja, kamu bagaimana?” tanyaku ganti. Sebenarnya aku duduk sebangku dengan Vic lalu Robbin dan Shella duduk di belakang kami. Jika dilihat-lihat tempatku sangat dekat dengan Daniel, sedari awal masuk SMP letak duduk kami tidak pernah berubah karena inilah posisi ternyaman bagi kami. Ku lirik sebelahku terdapat Daniel sedang asyik ngobrol dan bercanda dengan Sam dan Leo. Sedangkan Nicky, dia masih tersiksa dengan ulah manja Vic. “Seperti yang sudah aku infokan pada kalian, aku berhasil meraih juara pertama dari lomba Sains dengan murid dari Amsterdam” jawabnya santai. “Waah hebat, jadi selama liburan lalu kamu..” Shella tidak melanjutkan ucapannya. “Aku tidak sendiri. Mrs Caroline memasangkan aku dengan Frans” “Setiap

    Last Updated : 2020-09-08
  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 5: Black Devil

    “Huh, ..!! Mareka lagi, wajah-wajah paling menjijikkan yang pernah ku temui!”Brakk,.. salah seorang dari mereka menendang meja tempat Daniel duduk.Kyaaa… kyaaaa… teriakan ketakutan para gadis di kelas makin membuat suasana makin mencekam.“Hei, hei Ben, bisa sopan sedikit nggak sih? Baru datang sudah bikin ribut!” kata Nicky kesal.“Diam kau, pecundang! Urus saja penyihir di depanmu itu!” kata salah seorang yang memiliki badan paling besar dari mereka sambil memandang jijik pada kelakuan Vic yang masih duduk di pangkuan Nicky.“Vic, kamu sini” Shella akhirnya menarik tangan Vic pelan agar menjauh dari Nicky, kami sangat paham karena mereka akan berkelahi lagi.“Kalian yang seharusnya lebih sopan, apa kalian tidak sadar ini masih hari pertama masuk sekolah?” ujar Franklin kesal. Seseorang yang memiliki badan lebih besar tadi menarik kerah baju Franklin dan memberinya tatapan marah.“Aku gak butuh nasehat kamu, kutu busuk!” ujarnya. “Mavin, cepat lepaskan dia” sergah Leo menarik ta

    Last Updated : 2020-09-08
  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 6: Orientasi Siswa Bagian 1

    Pagi ini sangat cerah, beberapa awan nampak bergumul indah menghiasi birunya langit. Suasana sekolah yang harusnya tenang mendadak ramai karena hari ini masa orientasi siswa baru. Beberapa anak dengan seragam sekolah lama masih berkeliaran melihat-lihat isi sekolah baru mereka. Frans selaku ketua OSIS terlihat sangat sibuk memberikan arahan pada anggota OSIS lainnya. Ia berjalan kesana kemari sebelum upacara sambutan Ketua Umum sekolah ini berlangsung. “Frans, acara akan segera dimulai” kata seorang anggotanya. “Rose, arahkan para murid baru untuk segera berkumpul” pinta Frans. “Baiklah” Rose kebagian menjadi petugas kesehata bersama Vic berada di garda terdepan. Rose segera naik ke atas panggung di tengah lapangan untuk memberikan perintah sedangkan rekan OSIS lainnya terlihat kerepotan untuk menyiapkan acara berikutnya. Hampir semua murid baru sudah berkumpul di lapangan, beberapa lagi masih sibuk dengan urusan masing-masing. “Cih, merepotkan” ujar seorang murid bar

    Last Updated : 2020-09-13
  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 7: Orientasi Siswa Bagian 2

