Selamat membaca. Vote gem untuk novel ini bila kalian merasa terhibur. Tinggalkan komentar dan rate bintang lima. Terima kasih! Gomawo!
Raina terus memukul Anes dengan guling. Perang dimulai! Tak ada ampun untuk Anesya Paramitha. Anes mengaduh. Namun, mulutnya tertawa. Dia terpojok di atas ranjang. Sore ini, mereka baru selesai belajar bersama di rumah Raina. Minggu depan akan ada Ujian Pengendali Mutu. "Udah, dong, udah! Nyonya Nusakambangan dendam banget orangnya!" Raina mengayunkan gulingnya semakin tinggi. "A-ampun!" Anes mengangkat kedua tangan. "Semua tentang gue lo sampaikan ke Si Bapak Nusakambangan itu?" tanyanya gregetan. "Nggak, nggak! Nggak semua. Yang ditanya aja!" "Dia tanya semua hal?" tanya Raina dengan mata berkilat. Gulingnya sudah diempaskan. "Hmmm, i-iya, kadang." Anes takut diamuk lagi oleh sahabatnya. "Jangan, dong, Nes! Lo ada di pihak gue, dong! Berhenti aja lo jadi temen gue kalo masih ember sama dia!" Raina sedang rebahan. Dia menyedekapkan tangan. Anes ikut merebahkan diri di sebelah Raina. "Iya, iya, nggak lagi! Padahal lo harusnya terima kasih sama gue! Kan jadi punya ide tambahan
"Kamu ngapain? Masa kecil kurang ngeliat cowok ganteng jadinya liatin pasir?" tanya Irham sambil tersenyum. Irham hampir saja menanyakan masa kecil kurang bahagia seperti yang suka diguyonkan kebanyakan orang. Hampir saja! Bagaimana kalau Raina menjawab iya? Wanita di hadapannya memang tampak ceria, tapi pasti jauh di dalam hatinya penuh kerapuhan. Irham tidak menyesal sudah menyampaikan kalimat aneh seperti itu. Tentu masih lebih baik daripada dia bertanya apakah masa kecil kurang bahagia. Pria itu mengembuskan napas pelan. ""Besok siang, kamu mau menemani saya, 'kan?" Pertanyaan ini kenapa terdengar norak di telinga Irham sendiri. "Nggak mau, Pak!" "Padahal saya sudah belikan baju bagus!" Irham menyandarkan tubuh jangkungnya pada mobil. "Bapak kasih ke Anes aja." Raina memutar mata. Siapa juga yang suruh beli baju? "Mana muat dia pakai baju ini!" Irham menikmati segala cara penolakan dari wanita di hadapannya. "Jadi, nilai tugas pra ujian kemarin pakai nilai asli saja?" Rain
Raina menatap Anes bingung. "Lo ngajak Adli?"Mereka memang bersahabat dengan Adli. Namun, tidak di tahap Anes bisa mengajak pria itu ke undangan. Demi apa pun, Anes tidak pernah melakukannya selama hampir tiga tahun berteman dengan Adli."Jangan melotot gitu, dong! Nggak seperti yang lo pikirin," gumam Anes.Mereka mengakhiri pembicaraan tentang Adli Winata karena pria itu membuka pintu dan duduk manis di jok belakang. Mobil pun kembali melaju menuju tempat acara."Rai, lo suka mawar putih, 'kan?" Adli menyodorkan satu buket mawar ke tangan Raina.Wanita itu belum selesai memikirkan apa hubungan Anes dan pria yang dicap sebagai pacar bohongan. Sekarang, dia harus bahagia atau takut menerima bunga dari Adli? Kalau Anes menyukai Adli, tentu dia tidak pantas melakukannya."Astaga, jadi lo ke toko bunga buat beli bunga itu?" Anes menoleh ke belakang, menatap Adli geli."Terus gue harus beli apaan?" tanya Adli kesal. "Rai, terima, dong! Apa-apaan lo nolak buket bunga dari cowok paling gan
