Beranda / Romansa / Dosen Kampret itu, Suamiku!! / [145] Mas Jangan Kayak Gitu Ya

Share

[145] Mas Jangan Kayak Gitu Ya

Penulis: qeynov
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-07 21:00:12

“Katanya ke ruang kerja, Mas?” tanya Flora ketika mereka menaiki satu per satu anak tangga. Ruangan kerja Kalingga berada di lantai satu, tak jauh dari kamar kedua orang tua lelaki itu. Lokasinya berdekatan dengan milik ayah mertuanya.

“Hanya alasan Mas saja, Flora. Ngapain kita ke ruang kerja. Mas masih males pegang pekerjaan.”

Flora ber-oh-ria. Ia mengikuti Kalingga yang sudah pasti akan menuju kamar mereka.

“Adik kamu itu, Mas— dia pencemburu banget. Anaknya aja masih sekecil itu loh, gimana kalau Sea udah remaja ya?”

“Orang aneh memang.:” seloroh Kalingga. Ia menarik Flora ke pangkuannya, lalu melingkarkan lengan kekarnya pada perut sang istri. “Padahal Bapak nggak begitu ke Shafa.”

Flora memandang Kalingga lekat, “kalau Mas, nanti kayak Pak Udin, nggak?” tanya-nya, penasaran.

Kalingga mencubit gemas ujung hidung Flora. “Kamaru adik ipar kamu, kenapa masi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [146] An— Anu, Ngel..

    Alexiz menangkap tubuh putrinya yang hampir terguling. Pria itu langsung menggendong baby Alexa.“Lex,” pekik Angel sembari menaik-turunkan pandangannya.“Wait, Ngel. Lexa nangis.” Alexiz sedang mencoba mendiamkan baby Alexa yang kaget. Karena kesalahannya putrinya hendak celaka. Beruntung ibunya berteriak dan dirinya bisa sigap bergerak.“Your dick tuing-tuing, Xiz!”Bruk!!Mama Alexiz pingsan. Wanita itu terlalu shock karena tak hanya melihat cucu kesayangannya hampir terjatuh, tapi juga menyaksikan keperkasaan putranya.“Ngel! Jangan diem aja! Benerin anduk aku yang melorot!” pinta Alexiz panik. Pintu kamar mereka masih terbuka, kemungkinan akan adanya orang lain yang masuk sangatlah besar bisa terjadi.“Tapi Mama..”“Aku dulu, Angel!” desis Alexiz. Dosa apa dirinya sampai dihadapkan pada kejadian yang m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [147] Get Out!

    Alexiz menekan klakson mobilnya. Pria itu tetap tak sabaran meski telah melihat satpam rumah Kamarudin berlari menuju gerbang. “Mas Alexiz, sabar!!” “NGGAK BISA!! BUKA GERBANG, CEPET!” Ketika gerbang terbuka, tangan pria itu menekan tombol rem tangan lalu kembali menginjak pedal gas. Alexiz melompat turun, membanting pintu mobilnya. Ia berjalan dengan langkah tergesa, membuka pintu kediaman rumah sahabatnya. “Kamarrrruuu!!” teriaknya lantang, memanggil si pemilik rumah. “Alexiz!” ucap Surti, menghampiri. “Majikan kamu dimana, Sur? Panggilin dia!” Alexiz kembali berteriak, “Kamarrrruudiiiiin!” gelegarnya sembari semakin memasuki kediaman sahabatnya. “Rumah gue bukan hutan.” Kata Kamarudin sembari melangkahkan kakinya untuk menuruni anak tangga. Alexiz pun membalas, “emang! Penghuninya doang orang utan semua! Bawa kesini bini lo! Gue ada urusan sama dia!” Pria itu menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. “Lo pikir bini gue mau turun, kalau lo teriak-teriak nggak ada adab gini?” Al

