Happy Reading Semuanya!!“Kamu hari ini ada rencana kemana?”Eva yang sedang membuat makanan hanya tersenyum memandang Zaidan tengah menggunakan dasi.“Hari ini? Aku ada janji temu sama Bu Irma, katanya ada acara yang bisa aku hadiri dan buat tambah pengalaman. Aku juga sudah menemukan sekolah untuk menjadi tempat penelitian, lokasinya enggak terlalu jauh sih dan itu saran dari teman.”jelas Eva sembari membantu suaminya merapihkan dasi yang dikenakannya.Zaidan mengangguk mengiyakan perkataan dari istrinya barusan. Iris matanya memperhatikan Eva yang ada di depannya, istrinya seolah tidak terjadi apapun semalam dan itu lebih baik ketimbang perempuan kecintaannya membayangkan hal yang tidak akan terjadi pada hubungan mereka.“Kamu dengan siapa melakukan penelitian itu?”tanya Zaidan.Eva memasang wajah takut pada sang suami, bisa saja Zaidan akan mengamuk saat tahu dengan siapa ia mengambil penelitian.“Mas... enggak akan marah, kan?”tanya Eva takut-takut.Zaidan memandang sang istri de
Happy Reading Semuanya! Bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis dan berjalan menghampiri Logan tampak berdiri menunggunya, ini adalah minggu pertamanya melakukan penelitian. Ia ingin segera menyelesaikan studinya dan membantu sang suami bekerja di kantornya, Eva tidak ingin membagi otaknya untuk melakukan berbagai macam pekerjaan sekaligus seperti suaminya. Ia ingin menyelesaikan satu persatu agar tidak keteteran. "Gimana di minggu pertama?" tanya Logan. "Not bad, anak-anaknya masih antusias. Hanya butuh waktu 3 minggu lagi sampai datanya terpenuhi, lo sendiri gimana? Apakah baik-baik saja? Skripsinya lancar?" tanya Eva sembari berjalan berdampingan dengan Logan menuju taman belakang sekolah. "Gue baru mengajukan sidang, mungkin minggu depan. Gue mau buru-buru wisuda dan mendapatkan pekerjaan layak," ungkap Logan jujur. "Apakah ini bukan sebuah pekerjaan layak? Setidaknya lo bisa bernapas dengan lega, Pak Zaidan lebih mumet pekerjaannya dan ini masih dikatakan layak. Lo puny
Happy Reading Semuanya!Sebagai suami yang baik tentu saja Zaidan harus membantu istri cantiknya dalam membuat makanan, apalagi waktu jam makan malam sebentar lagi. Sesuai dengan proporsi jadwal makan Zaidan, ini harus berlangsung dengan cepat. Lebih baik ia membantu ketimbang hanya diam memperhatikan Eva yang sibuk sendiri.“Mas, mau tanya sama kamu.”“Tanya apa?” bingung Eva sembari menggoreng ayam yang sudah dibumbui beberapa jam yang lalu.Zaidan yang sedang memotong bawang merah dengan cepat menghampiri sang istri, “Saat Mas jemput kamu, kenapa kamu lama? Mas baru sadar kalau sudah menunggu kamu selama hampir 25 menit, dari urusan Mas yang belum selesai sampai urusan itu selesai. Apakah kamu diganggu sama murid disana?” Zaidan memasang wajah curiga pada Eva yang kini terkikik geli.Suaminya sangat lucu saat ini, apakah Zaidan cemburu hanya karena anak sekolah? Lelaki itu kekanak-kanakan sekali tapi sangat lucu. Zaidan yang tidak mendapatkan jawaban dari Eva memandang istrinya da