"Mandangin pelaminan terus! Kan gue belum lulus kuliah." Adli sudah berdiri di samping Raina "Geli banget omongan lo!" seru Raina setelah menoleh kepadanya. Adli cekikikan mendengar itu. Dia paham betul bahwa Raina adalah tipe wanita yang terkadang tidak suka romantisme. "Anes mana?" "Anes ke kamar mandi. Lagi apa?" "Lagi mikir. Emangnya menikah sebahagia mereka?" Raina kembali mengarahkan pandangan pada sepasang pengantin di depan sana. Adli ikut fokus pada pasangan suami-istri yang baru saja sah tersebut. "Mereka bahagia!" Pria itu mengatakannya karena melihat pengantin sedang tertawa bersama dan saling menatap. Raja dan ratu sehari yang sedang mereka lihat sedang melakukan photoshoot untuk album pernikahan. Gaya memeluk, saling menatap, tertawa, dan beberapa adegan romantis lainnya dicoba satu per satu. Adli dibuat menelan ludah menyaksikan pemotretan tersebut. Dia menyugar rambutnya yang mulai gondrong. "Kita juga bisa bahagia, Rai!" serunya menyalurkan semangat. "Lo tau
"Ayo, segera menikah, Raina!" Raina mencari kebenaran di mata Adli. Tidak mungkin pria itu mengatakanya dengan serius."Ya ...cari pasangannya dululah!" Akhirnya sewot juga. Diajak menikah oleh Adli Winata? Yang benar saja! Ini jauh lebih aneh dibanding dilamar Irham Nusahakam. "Lo nggak ngerti kata ayo? Ayo! Ayo tuh artinya nikah sama gue!" Adli mengeluarkan emosinya yang tidak seberapa itu. "Beneran nggak paham atau cuma pura-pura aja, sih?!" Dia mengacak rambutnya kasar. Raina terdiam. Dia menahan tawa. "Jangan pernah keluar kalimat menyeramkan kayak gitu lagi dari mulut lo! Gue nggak mau, ya, dunia permedsosan gempar. Keep your silent!" Raina mengisyaratkan mengunci tangannya dengan jari. Dia sangat memahami seberapa terkenalnya Adli di luar sana. Jadi, sangat tidak mungkin seorang Adli Winata mengatakan hal semacam itu. Sementara, Irham mendengkus melihat Adli yang frustrasi. Apakah cowok itu akan bergabung dengan mahasiswanya sendiri sebagai barisan patah hati? Tidak lucu! Di
"Terakhir kali saya tanya kamu. Mau ... menikah sama saya?" Raina menundukkan kepala. Dia menjalin jari jemarinya. Tiba-tiba terlintas bisikan Sheiza. Tentang kebaikan Irham yang tak bisa dipungkiri. Haruskah Raina memukul dirinya sendiri untuk mengurangi pikiran-pikiran negatif tentang rumah tangga? Tanpa sadar, sudut mata wanita itu menitikkan air. Bagaimana bila dirinya tidak seperti yang diharapkan Irham? Bagaimana bila Irham meninggalkannya? Bagaimana bila dia tidak bisa hidup tanpa Irham? Bagaimana bila ada sesuatu di antara Maira dan Irham? Dia ingin tak bodoh sendirian. "Hei, kamu kenapa?"Irham membungkukan badan demi melihat mata Raina. "Nggak bisa jawab? Galau? Ya sudah, kamu nggak usah jawab. Aku nggak akan bertanya lagi tentang pernikahan." Irham tersenyum. Dia menegakkan badan dan mulai mengemudi. Pikiran Irham melayang. Mungkin memikirkan alasan Raina menangis. Apakah dirinya sangat menakutkan sampai gadis ceria seperti Raina menangis? Irham memasukkan kembali kotak
Ma-sih-ka-lah-ja-uh. Raina mengerutkan kening setelah membaca chat Anes di grup. Yang lebih mengejutkan lagi adalah foto terkutuk itu. Apa mungkin Irham memotret dirinya saat tidur? Raina mengusap wajahnya dengan gusar. So sweet ...! Ngiler g tuh? Baju Raina sama kayak yg foto sama Adli Di mana, sih, mereka? Kenapa gue g diajak? Eh, Raina, pilih yang mana jadinya? Tolong putuskan skrg Sisakan satu buat kami para jomlo Cowok Bersama dilepas aja Pak Irham, saya siap menikah. Adliiii serasiii sama Rainaa, tp lebih serasi lagi sama gue. Raina g ush pilih dua-duanya pilih gue aja. KM paling tamvan sekampus ini Hoex Ngaku-ngaku lo! Obrolan-obrolan terus saja berebut memenuhi ruang WAG. Tak peduli esok ada ujian. Mengobrol memang lebih asyik daripada belajar. Raina melempar HP-nya ke kasur karena kesal. Inikah yang dinamakan senjata makan tuan? Wanita itu sengaja mengirim foto saat berdua Adli ke grup. Tujuannya agar hubungan mereka kembali seperti semula. Semua teman-teman k
