Happy Reading Semuanya! Mobil yang dikendarai oleh Kevin tampak berhenti di rumah berukuran minimalis di depannya, Eva terdiam. Rumah itu tidak asing baginya dan ia sudah sering datang kemari untuk menginap dan mengerjakan tugas, pemilik rumah yang beberapa waktu menghubungi dan meminta maaf padanya. "Ini rumah Ana," "Kamu tahu Ana? Bukannya dia masih sekolah? Sejak kapan dia jadi anak kuliah?" tanya Kevin dengan wajah bingung. Eva tidak menjawab dan hanya mengekor pada lelaki yang kini membawanya masuk kedalam rumah dimana ada gadis tengah melamun. Benar! Itu adalah Ana yang menjadi teman dekatnya. "Ana! Gue titip teman gue dulu disini sementara waktu sampai gue mendapatkan rumah layak huni buat dia, enggak masalah, kan? Lagian lo di rumah sendirian, dia bisa menjadi teman lo." Ana menoleh memperhatikan perempuan yang bersembunyi dibalik punggung kakak laki-lakinya. "Eva?" panggil Ana. Bibir Eva tersenyum dan melambaikan tangannya pada Ana yang kini menghamburkan tubuhnya pada
Happy Reading semuanya! Sepertinya Kevin tidak bisa fokus untuk melakukan pengobatan jika rekannya yang baru ia tinggal selama beberapa minggu sudah membuat masalah sebesar ini dan yang paling tersakiti disini adalah Eva, perempuan yang sudah mengorbankan semua masa mudanya untuk menikah muda dan menjadi istri yang suaminya super duper sibuk. "Lo begitu hebat, dalam jangka waktu beberapa bulan dan dalam jangka tahun yang sama... lo sudah menikah dua kali. Bahkan di keluarga yang sama dengan alasan yang enggak masuk akal di otak gue," sindir Kevin sembari mendudukkan tubuhnya di sofa tidak jauh dari Zaidan duduk menghadap balkon kamar pribadinya. "Lo pasti tahu Eva ada dimana sekarang, kan?" tanya Zaidan Kevin mengangguk, "Gue tahu, tapi gue enggak mau kasih informasi keberadaan Eva ada dimana ke lo. Gue jadi kasihan sama Eva, sudah dituduh melakukan hal yang enggak dia lakukan, dibuang oleh orang tuanya sendiri, lalu sekarang menjadi janda di usia muda dengan lelaki freak sepert
Happy Reading Semuanya! Tatapan Logan hanya terpaku pada Eva yang tengah bersiap menuju bandara, ia tidak menyangka jika perempuan yang masih berada di dalam hatinya memutuskan untuk pergi ke negara yang cukup jauh dan membuatnya kini merasa dicampakkan sama seperti apa yang dilakukan. "Kenapa lo enggak tinggal di kota gue saja? Bandung, bukankah disana tempat yang kamu suka." "Gue mau di Indonesia, tetapi masih banyak luka. Beri waktu biar gue sembuhin luka parah yang ada di hati gue, janji ini hanya sebentar." Eva mengenggam erat tangan lelaki yang ada di hadapannya itu. Logan tampak mengekor pada perempuan yang kini tampak memasukkan barang kedalam bagasi mobil dengan Ana serta Kevin tampak memperhatikan keduanya tanpa bisa mengatakan apapun. Memang ada-ada saja kelakuan kedua orang yang ada dihadapannya itu. "Ayo kita berangkat sekarang!" Iris mata Eva memperhatikan jalanan yang mereka lalui saat ini, bohong jika ia bodoh. Semua papan reklame dan bunga ucapan selamat terpamp
