“Selamat pagi” sapanya ramah.
“Pagi Robbin” jawabku pelan.
“Robbin, aduuh aku kangen berat sama kamu” Shella memeluk tubuh Robbin erat.
“Bagaimana kabar kalian?” tanya Robbin menahan sakit akibat pelukan maut Shella.
“Aku dan lainnya baik-baik saja, kamu bagaimana?” tanyaku ganti.
Sebenarnya aku duduk sebangku dengan Vic lalu Robbin dan Shella duduk di belakang kami. Jika dilihat-lihat tempatku sangat dekat dengan Daniel, sedari awal masuk SMP letak duduk kami tidak pernah berubah karena inilah posisi ternyaman bagi kami.
Ku lirik sebelahku terdapat Daniel sedang asyik ngobrol dan bercanda dengan Sam dan Leo. Sedangkan Nicky, dia masih tersiksa dengan ulah manja Vic.
“Seperti yang sudah aku infokan pada kalian, aku berhasil meraih juara pertama dari lomba Sains dengan murid dari Amsterdam” jawabnya santai.
“Waah hebat, jadi selama liburan lalu kamu..” Shella tidak melanjutkan ucapannya.
“Aku tidak sendiri. Mrs Caroline memasangkan aku dengan Frans”
“Setiap lomba pasti kamu dan Frans yang jadi perwakilan, apa kamu nggak capek?” tanya Vic ngawur.
“Udah sono geng kamu udah datang semua tuh, cepet berdiri” pinta Nicky kewalahan.
“Uluu.. uluu, kamu kok malu-malu gini sih pangeraaan” Vic kembali menggoda Nicky.
“Aku sangat senang berpartisipasi untuk menambah koleksi piala di aula sekolah” kata Robbin bangga.
“Kamu hebat Robbin, disaat yang lain sedang berlibur kamu malah belajar. Ini sangat mengagumkan” ucapku memujinya.
“Aku yakin cita-citamu akan tercapai” ucapku lagi.
Robbin tersipu malu saat aku memujinya, sudah jadi kebiasaannya ketika ada yang memuji pasti dia akan merendah. Oh ya, sahabatku ini namanya Robbin Aleraa. Dia memiliki postur badan lebih tinggi dari kami bertiga, warna rambut hitam pekat pendek sebahu dan mata tajam biru bersemu hijau, sangat indah menurutku.
Di dalam geng kami, Robbin adalah member paling cerdas kalau soal matematika dan fisika, tapi dia sedikit pendiam. Robbin mengikuti ekstrakulikuler Sains bersama Frans dan aku. Kami sangat kompak saat mengikuti kegiatan di club.
Kyaaa… kyaaa..
Terdengar suara teriakan kencang dari arah kelas-kelas di sebelah, kami yang sudah tahu siapa biangnya hanya bisa menghela napas panjang. Pasti duo badut lagi godain para gadis di sekolah.
“Hai.. haii, Good morning”
Sapaan lantang dari duo badut menggema di kelas kami, kedua orang itu memakai kaca mata hitam layaknya seorang artis saja. Beberapa anak perempuan tertawa dengan tingkah konyol duo badut ini saat masuk kelas, satunya jungkir balik satunya lagi menari-nari.
“Hello, ladies” ucap salah seorang dari mereka menarik tangan kananku.
“Selamat pagi, Steven” sapaku ramah.
“Oh, Rose. Kamu makin canti-.. auu.. auu.. Daniel” pekiknya saat hampir mencium tanganku.
Daniel menjewer telinga Steven hingga si empunya terlihat sangat kesakitan, sedang teman di belakangnya malah tertawa lepas sama seperti teman sekelas lainnya, lagi-lagi kecuali Sam.
“Aauu,.. sakit,.. Daniel.. bro.. bro sakit beneran ini, gak bohong aku”
“Sebentar lagi bel akan berbunyi, sebaiknya kamu segera duduk atau telingamu bakal copot” ancam Daniel sedikit mengerikan.