Happy Reading Semuanya!Sepertinya kali ini rencananya untuk merebut Zaidan dari sang adik akan berlangsung dengan amat sangat lancar tanpa ada kendala apapun, tidak seperti sebelumnya. Itu semua berkat ide cemerlangnya untuk menjatuhkan adiknya sendiri yang sudah bertingkah seperti pelakor.Ibu dari Zaidan tentu saja pada awalnya tidak mempunyai rasa kebencian pada adiknya, tapi berkat Livy. Sekarang menyimpan kebencian yang besar untuk adiknya, ia jahat? Tentu saja, ia masih tidak rela jika orang yang dicintainya bersama dengan orang lain. Livy menjadi semakin obsesi dan agresive pada Zaidan. Cinta matinya. Tidak boleh ada yang memiliki Zaidan selain dirinya.“Kenapa Eva belum kunjung memiliki anak, ya? Mami sangat yakin jika Zaidan merupakan bibit unggul dan tidak mungkin mengalami masalah dalam kehamilan,” Livy yang sejak tadi mengekor pada ibu dari Zaidan hanya tersenyum, ia bisa dengan sangat mudah mendapatkan perhatian dari wanita paruh baya itu termasuk pemikiran kosongnya."M
Happy Reading Semuanya! “Mas,” Kosong, amat sangat tidak biasa jika ia sekarang terbangun tanpa sisi Zaidan. Eva terbisa dengan perhatian lembut suami tampannya itu. Iris mata Eva memperhatikan ruangan yang sedang ditempatinya saat ini, ia tidak tahu berada dimana dan keberadaan dari suaminya tidak ia ketahui juga. Tapi yang jelas mereka berdua sudah tiba di tempat tujuan, itu perasaan dan tebakan Eva. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, pasti merek sudah sibuk menyiapkan untuk bakar-bakar. Villa mewah yang ditempatinya sudah menjadi hal yang tidak baru lagi, keluarga Zaidan bukan keluarga sembrono dan sudah pasti dengan lingkungan mewah. Tangannya mengambil kunciran miliknya dan mengikat rambutnya asal, ia harus menemui keberadaan suami tampannya dan yang lain juga. “Mas Zaidan,”panggil Eva Matanya memperhatikan beberapa orang tampak berbicara serius,ia tidak bisa mendengarnya dengan baik. Tapi Eva bisa melihat jika yang ada disana adalah orang tuanya dan mertuanya. Langkahn
Happy Reading Semuanya! Eva menatap kosong keluarga Zaidan yang tampak sibuk berpesta, lagi-lagi keluarganya tidak dianggap. Benar, orang tuanya malah bersama dengannya setelah kejadian beberapa jam yang lalu dan sedangkan kakaknya tampak menikmati pesta yang dibuat oleh keluarga Zaidan. Iris matanya juga menemukan suaminya hanya memasang wajah kosong dengan gelas wine yang berada di tangannya, sepertinya tuhan memang tidak pernah mengizinkannya untuk berbahagia dengan orang yang dicintainya. Dulu Logan mencampakkannya, dan sekarang Zaidan dengan segala perkaranya. "Eva, Papa mau bicara!" Perempuan itu tampak menoleh dan mengangguk, kepalanya yang terasa nyeri berangsur membaik meskipun saat ini badannya tidak terasa enak. "Kenapa kamu menunda kehamilan? Jelaskan dengan Papa semuanya," pinta sang ayah. "Eva dan mas Zaidan memang sepakat untuk menunda karena takut jadwal Eva yang full sebagai mahasiswa semester akhir menyiapkan skripsi akan berantakan, tapi... pada akhirnya kami
Happy Reading Semuanya! "Eva, apakah kamu enggak mau menjelaskan sesuatu dengan Mas? Kenapa kamu merahasiakan ini semua? Apa sebenarnya mas ini di mata kamu?" Eva hanya memasang wajahnya yang tampak berantakan, perempuan muda itu sama sekali tidak bisa tidur dalam kondisi seperti ini. Apalagi setelah melihat suami tercintanya tampak beradegan mesra bahkan tidak seharusnya dengan kakaknya sendiri seolah ia memang sudah benar-benar mati. Tatapan sendu terlihat sangat jelas disana, "Sebenarnya kita ini bisa bersama terus enggak sih mas? Bisa enggak sih aku minta tolong sama Mas buat meyakinkan aku antara sekarang aku harus berjuang membela semuanya atau menyerah begitu saja karena semua sudah tenggelam dalam kebohongan. Seharusnya itu yang menjadi pertanyaan aku? Sebenarnya aku ini apa di mata Mas? Disaat aku enggak ada... apa mas bersama dengan kak Livy?" tanya Eva dengan suara parau. Zaidan memasang wajah bingung dan tidak mengerti pada istrinya saat ini, "Kamu ini kenapa Eva? Mas