    “Dimana cucu kesayanganku?” tanya Phantom ketika memasuki markas Black Devil. “Kakek, bisa tidak kalau masuk ke tempat orang sopan dikit. Lagian dia sedang ikut acara orientasi sekarang” kata Danny protes. “Danny, bawa dia kesini sekarang juga! Kakek sudah kangen berat. Lagipula kenapa kalian berdua santai disini, bukannya menjaga dia dengan benar?” kata Phantom murka. “Kakek tenanglah, apa kata pihak sekolah nanti kalau dia meninggalkan acara sekolah? Baru sehari disini sudah melanggar peraturan” ujar Ben menenangkan. “Ku dengar kalian meninggalkan dia dan berangkat sekolah sendiri. Sungguh keterlaluan sekali kalian ini, Danny, Ben!” bentak Phantom marah. Zavier, Mavin, Robert dan Albert hanya bengong melihat amarah Phantom yang mulai berkobar, lagipula mereka sama sekali belum bertemu dengan adik Danny dan Ben yang membuat geger seluruh sekolah. Bagaimana tidak, dengan kehadiran Danny dan Ben saja sudah membuat ketakutan para murid dan sekarang anak setan yang tera

    Last Updated : 2020-09-14
  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 8: Geng Angels

    Bel masuk akhirnya berbunyi, semua siswa baru berbaris rapi di dalam aula sekolah. Tak terkecuali Jes dan Gwen, beberapa anak sempat bertanya-tanya dengan apa yang akan mereka lakukan di dalam aula ini. “Selamat siang, semuanya. Perkenalkan nama saya Jasmine Swan, kalian bisa panggil miss Jasmine” ucap seorang guru cantik dengan baju senam yang terlihat ketat dan seksi dari atas podium aula. “Hari ini saya akan menjelaskan sedikit tentang kegiatan yang akan diikuti selama kalian belajar disini, tidak hanya ekstrakurikuler yang harus kalian ikuti tapi ada beberapa kegiatan seperti peringatan hari Valentine, Dance Party atau pesta lain yang rutin diadakan oleh sekolah” ujarnya menjelaskan panjang lebar. “Waaaaaahhhh” teriak para siswa baru, mereka tidak menyangka sekolah mengadakan hal menyenangkan untuk siswanya. “Untuk itu kalian harus rutin mengikuti kegiatan di setiap hari Jumat sore untuk latihan dansa, cara berjalan, cara menghormati partner dansa dan lomba-lomba yang a

    Last Updated : 2020-09-14
  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 9: Pertemuan

    “Menjengkelkan, dasar gadis kurang ajar. Mentang-mentang cantik, berani sekali dia menolak ajakan kita” ucap Vic bersungut-sungut saat mereka berada di dalam ruang keperluan dansa. “Kan tadi sudah ku bilang, tidak semua gadis mau bergabung dengan geng kita. Kalian tidak mendengarkan aku” bantah Robbin, tangannya mengambil beberapa sepatu high heels dari rak sepatu. “Sebenarnya aku tidak keberatan kalau kita menambah anggota lagi. Ini bisa jadi pelajaran untuk kita, lain kali kita lebih sopan saat mengajak anggota baru” ujar Rose pelan. “Hah, kita sudah berbaik hati mau mengajaknya bergabung dengan kita, Rose. Anak kurang ajar itu saja yang tidak tahu berterima kasih” bantaj Shella. “Lagi pula aku sudah nyaman hanya kita berempat saja, tidak perlu menambah anggota lagi karena aku yakin mereka tidak akan bertahan dengan perilaku kalian” ujar Robbin. “Kau ini teman siapa sih?” ujar Vic kesal, Robbin mengangkat bahunya cuek. “Hahaha, sudah sudah. Ayo kita kembali ke aula,

    Last Updated : 2020-09-14
  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 10: Jessica Phantom