“Okay, okay. Lepaskan telingaku dulu” pinta Steven hingga Daniel benar-benar melepaskan siksaannya.
Dia yang barusan dijewer oleh Daniel adalah Steve Wu, dia memang keturunan dari China. Papa dan Mamanya lahir dan besar di China sedangkan saat Steve masih dikandungan, mamanya minta untuk pindah ke Amerika kota kami ini agar lebih dekat dengan mertua. Steven adalah anak tunggal dari pasangan pemilik cafe kopi terkenal di negeri ini, cabangnya sudah ratusan di seluruh wilayah Amerika.
Yang aku tahu, mama Steven sangat menyayangi putra semata wayangnya. Tapi Steven malah memiliki sifat kekanakan dan selera humor berat yang diwariskan dari papanya, dialah penghilang rasa bosan kami saat di kelas.
“Hee bro, gimana rencana pertandingan dengan sekolah seberang kota?” tanya Leo pada Franklin yang telah duduk di belakangnya.
“Beres bro, aku dan kapten sudah buat janji sama mereka”
“Good, kapan jadinya?” Frans mulai angkat suara.
“Jumat sore jam enam di lapangan sekolah ini” jawab Franklin sambil membuka jas sekolahnya.
“Apa sebaiknya kita menyewa lapangan di kampus saja, Daniel?” tanya Frans.
“Tidak, lebih baik mereka yang datang karena merekalah yang menantang kita” suara langka milik Sam memecah kekalutan diantara kami.
“Waaaahhh….”
Ya begitulah kira-kira tanggapan para gadis dikelas kami saat mendengar suara Sam, tak terkecuali Shella. Matanya sudah sangat berbinar, sayangnya dia lupa merekam suara Sam tadi.
“Aku sudah memikirkannya dengan Sam, Frans dan Nicky, karena mereka menolak untuk menyewa lapangan di stadion maka merekalah yang harus datang menemui kita”
“Apaan mereka itu? Low budget!” seloroh Leo kesal.
Oh ya, teman kami yang terakhir kali ku kenalkan adalah Franklin Lionell. Dia adalah anggota duo badut satu server dengan Steven. Franklin memiliki wajah oriental Asia dengan ketampanan hampir mirip dengan idol muda Wooseok Pentagon, hanya saja Franklin memiliki warna rambut coklat gelap dengan mata abu-abu gelap.
Franklin adalah anak dari koki terkenal di Italia, ayahnya Alfonso Lionell menikah dengan ibunya yang berasal dari Indonesia. Akan tetapi bisnik restoran ayahnya sangat maju di Amerika jadi mereka tinggal di negara ini hingga Franklin dewasa.
Sepertinya aku sudah mengenalkan mereka semua. Inilah teman-temanku yang akan menemani perjalanan hidupku dan mengukir beberapa kisah kasih di sekolah yang akan ku kenang hingga aku beranjak dewasa.
Yang pertama adalah delapan orang lelaki tampan dengan julukan sifat khasnya masing-masing. Mereka terdiri dari Daniel, Sam, Nicky, Leo, Frans, Nicolas, Franklin dan Steven. Mereka tergabung dalam grup band bernama ‘Dream Boy, grup musik mereka sebenarnya sudah berdiri dari mereka masih duduk di sekolah dasar. Meskipun saat itu mereka beda sekolah tapi mereka sangat kompak dan ku dengar mereka berencana akan bersahabat baik hingga dewasa.
Yap, kala itu hanya ada Nicky dan Leo yang satu sekolah denganku. Yang lainnya ku kenal saat kami bertemu di masa SMP. Sebagai informasi Daniel adalah pemegang vokalis utama di grup, lalu ada Nicky dan Franklin sebagai rapper, disusul Sam sebagai DJ kadang bass juga, lalu Leo sebagai pemain gitar, Nico pemegang bass dan gitar, Frans pemain piano dan yang terakhir Steven sebagai penabuh drum.