Anes belum mengganti baju dan celana training. Dia bahkan tidak berniat untuk beranjak ke mana pun. Wanita itu menggigit jari jempol tangan kirinya perlahan. Ini adalah kebiasaan lama yang muncul karena gugup. Mawar putih di atas nakas terlihat indah. Anes memandangnya sambil rebahan. Bunga itu ditinggalkan Raina di mobil Anes, bukan? Raina tidak membutuhkannya lagi, 'kan? Anes tidak berniat membawanya ke sini. Anes terus bertanya-tanya dalam hati. Dia kembali mengeluarkan HP dari saku celana training. Semakin dilihat, dadanya semakin terasa sesak. Potret yang sedang dilihatnya memang gambar biasa. Dia juga sering berfoto dengan Adli seperti itu. Namun, bukan itu masalahnya. The problem is Adli yang tidak pernah posting foto wanita mana pun. Kini dengan berani meng-upload foto bersama Raina. Itu artinya apa? Bukankah jelas? Adli serius terhadap perasaannya. Adli Winata adalah pria yang menerima godaan dari wanita mana pun. Pria itu sangat ramah dan bersahabat. Namun, sahabat terd
Menikah itu ibadah. Namun, jangan sampai Irham mendengar hal yang diyakini Raina ini. Dia bisa semakin ngebet untuk melaksanakan ibadah yang kelak akan menjadi kesukaannya.Raina bukan bergidik, tetapi pipinya malah bersemu merah.Malam semakin larut. Bahu dan punggung Raina rasanya rontok seperti baru selesai outbond atau bahkan mendaki gunung. Dia ingin segera membersihkan wajah dan tidur.Irham masuk kamar dengan wajah kelelahan, tetapi tetap terpancar kebahagiaan. Dia baru saja membantu Maira dan Collin membawakan hadiah-hadiah teman Raina ke mobil untuk disimpan di rumah Raina langsung.Kelopak mawar di atas kasur sudah berantakan di bawah. Irham menarik napas. Raina pasti sudah mengibasnya dengan membabi buta. Wanita itu sudah bilang tidak mau ada bed ala-ala pengantin baru.Irham membuka jas dan kemejanya dan duduk di pinggir kasur. Dia tahu Raina sedang mandi dan membersihkan wajah. Adegan membukakan baju pengantin yang Irham bayangkan ambyar sudah. Buktinya, Raina sudah buru-
"Saya terima nikah dan kawinnya Raina Atqiyya binti ..."Itu adalah kalimat paling romantis yang didengar seorang penulis. Dari ribuan kalimat dalam novel romansanya, dia tidak pernah menulis satu kalimat pun seindah itu.Raina tidak membayangkan akan menikah dengan Irham, si paling ngajak ribut setiap hari.Anes sibuk bersorak-sorai sejak orang-orang berkata sah, apalagi saat Irham memakaikan cincin di jari manis tangan kiri Raina. Dia tidak peduli dengan keanggunan gaun bridesmaid berwarna silver yang sedang dipakainya. Ada yang berbeda dari Anes. Wanita itu memakai hijab. Tentu saja setelah perdebatan panjang dengan Raina.Anes semakin gregetan dengan sikap malu-malu ala perawan Raina saat dokumentasi foto-foto buku nikah. Dia asyik tertawa dan menjepret dari berbagai sudut tanpa peduli sosok yang sejak tadi terpesona dengan penampilan barunya.Ya, itu adalah Vino, yang ikut tersenyum saat Anes tertawa.Irham terlihat sangat bahagia seolah matanya mengeluarkan binar cinta saat mena