Happy Reading Semuanya! Mobil yang dikendarai oleh Kevin tampak berhenti di rumah berukuran minimalis di depannya, Eva terdiam. Rumah itu tidak asing baginya dan ia sudah sering datang kemari untuk menginap dan mengerjakan tugas, pemilik rumah yang beberapa waktu menghubungi dan meminta maaf padanya. "Ini rumah Ana," "Kamu tahu Ana? Bukannya dia masih sekolah? Sejak kapan dia jadi anak kuliah?" tanya Kevin dengan wajah bingung. Eva tidak menjawab dan hanya mengekor pada lelaki yang kini membawanya masuk kedalam rumah dimana ada gadis tengah melamun. Benar! Itu adalah Ana yang menjadi teman dekatnya. "Ana! Gue titip teman gue dulu disini sementara waktu sampai gue mendapatkan rumah layak huni buat dia, enggak masalah, kan? Lagian lo di rumah sendirian, dia bisa menjadi teman lo." Ana menoleh memperhatikan perempuan yang bersembunyi dibalik punggung kakak laki-lakinya. "Eva?" panggil Ana. Bibir Eva tersenyum dan melambaikan tangannya pada Ana yang kini menghamburkan tubuhnya pada
Happy Reading Semuanya! Ini adalah pernikahannya yang kedua dan perasannya masih sama. Dadanya berdegub sangat cepat memandang cermin di depannya, mungkin dulu bukan pernikahan yang membahagiakan untuknya tapi sekarang ini adalah sesuatu yang membahagiakan untuk Eva karena menikahi orang yang dicintainya. Eva terkekeh geli mengingat masa lalunya, ia dulu pernah bersumpah tidak akan mencintai Zaidan. Justru sekarang ia malah cinta mati pada lelaki itu, memang ucapan sama sekali tidak bisa dijaga. "Kamu kenapa?" tanya Livy. "Bukankah ini sangat lucu?" Livy menaikkan sebelah alisnya sembari menggendong bayi yang merupakan anak dari adiknya, ia tidak mengerti dengan perkataan sang adik saat ini. "Kenapa?" tanya Livy lagi. Bibir Eva tersenyum manis, "Dulu kita berkelahi hanya karena satu laki-laki, dulu aku sangat membenci dengan Mas Zaidan dan sekarang aku malah cinta mati sama dia." Livy tersenyum mendengar perkataan dari sang adik barusan. Setelah diingat kembali ini memang san
Happy Reading Semuanya! Kecupan itu semakin mendalam dan tidak peduli tempat. Mungkin orang yang melihatnya juga memahami apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Ini adalah kebahagian mereka setelah melewati kenangan pahit yang menyerang mereka. Sudah dua minggu semenjak kehadiran Eva di rumahnya, kini rumah yang sempat suram karena karangan bunga dan berita kesedihan berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tidak menyangka jika akan mendapatkan kebahagian baru yang tidak pernah mereka sangka. "Ampun deh kalian! Bisa enggak sih kalau kalian melakukan itu di kamar saja? Bagaimana pun kalian harus menghormati orang tua disini." Kecupan mereka terlepas sembari memperhatikan ibu dari Zaidan yang kini meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri cucu kesayangannya. Ibu dari Eva sendiri hanya terkekeh geli melihat adegan kedua anaknya. Zaidan tidak peduli, ini adalah hal menyenangkan untuknya dan membahagiakan di setiap