Kebanyakan lagu yang mereka bawakan adalah hasil ciptaan Daniel, Frans, Sam dan Nicky. Kadang Leo dan Steven ikut andil dalam koreo maupun lirik lagunya. Bisa dikatakan kalau mereka memang benihnya seniman. Mereka memiliki perannya masing-masing dalam grup band itu, setahuku grup band mereka sudah sering diundang oleh stasiun televisi lokal dan mengisi beberapa acara.
Maka jangan kaget jika di cerita selanjutnya mereka akan kuwalahan menghadapi semua serangan fans ganas, karena wajah dan ketenaran mereka telah terdengar hingga pelosok Negeri.
Oh satu lagi, Dream Boy adalah tim basket andalan sekolah, mereka memiliki peran penting dalam tim seperti yang kubilang sebelumnya Daniel sebagai kapten yang tugasnya berada di posisi terdepan yaitu point guard, lalu Sam sebagai shoating guard, Frans sebagai small guard, Nicky yang memiliki badan setinggi tiang bertugas sebagai strong guard dan yang terakhir Leo sebagai center.
Sedangkan ketiga anggota lain Franklin, Steven dan Nico bertugas sebagai pemain cadangan. Dream Boy sudah melakukan pergantian formasi agar mereka semua mampu melawan musuh dengan mudah.kemampuan mereka ini sudah terdengar hingga sekolah-sekolah lain yang selalu berusaha mengajak bertanding.
“Darling, apa kamu gak tergoda sama sekali sama aku yang cantik ini?” tanya Vic masih berada di pangkuan Nicky. Si Nicky yang sudah kuwalahan hanya menghembuskan napas naganya.
“Vic, auuh.. daripada godain tiang listrik mending kamu sama aku aja” ucap Steven kesal.
“Idiih apaan? Iri kamu?” tanya Vic yang masih memeluk leher kekar Nicky.
“Ogahlah, aku kasihan sama Nicky di lengketin sama ulet bulu, hahaha” celotehan Steven membuat yang lain tertawa nyaring.
Aah iya, aku hampir lupa mengenalkan diri. Aku Rose, Robbin, Vic dan Shella adalah geng terkenal di sekolah ini. Kami berdampingan dengan Dream Boy sebagai penyemangat dan cheerleader tim basket.
Geng kami di bernama ‘Angels’, formasi kami tetap empat orang dan tidak pernah berubah. Beberapa kali sempat ada murid yang ingin sekali bergabung dengan geng kami, tapi kami sudah tahu alasannya karena mereka hanya ingin dekat-dekat dengan Dream Boy.
Pletakkk.. Vic menjitak kepala sekeras batu milik Steven, si empunya malah mengeraskan suaranya lagi
“Dasar kamu ya, sini kau, sini biar ku patahin leher kau” Vic berusaha meraih wajah Steven yang makin menghindar.
Braakkk…
Semua mata tertuju pada arah pintu kelas yang tengah di tendang kasar, empat orang berwajah garang tengah memasuki kelas dengan pandangan jijik melihat kami.
“Huh..!! Mareka lagi, wajah-wajah paling menjijikkan di dunia berkumpul di kelas ini!”