Percuma pesona Irham Nusahakam kalau tidak bisa membuat Raina menginginkannya.~ Irham yang sedang memikirkan cara untuk melakukan hal halal setelah akad==="Sekarang kita pikir dulu, Sayang." Irham mengulurkan tangan, menarik Raina untuk duduk di sebelahnya.Mereka sedang berada dalam kantor Irham.Raina ingat setahun lalu Irham pernah tidak membukakan pintu untuknya. Kalau diingat-ingat, Raina jadi sebal pangkat seribu terhadap pria di sebelahnya. Sok bersikap dingin padahal akhirnya tetap mengejar Raina. Siapa lagi kalau bukan Irham Nusahakam?"Pikir apa?" tanya Raina. Dia membuka box rujak jambu kristal yang tadi dibelinya di jalan menuju kantor Irham. Meskipun sudah sore, tetapi tidak mengurangi keinginan Raina untuk memakan buah tersebut."Tentang kita. Tentang akad." Irham menatap Raina penuh perhatian. Namun, as always, yang ditatap sibuk mengalihkan pandangan.Wanita itu mencicipi jambu kristalnya dengan khusyuk. Matanya seolah mengeluarkan cahaya bintang karena terlalu exci
Berada di antara kalian membuatku sakit. Namun, aku juga bahagia karena melihat Raina bahagia.~ Adli Winata galau tak berkesudahan.===Jadi, siapa sebenarnya yang orang ketiga? Adli atau Irham? Irham lebih dulu menyukai Raina bahkan sejak gadis itu masih bau keringat. Namun, Adli lebih dulu menapaki masa-masa kuliah bersama Raina. Dia lebih dulu memperkenalkan diri. Yang pasti, mereka memiliki ruang berbeda dalam hati Raina.Adli curiga pemilik akun fanbase itu adalah orang di sekitar lokasi syuting, tetapi siapa? Pria itu mengambil handphone dari saku. Setidaknya rumor bisa ditutup dengan postingan ini. Dia menarik lengan Raina untuk mendekat. Begitu juga dengan Irham. Jadi, posisi Adli sekarang berada di antara pasangan itu.Irham mengerutkan kening. "Kamu mau ngapain?" tanyanya waspada.Adli hanya berdecak sebal dengan mata melirik Irham penuh kekesalan.Sementara, Raina hanya tersenyum melihat interaksi di antara dua pria tersebut."Foto dulu buat kenangan." Adli mengangkat tang
Apa ada yang lebih bahagia daripada menikah dengan orang yang kamu cintai dan mencintaimu? - Irham Nusahakam Apa ada yang lebih ikhlas daripada melihat orang yang kamu cintai menikah dengan pilihannya? - Adli Winata Apa ada yang lebih galau daripada mencintai orang yang telanjur mencintai orang lain? - Aldian =========== Setelah chating ingin bicara pada waktu itu, Raina tiba-tiba sibuk bolak-balik kantor webtun untuk beberapa kali rapat dan ACC komiknya yang akan diadaptasi menjadi sebuah drama web series. Dia pun seketika lupa kalau memiliki seorang tunangan yang kesabarannya setinggi gunung Everest. Ya, ketinggian 8800 meter di atas permukaan laut. Meskipun kesabarannya setinggi gunung, akan tetapi terkadang berubah menjadi setipis tisu. Seperti hari ini, Raina terkejut melihat Irham sudah duduk di lobi kantor. Dia baru saja bertemu Kriss untuk rapat dan baru mendapat bocoran bahwa Irham memiliki saham di perusahaan tersebut sejak beberapa tahun lalu. Apa itu juga dilakukann
"Pak Irham sengaja ya nempelin aku terus supaya enggak mau ditinggal?"Raina and her bucin fiancee.--------Ini sudah beberapa jam sejak Raina hanya membalas pertanyaan Irham dengan senyum. Sungguh, dia malu kalau harus berkata tidak sanggup berjauhan dari Irham. Lagipula, tingkat kebucinan Raina belum setinggi itu. Kalau diukur pakai penggaris, kebucinan Raina mungkin hanya 5 cm, jauh berbeda dibanding kebucinan Irham yang menjulang tinggi.Sekarang, mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Awalnya, mama meminta Raina untuk tinggal di Bogor saja. Namun, Raina tidak betah tinggal di rumah mamanya sendiri. Dia lebih nyaman tinggal di rumahnya, meskipun kesepian.Sejak kehadiran Irham, kesepian hanya sebuah keadaan, buktinya hati Raina terus saja dipenuhi keramaian tentang pria itu.Irham melirik Raina yang pagi ini memakai sebuah dress berbahan crinkle airflow premium dengan jilbab lebih cerah dan bermotif. Dia secara natural menarik senyuman. Bagaimana ini? Irham sama