Happy Reading Semuanya! "Mas, aku sudah buatkan kamu sarapan. Kamu makan, makanan buatan aku jauh lebih enak dibanding mantan istri kamu itu." Livy hanya memandang kepergian Zaidan dengan tatapan kesal, makanannya jauh lebih layak ketimbang makanan buatan Eva yang masih kalah jauh dari masakannya. Zaidan masih saja terus mengingat Eva padahal mereka sudah bercerai, rencana jahatnya memang tersusun sempurna dan berhasil memisahkan keduanya dalam satu malam. Apalagi sekarang ia menyandang sebagai Nyonya besar keluarga Zaidan. "Mas, kamu cicip dulu! Jangan langsung pergi!" Zaidan hanya memasang wajah datar dan berjalan menuju pintu keluar, ia tidak berniat untuk mengkonsumsi apapun. Jika ada yang melihat mungkin sekarang ia mendadak menjadi kurus dan tidak terurus. Satu tempat yang membuatnya ingat kembali tentang Eva hanya Kampus, ia belum mengunjungi tempat itu setelah pernikahan dadakannya. Rumah yang tadinya terasa hangat menjadi dingin karena Eva tidak ada disana, biasanya dalam
Happy Reading Semuanya! "Eva, are you okay? Wajah lo sudah hampir 2 minggu semenjak lo hadir selalu pucat," Perempuan cantik yang sedang menyesap teh itu hanya memasang wajah bingung, ia merasa baik-baik saja. Ini hanya perubahan kulit dari Indonesia menurutnya. "Memang gue kenapa? Gue sehat lahir batin, tinggal disini bukan ide yang buruk." Kevin yang sedang menyesap teh mengangguk membenarkan perkataan dari Eva barusan, ia melihat Eva juga kelihatan seperti biasa dan tidak seperti dugaan dari adik manisnya itu. Ana gemas sendiri, ayolah selama dua minggu fokus perhatiannya hanya pada Eva dan tidak ada orang lain. Bahkan Kevin saja tidak terlalu ia perhatikan, Eva semakin kurus dan berkulit putih pucat. Ia khawatir Eva memilih untuk menahan rasa sakitnya ketimbang membicarakan dengan mereka. "Ayo ke dokter!" "Gue enggak sakit, kenapa gue harus ke dokter? Gue mau makan spagheti tahu!" seru Eva membuat Ana dan Kevin hanya melongo mendengar perkataan dari Eva barusan. "Lo belum a
Happy Reading Semuanya! Hamil! Pikirannya mendadak buntu, ia sudah bercerai dengan Zaidan dan mantan suaminya sedang merajut mimpi baru serta kebahagiaan baru dengan orang lain. Bagaimana bisa ia hamil begitu saja, tidak mungkin ia minta pertanggung jawaban dengan Zaidan setelah ia melepasnya. Apakah ia harus mengugurkan kandungannya? Tetapi ini adalah hadiah yang sudah Tuhan berikan untuknya. Bagaimana bisa ia mengugurkannya disaat anak ini menjadi sesuatu yang paling ditunggu oleh mereka. "Hei! Kamu baik-baik saja?" "Apa aku harus mengugurkannya?" tanya Eva. Daniel hanya terdiam, itu seperti membuka luka lama baginya. Tatapan matanya mengarah pada gadis yang belum ia ketahui namanya itu. Mereka baru bertemu pertama kali dan kejadian yang tidak mengenakkan, tapi sekarang gadis itu begitu terbuka. "Aku tidak berhak memberikan jawaban, tapi aku sebagai dokter... tidak mengizinkan kamu untuk melakukan itu. Karena bagaimanapun dia juga manusia yang berhak untuk hidup, tapi kenalk
Happy Reading Semuanya! "Saya mau teh hangat bukan kopi! Bukankah saya sudah pernah bilang kalau saya tidak suka kopi?! Produk yang kamu beli bukan kesukaan saya dan kopi buatan kamu tidak seenak kopi buatan Eva. Jangan pernah membuatkan minuman yang tidak saya suka! Saya juga tidak memerintahkan kamu untuk membuat minuman." Marah Zaidan saat Livy membuatkan kopi untuk minuman pagi mereka, sedangkan Livy yang terkena amukan marah dari Zaidan hanya menghela napas pelan. Ia mencintai Zaidan dan percaya jika cinta Zaidan akan hadir dengan perlakuannya sekarang. Orang tua Zaidan yang melihat amarah dari putranya juga tampak menghela napas pelan, ini sudah menjadi sarapan mereka melihat menantu barunya dan anaknya berkelahi untuk hal sepele seperti ini. “Kamu ini masak apa sih sampai membuat saya mual!!” marah ZaidanZaidan berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua isi yang ada di dalam perutnya, meskipun saat ini ia belum mengkonsumsi apapun. kepalanya benar-benar pusing dan ia