“Huh, ..!! Mareka lagi, wajah-wajah paling menjijikkan yang pernah ku temui!”Brakk,.. salah seorang dari mereka menendang meja tempat Daniel duduk.Kyaaa… kyaaaa… teriakan ketakutan para gadis di kelas makin membuat suasana makin mencekam.“Hei, hei Ben, bisa sopan sedikit nggak sih? Baru datang sudah bikin ribut!” kata Nicky kesal.“Diam kau, pecundang! Urus saja penyihir di depanmu itu!” kata salah seorang yang memiliki badan paling besar dari mereka sambil memandang jijik pada kelakuan Vic yang masih duduk di pangkuan Nicky.“Vic, kamu sini” Shella akhirnya menarik tangan Vic pelan agar menjauh dari Nicky, kami sangat paham karena mereka akan berkelahi lagi.“Kalian yang seharusnya lebih sopan, apa kalian tidak sadar ini masih hari pertama masuk sekolah?” ujar Franklin kesal. Seseorang yang memiliki badan lebih besar tadi menarik kerah baju Franklin dan memberinya tatapan marah.“Aku gak butuh nasehat kamu, kutu busuk!” ujarnya. “Mavin, cepat lepaskan dia” sergah Leo menarik ta
Pagi ini sangat cerah, beberapa awan nampak bergumul indah menghiasi birunya langit. Suasana sekolah yang harusnya tenang mendadak ramai karena hari ini masa orientasi siswa baru. Beberapa anak dengan seragam sekolah lama masih berkeliaran melihat-lihat isi sekolah baru mereka. Frans selaku ketua OSIS terlihat sangat sibuk memberikan arahan pada anggota OSIS lainnya. Ia berjalan kesana kemari sebelum upacara sambutan Ketua Umum sekolah ini berlangsung. “Frans, acara akan segera dimulai” kata seorang anggotanya. “Rose, arahkan para murid baru untuk segera berkumpul” pinta Frans. “Baiklah” Rose kebagian menjadi petugas kesehata bersama Vic berada di garda terdepan. Rose segera naik ke atas panggung di tengah lapangan untuk memberikan perintah sedangkan rekan OSIS lainnya terlihat kerepotan untuk menyiapkan acara berikutnya. Hampir semua murid baru sudah berkumpul di lapangan, beberapa lagi masih sibuk dengan urusan masing-masing. “Cih, merepotkan” ujar seorang murid bar
“Dimana cucu kesayanganku?” tanya Phantom ketika memasuki markas Black Devil. “Kakek, bisa tidak kalau masuk ke tempat orang sopan dikit. Lagian dia sedang ikut acara orientasi sekarang” kata Danny protes. “Danny, bawa dia kesini sekarang juga! Kakek sudah kangen berat. Lagipula kenapa kalian berdua santai disini, bukannya menjaga dia dengan benar?” kata Phantom murka. “Kakek tenanglah, apa kata pihak sekolah nanti kalau dia meninggalkan acara sekolah? Baru sehari disini sudah melanggar peraturan” ujar Ben menenangkan. “Ku dengar kalian meninggalkan dia dan berangkat sekolah sendiri. Sungguh keterlaluan sekali kalian ini, Danny, Ben!” bentak Phantom marah. Zavier, Mavin, Robert dan Albert hanya bengong melihat amarah Phantom yang mulai berkobar, lagipula mereka sama sekali belum bertemu dengan adik Danny dan Ben yang membuat geger seluruh sekolah. Bagaimana tidak, dengan kehadiran Danny dan Ben saja sudah membuat ketakutan para murid dan sekarang anak setan yang tera