    Jes melihat-lihat isi sekolah yang kelewatan luas ini. Ia berkali-kali mengitari bagian belakang sekolah tapi tidak menemukan apa yang ia cari, Jes duduk di bangku taman jauh dari gedung kelas. Sedetik kemudian ponselnya berdering, ada nama yang sangat ia kenal tertera disana. “Halo” kata Jes pelan. “Kau dimana?” tanya seorang lelaki bersuara berat dari seberang telepon. “Aku di taman” jawab Jes singkat. “Cepatlah kemari, aku memintanya menjemputmu” kata lelaki itu. “Baiklah, aku sudah bertemu dengannya” jawab Jes saat melihat seorang lelaki bertubuh kekar berdiri dan bersandar di gedung samping taman. Lelaki bertubuh kekar itu memberikan isyarat pada Jes untuk mengikutinya, Jes hanya mengangguk dan berjalan mengikuti langkah lelaki tegap itu. Tiba di depan tempat yang dia maksud, lelaki itu membukakan pintu untuk Jes. “Masuklah, mereka sudah lama menunggumu” ucap lelaki berwajah tampan tapi menyeramkan itu. Saat Jes masuk dalam tempat paling di takuti oleh muri

    Last Updated : 2020-09-14

Latest chapter

  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 13: Kue Mematikan

    Senin pagi yang cerah, hawa sejuk terasa sangat nyaman di seluruh kulit dan tubuh Rose. Baginya ini adalah pagi yang indah seperti biasanya, tidak ada kesukaran, tidak ada kebimbangan, semua hal menjadi indah di mata cantiknya. "Selamat pagi, kamu" ucap Rose pelan sambil menatap foto seorang lelaki tampan di meja belajarnya. Ucapan selamat pagi yang selalu ia sampaikan pada seseorang yang jauh disana tanpa disadari oleh sang pujaan hati, melihat wajah dan senyumnya saja sudah cukup bagi Rose. "Uuugh.." erang Vic yang tidur di bednya, hari sudah pagi tapi Vic masih setia memejamkan matanya. Biasanya, Rose yang bangun paling pagi lalu pergi ke kamar mandi lebih dulu lalu dia akan bersiap-siap memakai seragam sekolah dan membangunkan sahabat sekaligus rekan sekamarnya. "Vic, ayo bangun. Nanti kamu terlambat loh" ucap Rose sambil membetulkan dasi pita di kerah bajunya.

  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 12: Tradisi Persahabatan

    Di hari sabtu yang cerah, Rose berkali-kali melihat di depan cermin di kamarnya, gadis cantik itu tak henti membetulkan pakaian berenda khas remaja yang ia kenakan. Sedangkan Vic yang berada di atas tempat tidur yang sedari tadi terlihat sibuk melihat ponselnya kini mulai penasaran dengan tingkah Rose, matanya melihat ke arah sahabat baiknya itu. “Rose, kamu mau kemana dari padi aku perhatikan kamu dandan melulu?” tanya Vic penasaran. “Leo dan Nico memintaku untuk menemani mereka melihat kafe di cabang baru milik ayahnya Steven” jawab Rose. “Oh ya? Tumben kamu menerima ajakan mereka? Biasanya kamu kan tidak mau jalan kalau bukan dengan Daniel” tanya Vic memojokkan Rose, sebenarnya Vic hanya berniat menggoda Rose saja. “Aah iya, sekali-kali aku juga ingin pergi dengan yang lain. Temanku kan bukan hanya Daniel saja” kata Rose bohong, sebenarnya ia juga tidak enak dengan yang lain karena hanya mau jalan dengan Daniel sang lelaki pujaan saja. Ting.. Satu pesan masuk ke da

  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 11: Pentas Dream Boy

    Suasana sekolah siang ini begitu riuh, sekolah yang harusnya bubar sejak satu jam yang lalu kini disulap menjadi tempat pentas untuk menghibur para siswanya. Kebanyakan mereka tidak langsung pulang melainkan melihat pertunjukan band favorit mereka, riuh suara siswa dari kelas satu hingga kelas tiga terdengar memanggil-manggil nama anggota Dream Boy. “Dream Boy! Dream Boy! Dream Boy!” teriak mereka makin riuh. “Halo semuanya, selamat siang. Untuk memeriahkan acara orientasi siswa tadi pagi, maka kami akan mempersembahkan penampilan dari anggota band paling bersinar, Dream Boy” teriak sang MC memanggil anggota band. “Are you ready guys?” tanya Daniel sang vokalis utama di belakang panggung. “Yeah, always be” jawab Steven, Franklin, Nicolas dan Leo bersamaan. “Rose, kalian sudah siap?” tanya Frans meyakinkan. “Iya, kami selalu siap mendampingi kalian” jawab Rose mantap dan di setuji oleh anggukan Vic, Shella dan Robbin juga rekan tim kesehatan lainnya. “Rose, aku akan