Happy Reading Semuanya! Raga Zaidan memang Livy miliki, tetapi hatinya tidak. Livy tahu jika di hati Zaidan hanya adiknya dan perasaan itu tidak berubah meskipun adiknya mati. Tapi setidaknya sekarang ia tenang karena adiknya menghilang bak ditelan bumi, tidak ada yang mengetahui tentang keberadaaan adiknya bahkan teman kampusnya. Memang sangat ahli sekali ia mengusir adiknya sendiri. Step sekarang agar ia lebih dicintai adalah memberikan kabar kehamilan. Ia sudah menyiapkan segalanya bahkan urine orang ibu hamil yang ia temui. Demi Zaidan ia rela melakukan apapun. "Mami!" Wajah sumringah dan terharu bergabung menjadi satu untuk mendukung aktingnya sekarang ini, ia harus sangat natural untuk mendapatkan hati dari mertuanya tentang kabar kehamilannya. Pandangannya bertemu dengan mertuanya yang sedang memainkan ponselnya dengan wajah sedih, tentu perubahan dari Zaidan membuat wanita paruh baya itu memikirkannya. “Mami, look at this!” Perempuan paruh baya itu melongok dan menut
Happy Reading Semuanya! Ini adalah pernikahannya yang kedua dan perasannya masih sama. Dadanya berdegub sangat cepat memandang cermin di depannya, mungkin dulu bukan pernikahan yang membahagiakan untuknya tapi sekarang ini adalah sesuatu yang membahagiakan untuk Eva karena menikahi orang yang dicintainya. Eva terkekeh geli mengingat masa lalunya, ia dulu pernah bersumpah tidak akan mencintai Zaidan. Justru sekarang ia malah cinta mati pada lelaki itu, memang ucapan sama sekali tidak bisa dijaga. "Kamu kenapa?" tanya Livy. "Bukankah ini sangat lucu?" Livy menaikkan sebelah alisnya sembari menggendong bayi yang merupakan anak dari adiknya, ia tidak mengerti dengan perkataan sang adik saat ini. "Kenapa?" tanya Livy lagi. Bibir Eva tersenyum manis, "Dulu kita berkelahi hanya karena satu laki-laki, dulu aku sangat membenci dengan Mas Zaidan dan sekarang aku malah cinta mati sama dia." Livy tersenyum mendengar perkataan dari sang adik barusan. Setelah diingat kembali ini memang san
Happy Reading Semuanya! Kecupan itu semakin mendalam dan tidak peduli tempat. Mungkin orang yang melihatnya juga memahami apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Ini adalah kebahagian mereka setelah melewati kenangan pahit yang menyerang mereka. Sudah dua minggu semenjak kehadiran Eva di rumahnya, kini rumah yang sempat suram karena karangan bunga dan berita kesedihan berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tidak menyangka jika akan mendapatkan kebahagian baru yang tidak pernah mereka sangka. "Ampun deh kalian! Bisa enggak sih kalau kalian melakukan itu di kamar saja? Bagaimana pun kalian harus menghormati orang tua disini." Kecupan mereka terlepas sembari memperhatikan ibu dari Zaidan yang kini meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri cucu kesayangannya. Ibu dari Eva sendiri hanya terkekeh geli melihat adegan kedua anaknya. Zaidan tidak peduli, ini adalah hal menyenangkan untuknya dan membahagiakan di setiap