Bel masuk akhirnya berbunyi, semua siswa baru berbaris rapi di dalam aula sekolah. Tak terkecuali Jes dan Gwen, beberapa anak sempat bertanya-tanya dengan apa yang akan mereka lakukan di dalam aula ini. “Selamat siang, semuanya. Perkenalkan nama saya Jasmine Swan, kalian bisa panggil miss Jasmine” ucap seorang guru cantik dengan baju senam yang terlihat ketat dan seksi dari atas podium aula. “Hari ini saya akan menjelaskan sedikit tentang kegiatan yang akan diikuti selama kalian belajar disini, tidak hanya ekstrakurikuler yang harus kalian ikuti tapi ada beberapa kegiatan seperti peringatan hari Valentine, Dance Party atau pesta lain yang rutin diadakan oleh sekolah” ujarnya menjelaskan panjang lebar. “Waaaaaahhhh” teriak para siswa baru, mereka tidak menyangka sekolah mengadakan hal menyenangkan untuk siswanya. “Untuk itu kalian harus rutin mengikuti kegiatan di setiap hari Jumat sore untuk latihan dansa, cara berjalan, cara menghormati partner dansa dan lomba-lomba yang a
“Menjengkelkan, dasar gadis kurang ajar. Mentang-mentang cantik, berani sekali dia menolak ajakan kita” ucap Vic bersungut-sungut saat mereka berada di dalam ruang keperluan dansa. “Kan tadi sudah ku bilang, tidak semua gadis mau bergabung dengan geng kita. Kalian tidak mendengarkan aku” bantah Robbin, tangannya mengambil beberapa sepatu high heels dari rak sepatu. “Sebenarnya aku tidak keberatan kalau kita menambah anggota lagi. Ini bisa jadi pelajaran untuk kita, lain kali kita lebih sopan saat mengajak anggota baru” ujar Rose pelan. “Hah, kita sudah berbaik hati mau mengajaknya bergabung dengan kita, Rose. Anak kurang ajar itu saja yang tidak tahu berterima kasih” bantaj Shella. “Lagi pula aku sudah nyaman hanya kita berempat saja, tidak perlu menambah anggota lagi karena aku yakin mereka tidak akan bertahan dengan perilaku kalian” ujar Robbin. “Kau ini teman siapa sih?” ujar Vic kesal, Robbin mengangkat bahunya cuek. “Hahaha, sudah sudah. Ayo kita kembali ke aula,
Jes melihat-lihat isi sekolah yang kelewatan luas ini. Ia berkali-kali mengitari bagian belakang sekolah tapi tidak menemukan apa yang ia cari, Jes duduk di bangku taman jauh dari gedung kelas. Sedetik kemudian ponselnya berdering, ada nama yang sangat ia kenal tertera disana. “Halo” kata Jes pelan. “Kau dimana?” tanya seorang lelaki bersuara berat dari seberang telepon. “Aku di taman” jawab Jes singkat. “Cepatlah kemari, aku memintanya menjemputmu” kata lelaki itu. “Baiklah, aku sudah bertemu dengannya” jawab Jes saat melihat seorang lelaki bertubuh kekar berdiri dan bersandar di gedung samping taman. Lelaki bertubuh kekar itu memberikan isyarat pada Jes untuk mengikutinya, Jes hanya mengangguk dan berjalan mengikuti langkah lelaki tegap itu. Tiba di depan tempat yang dia maksud, lelaki itu membukakan pintu untuk Jes. “Masuklah, mereka sudah lama menunggumu” ucap lelaki berwajah tampan tapi menyeramkan itu. Saat Jes masuk dalam tempat paling di takuti oleh muri
Suasana sekolah siang ini begitu riuh, sekolah yang harusnya bubar sejak satu jam yang lalu kini disulap menjadi tempat pentas untuk menghibur para siswanya. Kebanyakan mereka tidak langsung pulang melainkan melihat pertunjukan band favorit mereka, riuh suara siswa dari kelas satu hingga kelas tiga terdengar memanggil-manggil nama anggota Dream Boy. “Dream Boy! Dream Boy! Dream Boy!” teriak mereka makin riuh. “Halo semuanya, selamat siang. Untuk memeriahkan acara orientasi siswa tadi pagi, maka kami akan mempersembahkan penampilan dari anggota band paling bersinar, Dream Boy” teriak sang MC memanggil anggota band. “Are you ready guys?” tanya Daniel sang vokalis utama di belakang panggung. “Yeah, always be” jawab Steven, Franklin, Nicolas dan Leo bersamaan. “Rose, kalian sudah siap?” tanya Frans meyakinkan. “Iya, kami selalu siap mendampingi kalian” jawab Rose mantap dan di setuji oleh anggukan Vic, Shella dan Robbin juga rekan tim kesehatan lainnya. “Rose, aku akan