Happy Reading Semuanya! Jika ini adalah mimpi, maka jangan bangunkan Zaidan untuk saat ini. Sudah lama ia tidak memimpikan orang yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan ini. Ini adalah mimpi terindah yang pernah Zaidan rasakan setelah beberapa bulan ia mengalami perasaan kehilangan, air matanya mengalir dengan deras tanpa bisa ia cegah sama sekali. Eva muncul di mimpi tidur siangnya. Tidak! Ini bukan mimpi tidur siangnya. Hawa panas dan banyak mahasiswanya yang memperhatikannya, berarti ini sungguhan bukan hanya lamunannya semata. Orang yang dicintainya ada di depan matanya, semuanya terasa nyata, ini bukan hanya khayalan sematanya kan. Dia kembali... Orang yanng dicintainya kembali berada di depan matanya. Zaidan tidak ingin melewatkan mimpi indah ini sedikitpun. Lelaki dengan wajah tampan itu terlihat berlari menghampiri perempuan yang ada di depannya itu, memeluk perempuan yang kini membalas pelukannya tidak kalah er
Happy Reading Semuanya! "Selamat siang, Prof." Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman tipis menanggapi sapaan dari mahasiswanya. Langkahnya berjalan memasuki ruangannya setelah hampir dua jam ia mengajar di dalam kelas, tatapan matanya mengarah pada meja kerjanya yang menampilkan foto orang tercintanya. Zaidan belum bisa move on atas semua yang sudah terjadi pada keluarga kecilnya. Zaidan tidak mencoba untuk melupakan, perasaan kehilangan dan ketakutan itu masih terasa. Lelaki itu juga masih sering meridukan Eva yang sama sekali tidak pernah hadir dalam mimpinya ataupun bayi mungilnya, padahal Zaidan amat sangat berharap jika ia bisa melihat keduanya meski dalam mimpi. "Sayang, ini sudah tiga bulan berlalu." Lelaki yang kini sibuk mengamati foto kebersamaan mereka sewaktu liburan hanya bisa menghela napas pelan, ia tidak menyangka jika sudah menghabiskan waktu yang lama untuk merelakan Eva. Sebenarnya sekarang pun ia belum merelakan kepe
Happy Reading Semuanya! Tubuhnya benar-benar lemas, ia tidak menyangka jika dalam waktu singkat harus mendapatkan kabar menyakitkan seperti sekarang ini. Menurut Zaidan ini adalah karma karena dulu membuat sakit hati Eva yang tidak terlampiaskan, tetapi yang ia rasakan karmanya terlalu berat. "Apakah ini karma untuk saya Eva?" bisik Zaidan. Zaidan tidak mendapatkan kabar apapun setelah kepulangannya dari bandara setelah menunggu hampir tiga jam lebih demi mendengar kabar terkait orang tercintanya. Orang tuanya yang menyusul ke TKP juga belum memberi kabar apapun. Air matanya terus mengalir tanpa bisa Zaidan cegah, pembuktian jika Eva adalah cinta sejatinya. Lelaki yang merasa dunianya hancur hanya bisa terdiam memperhatikan ruang utama rumahnya sekarang ini, matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Kepalanya menunduk, air matanya kembali mengalir karena harapannya mendadak pupus. Harusnya malam ini mereka bisa tertawa bersama sembari menimang anak mereka, tapi kenyatan
Happy Reading Semuanya! Waktu yang ditunggu olehnya akhirnya datang juga. Saat ini mungkin Zaidan memang masih bersedih, tapi ia juga tidak ingin berlangsung lama. Masih ada lagi hal yang perlu ia kerjakan, dan air matanya terasa kering. Zaidan tidak bisa melampiaskan begitu saja. Lelaki itu yakin kalau ia bisa menangis dengan lega nanti, bersama orang tercintanya yang lebih tahu tentang kejadian meninggalnya kerabat dekatnya itu. Untuk sekarang ia harus menyiapkan diri dengan bahagia karena Eva akan kembali ke pelukannya. Rumahnya sudah di dekor ulang dengan keadaan steril tidak ada debu, agar anaknya dan orang tercintanya bisa hidup dengan layak di rumah mereka saat ini. Rumah penuh dengan kenangan, Zaidan juga sudah menyetok persiapan makanan untuk menyambut keduanya. Hatinya berdegub kencang tidak karuan. "Mass ingin segera bertemu kamu sayang, menunggu cerita yang akan kamu lontarkan untuk Mas." Zaidan sudah mendengar kabar jika istri dan anaknya saat ini sedang transit di Si