  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 10: Jessica Phantom

    Jes melihat-lihat isi sekolah yang kelewatan luas ini. Ia berkali-kali mengitari bagian belakang sekolah tapi tidak menemukan apa yang ia cari, Jes duduk di bangku taman jauh dari gedung kelas. Sedetik kemudian ponselnya berdering, ada nama yang sangat ia kenal tertera disana. “Halo” kata Jes pelan. “Kau dimana?” tanya seorang lelaki bersuara berat dari seberang telepon. “Aku di taman” jawab Jes singkat. “Cepatlah kemari, aku memintanya menjemputmu” kata lelaki itu. “Baiklah, aku sudah bertemu dengannya” jawab Jes saat melihat seorang lelaki bertubuh kekar berdiri dan bersandar di gedung samping taman. Lelaki bertubuh kekar itu memberikan isyarat pada Jes untuk mengikutinya, Jes hanya mengangguk dan berjalan mengikuti langkah lelaki tegap itu. Tiba di depan tempat yang dia maksud, lelaki itu membukakan pintu untuk Jes. “Masuklah, mereka sudah lama menunggumu” ucap lelaki berwajah tampan tapi menyeramkan itu. Saat Jes masuk dalam tempat paling di takuti oleh muri

  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 9: Pertemuan

    “Menjengkelkan, dasar gadis kurang ajar. Mentang-mentang cantik, berani sekali dia menolak ajakan kita” ucap Vic bersungut-sungut saat mereka berada di dalam ruang keperluan dansa. “Kan tadi sudah ku bilang, tidak semua gadis mau bergabung dengan geng kita. Kalian tidak mendengarkan aku” bantah Robbin, tangannya mengambil beberapa sepatu high heels dari rak sepatu. “Sebenarnya aku tidak keberatan kalau kita menambah anggota lagi. Ini bisa jadi pelajaran untuk kita, lain kali kita lebih sopan saat mengajak anggota baru” ujar Rose pelan. “Hah, kita sudah berbaik hati mau mengajaknya bergabung dengan kita, Rose. Anak kurang ajar itu saja yang tidak tahu berterima kasih” bantaj Shella. “Lagi pula aku sudah nyaman hanya kita berempat saja, tidak perlu menambah anggota lagi karena aku yakin mereka tidak akan bertahan dengan perilaku kalian” ujar Robbin. “Kau ini teman siapa sih?” ujar Vic kesal, Robbin mengangkat bahunya cuek. “Hahaha, sudah sudah. Ayo kita kembali ke aula,

  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 8: Geng Angels

    Bel masuk akhirnya berbunyi, semua siswa baru berbaris rapi di dalam aula sekolah. Tak terkecuali Jes dan Gwen, beberapa anak sempat bertanya-tanya dengan apa yang akan mereka lakukan di dalam aula ini. “Selamat siang, semuanya. Perkenalkan nama saya Jasmine Swan, kalian bisa panggil miss Jasmine” ucap seorang guru cantik dengan baju senam yang terlihat ketat dan seksi dari atas podium aula. “Hari ini saya akan menjelaskan sedikit tentang kegiatan yang akan diikuti selama kalian belajar disini, tidak hanya ekstrakurikuler yang harus kalian ikuti tapi ada beberapa kegiatan seperti peringatan hari Valentine, Dance Party atau pesta lain yang rutin diadakan oleh sekolah” ujarnya menjelaskan panjang lebar. “Waaaaaahhhh” teriak para siswa baru, mereka tidak menyangka sekolah mengadakan hal menyenangkan untuk siswanya. “Untuk itu kalian harus rutin mengikuti kegiatan di setiap hari Jumat sore untuk latihan dansa, cara berjalan, cara menghormati partner dansa dan lomba-lomba yang a