Di hari sabtu yang cerah, Rose berkali-kali melihat di depan cermin di kamarnya, gadis cantik itu tak henti membetulkan pakaian berenda khas remaja yang ia kenakan. Sedangkan Vic yang berada di atas tempat tidur yang sedari tadi terlihat sibuk melihat ponselnya kini mulai penasaran dengan tingkah Rose, matanya melihat ke arah sahabat baiknya itu. “Rose, kamu mau kemana dari padi aku perhatikan kamu dandan melulu?” tanya Vic penasaran. “Leo dan Nico memintaku untuk menemani mereka melihat kafe di cabang baru milik ayahnya Steven” jawab Rose. “Oh ya? Tumben kamu menerima ajakan mereka? Biasanya kamu kan tidak mau jalan kalau bukan dengan Daniel” tanya Vic memojokkan Rose, sebenarnya Vic hanya berniat menggoda Rose saja. “Aah iya, sekali-kali aku juga ingin pergi dengan yang lain. Temanku kan bukan hanya Daniel saja” kata Rose bohong, sebenarnya ia juga tidak enak dengan yang lain karena hanya mau jalan dengan Daniel sang lelaki pujaan saja. Ting.. Satu pesan masuk ke da
Senin pagi yang cerah, hawa sejuk terasa sangat nyaman di seluruh kulit dan tubuh Rose. Baginya ini adalah pagi yang indah seperti biasanya, tidak ada kesukaran, tidak ada kebimbangan, semua hal menjadi indah di mata cantiknya. "Selamat pagi, kamu" ucap Rose pelan sambil menatap foto seorang lelaki tampan di meja belajarnya. Ucapan selamat pagi yang selalu ia sampaikan pada seseorang yang jauh disana tanpa disadari oleh sang pujaan hati, melihat wajah dan senyumnya saja sudah cukup bagi Rose. "Uuugh.." erang Vic yang tidur di bednya, hari sudah pagi tapi Vic masih setia memejamkan matanya. Biasanya, Rose yang bangun paling pagi lalu pergi ke kamar mandi lebih dulu lalu dia akan bersiap-siap memakai seragam sekolah dan membangunkan sahabat sekaligus rekan sekamarnya. "Vic, ayo bangun. Nanti kamu terlambat loh" ucap Rose sambil membetulkan dasi pita di kerah bajunya.
Di hari sabtu yang cerah, Rose berkali-kali melihat di depan cermin di kamarnya, gadis cantik itu tak henti membetulkan pakaian berenda khas remaja yang ia kenakan. Sedangkan Vic yang berada di atas tempat tidur yang sedari tadi terlihat sibuk melihat ponselnya kini mulai penasaran dengan tingkah Rose, matanya melihat ke arah sahabat baiknya itu. “Rose, kamu mau kemana dari padi aku perhatikan kamu dandan melulu?” tanya Vic penasaran. “Leo dan Nico memintaku untuk menemani mereka melihat kafe di cabang baru milik ayahnya Steven” jawab Rose. “Oh ya? Tumben kamu menerima ajakan mereka? Biasanya kamu kan tidak mau jalan kalau bukan dengan Daniel” tanya Vic memojokkan Rose, sebenarnya Vic hanya berniat menggoda Rose saja. “Aah iya, sekali-kali aku juga ingin pergi dengan yang lain. Temanku kan bukan hanya Daniel saja” kata Rose bohong, sebenarnya ia juga tidak enak dengan yang lain karena hanya mau jalan dengan Daniel sang lelaki pujaan saja. Ting.. Satu pesan masuk ke da