Happy Reading Semuanya!Zaidan belum berpamitan dengan layak pada temannya itu, ia merasa menjadi teman yang buruk. Kevin selalu ada untuknya bahkan untuk orang tercintanya, tetapi kenapa ia selalu melewatkan hal terburuk dari temannya. Kevin memang pandai menyembunnyikannya, lelaki itu sangat ahli dalam menyembunyikan perasaan. "Lo enggak pernah berubah," bisik Zaidan. Lelaki itu sangat ingat bagaimana temannya menyembunyikan sesuatu yang besar bahkan perihal untuk membayar sekolah, lelaki dengan nama Kevin itu sampai rela bekerja banting tulang membersihkan piring sampai menjadi pelayan toko 24 jam demi membayar sekolah. Kevin bisa saja memanfaatkannya untuk membantu membayar, tapi lagi-lagi lelaki itu melakukan sesuatu yang berat seperti itu. Sebagai teman tentu ia merasa sangat jahat, maka dari solusinya ia menanggung biaya sekolah Kevin bahkan sampai temannya mendapatkan gelar. Ia bangga dengan Kevin, semua yang dilakukannya membuat Zaidan bangga. "Lo janji bakalan kembali ke
Happy Reading Semuanya! Zaidan tersenyum manis memandang dari layar laptopnya dimana kedua orang kecintannya disana, ia sudah sangat rindu dengan keduanya dan terasa sangat lama sekali harinya. Apalagi dalam seminggu belakangan ini ia sibuk dengan perusahaannya dan urusannya menjadi dosen, benar-benar menyita waktunya. "Mas rindu banget sama kamu sayang," Eva tampak tertawa pelan mendengar perkatannya barusan, "Aku juga rindu sama Mas, padahal setiap hari kita saling tukar kabar. Kenapa saya rindu mulu ya sama Mas? Mas pakai pelet apa?" tanya Eva dengan raut wajah cemberut. "Ketampanan dan rasa cinta Mas," sahut Zaidan. "Dasar gombal! Sayangnya Momy, kalau sudah besar jangan sama kaya Dady ya? Tukang gombal," Eva mengecup pipi bayi tampannya yang tertawa seolah setuju dengan perkataan Eva. Benar-benar pemandangan yang manis. Tatapan mata Zaidan mengarah pada kedua orang yang ada di depannya itu, bohong jika Zaidan tidak tahu arti tatapan dari orang tercintanya ini. Tatapan Eva
Happy Reading Semuannya! Semuanya berlalu dengan cepat, Eva tidak ingin memberitahu Rendi ataupun Zaidan. Perempuan yang menjadi ibu satu anak itu tidak ingin melihat betapa sedihnya orang tercinyanya jika mengetahui sahabat terdekatnya sudah tidak bisa lagi berada di sisinya, tapi yang Eva tahu sekarang ini adalah bukan hanya dirinya yang terluka, ternyata bukan hanya Eva saja yang mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal oleh Kevin yang selalu senantiasa bersama dengan dirinya dalam keadaan sulit ataupun bahagia. Iris matanya memperhatikan perempuan asing yang tiba-tiba menangis tepat di hadapan pemakaman Kevin saat ini. Perempuan itu bukan Ana dan Ana juga tidak sesedih itu karena kenyataannya mereka sudah ikhlas membiarkan Kevin pergi meskipun matanya juga bengkak karena terlalu banyak menangis. Kevin sudah dikuburkan dengan layak dan semuanya di bantu oleh Daniel yang lebih tahu menahu tentang pemakaman di negara ini, meskipun harus membayar mahal. Selama Kevin bisa baha