  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 7: Orientasi Siswa Bagian 2

    “Dimana cucu kesayanganku?” tanya Phantom ketika memasuki markas Black Devil. “Kakek, bisa tidak kalau masuk ke tempat orang sopan dikit. Lagian dia sedang ikut acara orientasi sekarang” kata Danny protes. “Danny, bawa dia kesini sekarang juga! Kakek sudah kangen berat. Lagipula kenapa kalian berdua santai disini, bukannya menjaga dia dengan benar?” kata Phantom murka. “Kakek tenanglah, apa kata pihak sekolah nanti kalau dia meninggalkan acara sekolah? Baru sehari disini sudah melanggar peraturan” ujar Ben menenangkan. “Ku dengar kalian meninggalkan dia dan berangkat sekolah sendiri. Sungguh keterlaluan sekali kalian ini, Danny, Ben!” bentak Phantom marah. Zavier, Mavin, Robert dan Albert hanya bengong melihat amarah Phantom yang mulai berkobar, lagipula mereka sama sekali belum bertemu dengan adik Danny dan Ben yang membuat geger seluruh sekolah. Bagaimana tidak, dengan kehadiran Danny dan Ben saja sudah membuat ketakutan para murid dan sekarang anak setan yang tera

  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 6: Orientasi Siswa Bagian 1

    Pagi ini sangat cerah, beberapa awan nampak bergumul indah menghiasi birunya langit. Suasana sekolah yang harusnya tenang mendadak ramai karena hari ini masa orientasi siswa baru. Beberapa anak dengan seragam sekolah lama masih berkeliaran melihat-lihat isi sekolah baru mereka. Frans selaku ketua OSIS terlihat sangat sibuk memberikan arahan pada anggota OSIS lainnya. Ia berjalan kesana kemari sebelum upacara sambutan Ketua Umum sekolah ini berlangsung. “Frans, acara akan segera dimulai” kata seorang anggotanya. “Rose, arahkan para murid baru untuk segera berkumpul” pinta Frans. “Baiklah” Rose kebagian menjadi petugas kesehata bersama Vic berada di garda terdepan. Rose segera naik ke atas panggung di tengah lapangan untuk memberikan perintah sedangkan rekan OSIS lainnya terlihat kerepotan untuk menyiapkan acara berikutnya. Hampir semua murid baru sudah berkumpul di lapangan, beberapa lagi masih sibuk dengan urusan masing-masing. “Cih, merepotkan” ujar seorang murid bar

  • Dream Boy (Indonesia)   Chapter 5: Black Devil

    “Huh, ..!! Mareka lagi, wajah-wajah paling menjijikkan yang pernah ku temui!”Brakk,.. salah seorang dari mereka menendang meja tempat Daniel duduk.Kyaaa… kyaaaa… teriakan ketakutan para gadis di kelas makin membuat suasana makin mencekam.“Hei, hei Ben, bisa sopan sedikit nggak sih? Baru datang sudah bikin ribut!” kata Nicky kesal.“Diam kau, pecundang! Urus saja penyihir di depanmu itu!” kata salah seorang yang memiliki badan paling besar dari mereka sambil memandang jijik pada kelakuan Vic yang masih duduk di pangkuan Nicky.“Vic, kamu sini” Shella akhirnya menarik tangan Vic pelan agar menjauh dari Nicky, kami sangat paham karena mereka akan berkelahi lagi.“Kalian yang seharusnya lebih sopan, apa kalian tidak sadar ini masih hari pertama masuk sekolah?” ujar Franklin kesal. Seseorang yang memiliki badan lebih besar tadi menarik kerah baju Franklin dan memberinya tatapan marah.“Aku gak butuh nasehat kamu, kutu busuk!” ujarnya. “Mavin, cepat lepaskan dia” sergah Leo menarik ta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status