Suasana sekolah siang ini begitu riuh, sekolah yang harusnya bubar sejak satu jam yang lalu kini disulap menjadi tempat pentas untuk menghibur para siswanya. Kebanyakan mereka tidak langsung pulang melainkan melihat pertunjukan band favorit mereka, riuh suara siswa dari kelas satu hingga kelas tiga terdengar memanggil-manggil nama anggota Dream Boy. “Dream Boy! Dream Boy! Dream Boy!” teriak mereka makin riuh. “Halo semuanya, selamat siang. Untuk memeriahkan acara orientasi siswa tadi pagi, maka kami akan mempersembahkan penampilan dari anggota band paling bersinar, Dream Boy” teriak sang MC memanggil anggota band. “Are you ready guys?” tanya Daniel sang vokalis utama di belakang panggung. “Yeah, always be” jawab Steven, Franklin, Nicolas dan Leo bersamaan. “Rose, kalian sudah siap?” tanya Frans meyakinkan. “Iya, kami selalu siap mendampingi kalian” jawab Rose mantap dan di setuji oleh anggukan Vic, Shella dan Robbin juga rekan tim kesehatan lainnya. “Rose, aku akan
Jes melihat-lihat isi sekolah yang kelewatan luas ini. Ia berkali-kali mengitari bagian belakang sekolah tapi tidak menemukan apa yang ia cari, Jes duduk di bangku taman jauh dari gedung kelas. Sedetik kemudian ponselnya berdering, ada nama yang sangat ia kenal tertera disana. “Halo” kata Jes pelan. “Kau dimana?” tanya seorang lelaki bersuara berat dari seberang telepon. “Aku di taman” jawab Jes singkat. “Cepatlah kemari, aku memintanya menjemputmu” kata lelaki itu. “Baiklah, aku sudah bertemu dengannya” jawab Jes saat melihat seorang lelaki bertubuh kekar berdiri dan bersandar di gedung samping taman. Lelaki bertubuh kekar itu memberikan isyarat pada Jes untuk mengikutinya, Jes hanya mengangguk dan berjalan mengikuti langkah lelaki tegap itu. Tiba di depan tempat yang dia maksud, lelaki itu membukakan pintu untuk Jes. “Masuklah, mereka sudah lama menunggumu” ucap lelaki berwajah tampan tapi menyeramkan itu. Saat Jes masuk dalam tempat paling di takuti oleh muri
“Menjengkelkan, dasar gadis kurang ajar. Mentang-mentang cantik, berani sekali dia menolak ajakan kita” ucap Vic bersungut-sungut saat mereka berada di dalam ruang keperluan dansa. “Kan tadi sudah ku bilang, tidak semua gadis mau bergabung dengan geng kita. Kalian tidak mendengarkan aku” bantah Robbin, tangannya mengambil beberapa sepatu high heels dari rak sepatu. “Sebenarnya aku tidak keberatan kalau kita menambah anggota lagi. Ini bisa jadi pelajaran untuk kita, lain kali kita lebih sopan saat mengajak anggota baru” ujar Rose pelan. “Hah, kita sudah berbaik hati mau mengajaknya bergabung dengan kita, Rose. Anak kurang ajar itu saja yang tidak tahu berterima kasih” bantaj Shella. “Lagi pula aku sudah nyaman hanya kita berempat saja, tidak perlu menambah anggota lagi karena aku yakin mereka tidak akan bertahan dengan perilaku kalian” ujar Robbin. “Kau ini teman siapa sih?” ujar Vic kesal, Robbin mengangkat bahunya cuek. “Hahaha, sudah sudah. Ayo kita kembali ke aula,
Bel masuk akhirnya berbunyi, semua siswa baru berbaris rapi di dalam aula sekolah. Tak terkecuali Jes dan Gwen, beberapa anak sempat bertanya-tanya dengan apa yang akan mereka lakukan di dalam aula ini. “Selamat siang, semuanya. Perkenalkan nama saya Jasmine Swan, kalian bisa panggil miss Jasmine” ucap seorang guru cantik dengan baju senam yang terlihat ketat dan seksi dari atas podium aula. “Hari ini saya akan menjelaskan sedikit tentang kegiatan yang akan diikuti selama kalian belajar disini, tidak hanya ekstrakurikuler yang harus kalian ikuti tapi ada beberapa kegiatan seperti peringatan hari Valentine, Dance Party atau pesta lain yang rutin diadakan oleh sekolah” ujarnya menjelaskan panjang lebar. “Waaaaaahhhh” teriak para siswa baru, mereka tidak menyangka sekolah mengadakan hal menyenangkan untuk siswanya. “Untuk itu kalian harus rutin mengikuti kegiatan di setiap hari Jumat sore untuk latihan dansa, cara berjalan, cara menghormati partner dansa dan lomba-lomba yang a