Kalau hati sudah yakin, apa yang bisa menghentikannya? Hanya keyakinan yang diperlukan dua insan untuk hidup bersama.- author lagi bageur --------------"Mohon maaf kepada Maira, saya tentu saja bukan ingin menghancurkan acaranya. Saya hanya ingin menambah kebahagiaan di antara kita semua. Kebetulan papa mama saya juga hadir dalam acara ini." Irham menatap papa mamanya yang sudah penasaran level tinggi.Mungkin, Pak Ibrahim siap melempar sepatu mahalnya ke hadapan Irham kalau anak itu membuat malu keluarga. Namun, selama ini Irham adalah anak tunggal yang merupakan kebanggan papa mamanya.Sementara itu, Maira sudah duduk di kursi sambil memijat dahi. Dia tidak suka rundown acaranya dirusak oleh Irham. Collin mengusap punggungnya sejak tadi."Mama, Papa, yang terhormat orangtua Raina Atqiyya, mantan mahasiswi saya." Irham membungkuk hormat sambil menghadap ke arah mama Raina dan papa tirinya, lalu melakukan hal yang sama kepada papa Raina dan ibu tirinya. "Perkenalkan saya adalah Ir
Kalau bukan kamu, apa aku bisa bertahan selama ini?Icikiwir :D====Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Namun, ini bukan hari yang ditunggu Raina, tetapi Maira.Maira's day is today. Dia mengulangi sejarahnya dengan Collin bersama hati yang baru, pola pikir yang baru, dan cinta yang baru.Sejak subuh, wanita itu sudah ribet. Iya, dia ngerepotin Raina dengan banyak menyuruh-nyuruh ini dan itu. Kalau bukan karena ini hari bahagia Maira, tentu saja Raina sudah memulai peperangan sejak pagi."Na, jas buat saya nge-MC di mana?" Itu suara Aldian yang menginterupsi kesantaian Raina di sofa. Iya, Raina sedang meluruskan punggung.Akhirnya yang jadi MC pada acara Maira memang Aldian, bukan Adli Winata. Adli Winata tiba-tiba menghilang seperti yang dikatakannya."Na?" Aldian menyadarkan Raina yang sedang melamun memikirkan Adli.Tiga hari sudah tidak ada kabar.Huh, dasar Adli Winata! Si paling pengen dicariin."Na?" Aldian meninggikan suara."Ih, Aa, kenapa nanyanya sama aku, sih? Aku kan
Puluhan kali aku melihat senyumanmuPuluhan kali juga aku terpesona padamu~ Gombalan siapa lagi ini? :'(===="Sayang, kamu ngapain ke sini?"Sungguh, Irham sangat terkejut mendengar panggilan sayang dari Raina. Dia benar-benar dibuat salah tingkah karena satu panggilan itu. Irham bahkan belum menjawab pertanyaan itu. Pria itu menenangkan diri sesaat sebelum akhirnya berbicara."Mama, Papa, maaf, ya. Saya agak salting sedikit karena Raina dari tadi pamer senyum terus ke saya. Jantung saya tidak aman." Irham hanya mampu menatap mama dan papa Raina bergantian.Dia tidak sanggup melihat Raina yang sedang tersenyum menatapnya. Jantungnya makin terasa tidak karuan."Kita ke sini mau minta restu Mama untuk segera menikah. Kalau lamarannya sebenarnya sudah sering saya lakukan secara pribadi kepada Raina, tetapi Raina kemarin-kemarin belum siap mempunyai suami seperti saya." Irham tertawa setelah mengatakannya."Raina suka ngada-ngada emang." Mama bergumam.Aldian dan Adli menghela napas ber