Happy Reading Semuanya! Jika ini adalah mimpi, maka jangan bangunkan Zaidan untuk saat ini. Sudah lama ia tidak memimpikan orang yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan ini. Ini adalah mimpi terindah yang pernah Zaidan rasakan setelah beberapa bulan ia mengalami perasaan kehilangan, air matanya mengalir dengan deras tanpa bisa ia cegah sama sekali. Eva muncul di mimpi tidur siangnya. Tidak! Ini bukan mimpi tidur siangnya. Hawa panas dan banyak mahasiswanya yang memperhatikannya, berarti ini sungguhan bukan hanya lamunannya semata. Orang yang dicintainya ada di depan matanya, semuanya terasa nyata, ini bukan hanya khayalan sematanya kan. Dia kembali... Orang yanng dicintainya kembali berada di depan matanya. Zaidan tidak ingin melewatkan mimpi indah ini sedikitpun. Lelaki dengan wajah tampan itu terlihat berlari menghampiri perempuan yang ada di depannya itu, memeluk perempuan yang kini membalas pelukannya tidak kalah er
Happy Reading Semuanya! "Selamat siang, Prof." Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman tipis menanggapi sapaan dari mahasiswanya. Langkahnya berjalan memasuki ruangannya setelah hampir dua jam ia mengajar di dalam kelas, tatapan matanya mengarah pada meja kerjanya yang menampilkan foto orang tercintanya. Zaidan belum bisa move on atas semua yang sudah terjadi pada keluarga kecilnya. Zaidan tidak mencoba untuk melupakan, perasaan kehilangan dan ketakutan itu masih terasa. Lelaki itu juga masih sering meridukan Eva yang sama sekali tidak pernah hadir dalam mimpinya ataupun bayi mungilnya, padahal Zaidan amat sangat berharap jika ia bisa melihat keduanya meski dalam mimpi. "Sayang, ini sudah tiga bulan berlalu." Lelaki yang kini sibuk mengamati foto kebersamaan mereka sewaktu liburan hanya bisa menghela napas pelan, ia tidak menyangka jika sudah menghabiskan waktu yang lama untuk merelakan Eva. Sebenarnya sekarang pun ia belum merelakan kepe
Happy Reading Semuanya! Tubuhnya benar-benar lemas, ia tidak menyangka jika dalam waktu singkat harus mendapatkan kabar menyakitkan seperti sekarang ini. Menurut Zaidan ini adalah karma karena dulu membuat sakit hati Eva yang tidak terlampiaskan, tetapi yang ia rasakan karmanya terlalu berat. "Apakah ini karma untuk saya Eva?" bisik Zaidan. Zaidan tidak mendapatkan kabar apapun setelah kepulangannya dari bandara setelah menunggu hampir tiga jam lebih demi mendengar kabar terkait orang tercintanya. Orang tuanya yang menyusul ke TKP juga belum memberi kabar apapun. Air matanya terus mengalir tanpa bisa Zaidan cegah, pembuktian jika Eva adalah cinta sejatinya. Lelaki yang merasa dunianya hancur hanya bisa terdiam memperhatikan ruang utama rumahnya sekarang ini, matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Kepalanya menunduk, air matanya kembali mengalir karena harapannya mendadak pupus. Harusnya malam ini mereka bisa tertawa bersama sembari menimang anak mereka, tapi kenyatan
Happy Reading Semuanya! Waktu yang ditunggu olehnya akhirnya datang juga. Saat ini mungkin Zaidan memang masih bersedih, tapi ia juga tidak ingin berlangsung lama. Masih ada lagi hal yang perlu ia kerjakan, dan air matanya terasa kering. Zaidan tidak bisa melampiaskan begitu saja. Lelaki itu yakin kalau ia bisa menangis dengan lega nanti, bersama orang tercintanya yang lebih tahu tentang kejadian meninggalnya kerabat dekatnya itu. Untuk sekarang ia harus menyiapkan diri dengan bahagia karena Eva akan kembali ke pelukannya. Rumahnya sudah di dekor ulang dengan keadaan steril tidak ada debu, agar anaknya dan orang tercintanya bisa hidup dengan layak di rumah mereka saat ini. Rumah penuh dengan kenangan, Zaidan juga sudah menyetok persiapan makanan untuk menyambut keduanya. Hatinya berdegub kencang tidak karuan. "Mass ingin segera bertemu kamu sayang, menunggu cerita yang akan kamu lontarkan untuk Mas." Zaidan sudah mendengar kabar jika istri dan anaknya saat ini sedang transit di Si