“Dimana cucu kesayanganku?” tanya Phantom ketika memasuki markas Black Devil. “Kakek, bisa tidak kalau masuk ke tempat orang sopan dikit. Lagian dia sedang ikut acara orientasi sekarang” kata Danny protes. “Danny, bawa dia kesini sekarang juga! Kakek sudah kangen berat. Lagipula kenapa kalian berdua santai disini, bukannya menjaga dia dengan benar?” kata Phantom murka. “Kakek tenanglah, apa kata pihak sekolah nanti kalau dia meninggalkan acara sekolah? Baru sehari disini sudah melanggar peraturan” ujar Ben menenangkan. “Ku dengar kalian meninggalkan dia dan berangkat sekolah sendiri. Sungguh keterlaluan sekali kalian ini, Danny, Ben!” bentak Phantom marah. Zavier, Mavin, Robert dan Albert hanya bengong melihat amarah Phantom yang mulai berkobar, lagipula mereka sama sekali belum bertemu dengan adik Danny dan Ben yang membuat geger seluruh sekolah. Bagaimana tidak, dengan kehadiran Danny dan Ben saja sudah membuat ketakutan para murid dan sekarang anak setan yang tera
Pagi ini sangat cerah, beberapa awan nampak bergumul indah menghiasi birunya langit. Suasana sekolah yang harusnya tenang mendadak ramai karena hari ini masa orientasi siswa baru. Beberapa anak dengan seragam sekolah lama masih berkeliaran melihat-lihat isi sekolah baru mereka. Frans selaku ketua OSIS terlihat sangat sibuk memberikan arahan pada anggota OSIS lainnya. Ia berjalan kesana kemari sebelum upacara sambutan Ketua Umum sekolah ini berlangsung. “Frans, acara akan segera dimulai” kata seorang anggotanya. “Rose, arahkan para murid baru untuk segera berkumpul” pinta Frans. “Baiklah” Rose kebagian menjadi petugas kesehata bersama Vic berada di garda terdepan. Rose segera naik ke atas panggung di tengah lapangan untuk memberikan perintah sedangkan rekan OSIS lainnya terlihat kerepotan untuk menyiapkan acara berikutnya. Hampir semua murid baru sudah berkumpul di lapangan, beberapa lagi masih sibuk dengan urusan masing-masing. “Cih, merepotkan” ujar seorang murid bar
“Huh, ..!! Mareka lagi, wajah-wajah paling menjijikkan yang pernah ku temui!”Brakk,.. salah seorang dari mereka menendang meja tempat Daniel duduk.Kyaaa… kyaaaa… teriakan ketakutan para gadis di kelas makin membuat suasana makin mencekam.“Hei, hei Ben, bisa sopan sedikit nggak sih? Baru datang sudah bikin ribut!” kata Nicky kesal.“Diam kau, pecundang! Urus saja penyihir di depanmu itu!” kata salah seorang yang memiliki badan paling besar dari mereka sambil memandang jijik pada kelakuan Vic yang masih duduk di pangkuan Nicky.“Vic, kamu sini” Shella akhirnya menarik tangan Vic pelan agar menjauh dari Nicky, kami sangat paham karena mereka akan berkelahi lagi.“Kalian yang seharusnya lebih sopan, apa kalian tidak sadar ini masih hari pertama masuk sekolah?” ujar Franklin kesal. Seseorang yang memiliki badan lebih besar tadi menarik kerah baju Franklin dan memberinya tatapan marah.“Aku gak butuh nasehat kamu, kutu busuk!” ujarnya. “Mavin, cepat lepaskan dia” sergah Leo menarik ta