Happy Reading Semuanya!Zaidan belum berpamitan dengan layak pada temannya itu, ia merasa menjadi teman yang buruk. Kevin selalu ada untuknya bahkan untuk orang tercintanya, tetapi kenapa ia selalu melewatkan hal terburuk dari temannya. Kevin memang pandai menyembunnyikannya, lelaki itu sangat ahli dalam menyembunyikan perasaan. "Lo enggak pernah berubah," bisik Zaidan. Lelaki itu sangat ingat bagaimana temannya menyembunyikan sesuatu yang besar bahkan perihal untuk membayar sekolah, lelaki dengan nama Kevin itu sampai rela bekerja banting tulang membersihkan piring sampai menjadi pelayan toko 24 jam demi membayar sekolah. Kevin bisa saja memanfaatkannya untuk membantu membayar, tapi lagi-lagi lelaki itu melakukan sesuatu yang berat seperti itu. Sebagai teman tentu ia merasa sangat jahat, maka dari solusinya ia menanggung biaya sekolah Kevin bahkan sampai temannya mendapatkan gelar. Ia bangga dengan Kevin, semua yang dilakukannya membuat Zaidan bangga. "Lo janji bakalan kembali ke
Happy Reading Semuanya! Zaidan tersenyum manis memandang dari layar laptopnya dimana kedua orang kecintannya disana, ia sudah sangat rindu dengan keduanya dan terasa sangat lama sekali harinya. Apalagi dalam seminggu belakangan ini ia sibuk dengan perusahaannya dan urusannya menjadi dosen, benar-benar menyita waktunya. "Mas rindu banget sama kamu sayang," Eva tampak tertawa pelan mendengar perkatannya barusan, "Aku juga rindu sama Mas, padahal setiap hari kita saling tukar kabar. Kenapa saya rindu mulu ya sama Mas? Mas pakai pelet apa?" tanya Eva dengan raut wajah cemberut. "Ketampanan dan rasa cinta Mas," sahut Zaidan. "Dasar gombal! Sayangnya Momy, kalau sudah besar jangan sama kaya Dady ya? Tukang gombal," Eva mengecup pipi bayi tampannya yang tertawa seolah setuju dengan perkataan Eva. Benar-benar pemandangan yang manis. Tatapan mata Zaidan mengarah pada kedua orang yang ada di depannya itu, bohong jika Zaidan tidak tahu arti tatapan dari orang tercintanya ini. Tatapan Eva
Happy Reading Semuannya! Semuanya berlalu dengan cepat, Eva tidak ingin memberitahu Rendi ataupun Zaidan. Perempuan yang menjadi ibu satu anak itu tidak ingin melihat betapa sedihnya orang tercinyanya jika mengetahui sahabat terdekatnya sudah tidak bisa lagi berada di sisinya, tapi yang Eva tahu sekarang ini adalah bukan hanya dirinya yang terluka, ternyata bukan hanya Eva saja yang mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal oleh Kevin yang selalu senantiasa bersama dengan dirinya dalam keadaan sulit ataupun bahagia. Iris matanya memperhatikan perempuan asing yang tiba-tiba menangis tepat di hadapan pemakaman Kevin saat ini. Perempuan itu bukan Ana dan Ana juga tidak sesedih itu karena kenyataannya mereka sudah ikhlas membiarkan Kevin pergi meskipun matanya juga bengkak karena terlalu banyak menangis. Kevin sudah dikuburkan dengan layak dan semuanya di bantu oleh Daniel yang lebih tahu menahu tentang pemakaman di negara ini, meskipun harus membayar mahal. Selama Kevin bisa baha