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [148] Mengakui Perasaan

    “Pah!” Pekik Alexiz. Ia baru saja menuruni mobilnya, lalu melihat sang papa mengeluarkan senjata api miliknya. “Gara-Gara kamu, Papa terusir dari kamar! Tanggung jawab!” ucap Papa Alexiz menodongkan moncong revolvernya pada pelipis Alexiz. Alexiz terpelongo. “Maksudnya gimana nih?! Papa mau,” telapak tangannya bergerak naik-turun, membentuk sayatan pada leher sebagai pengganti kalimat sang papa yang berniat menghabisi nyawanya. “Cucu Papa masih bayi!” Hey! Dirinya mau dibunuh, bahkan sebelum putri kesayangannya tumbuh dewasa. Ia belum sempat mendengar Alexa memanggilnya papa atau kata semacamnya yang mengindikasikan jika dirinyalah ayah gadis kecil itu. “Tunggu dia jadi nenek-nenek dulu baru matiin Lexiz!” imbuh Alexiz, secepat kilat.” “Keburu Papa yang ke-kubur di San Diego!” balas papa Alexiz, sarkas. Putranya saja belum tentu bisa mendampingi cucunya sampai tua. Apalagi dirinya yang hampir setengah abad. Terkadang mulut putranya memang perlu dirobek menjadi ribuan bagian. “Tu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [149] Mengakui Perasaan (2)

    Telapak tangan Alexiz turun dari lengan sang istri. Pria itu mengambil tangan yang lain, lalu menggenggamnya erat. “Buat buktiin kalau bajingan ini beneran cinta sama istrinya.” Ucap Alexiz. Bibir Alexiz sempat terlipat ke dalam, pertanda bahwa pria itu gugup saat menunggu jawaban atas permintaannya. “Give me one more chance! Aku janji bakalan nunjukin ke kamu, kalau kamu bener-bener nggak jatuh cinta sendirian. I fell down too.” “Ya?!” Alexiz meremas telapak tangan Angel, lembut. Mencoba menyakinkan sang istri bahwa wanita itu dapat mempercayai kata-kata yang dirinya ucapkan. Melihat istrinya terdiam tak memberikan respon, Alexiz pun kembali membuka mulutnya. “Think about it, Ngel. Gimana bisa aku bertahan selama ini, kalau aku nggak jatuh cinta ke kamu? I just haven't realized it yet.” “Kita bahkan sampai punya Alexa.” Sebut Alexiz sembari melirik putrinya yang terlelap disamping mereka. “Easy— itu karena kita tidur bareng. Kemungkinan besar aku hamil jelas tinggi. Alexa ada ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [150] Kamarudin Terjerat Skandal

    Satu minggu berlalu dengan sangat cepat. Kehidupan berjalan sebagaimana mestinya. Kamarudin bersama Anya dan kedua anak yang menggemaskan. Kalingga yang terus berusaha melakukan tugasnya dalam menghamili sang istri, serta Alexiz yang kini mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan rasa cinta kepada Angel. Mereka semua melalui hari-hari yang begitu indah.“Masih ngerasa pusing, Mah?” tanya Kamarudin, memijat tengkuk Anya dengan gerakan lembut. Istrinya beberapa kali memuntahkan isi perut. Dia juga tak menyelesaikan sarapannya karena hal tersebut.“Sedikit— late morning sickness kayaknya.” Ia belum melewati trimester. Kemungkinan merasakan gejala layaknya orang hamil kebanyakan sangatlah normal terjadi.“Kita ke rumah sakit aja ya? Biar dokter nambah obatnya.”“Belum waktunya periksa, Udin. Udah deh! Aku tuh nggak apa-apa. Orang hamil emang begini!” Lagipula suaminya harus bekerja. Pergi

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [151] Mata-Mata Untuk Kamarudin

    “Duduk, Din.”Kamarudin menarik kursi kosong disamping Tanu Handoyo. Pria itu membuka beberapa kancing jasnya lalu mendudukan diri.“Karena kamu terlambat, Papa pengen denger usulan kamu untuk masalah yang kita hadapi!”Beberapa petinggi yang merupakan kerabat Tanu melirik pria itu. Belum lama waktu berjalan sejak Tanu memberikan teguran mengenai panggilan yang pantas, tetapi Tanu justru menunjukan keistimewaan untuk menantunya.“Mendatangkan audit dari luar, Pak. Kita bisa menyewa pihak ke-3 yang Bapak percayai. Dengan begitu tidak akan ada spekulasi mengenai keterlibatan siapa pun di dalamnya. Orang tersebut akan bekerja dibawah kendali Bapak, lalu Bapak bisa menjadikan saya sebagai orang pertama yang diaudit.”“Ide bagus.. Saya kenal beberapa auditor yang bisa dipercaya. Mungkin dia juga bisa menggantikan orang-orang yang sudah tidak layak pakai disini!”Tanu memanggil tangan kanannya dan di

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [152] Melaluinya Bersama-Sama

    “Kamu kok udah balik?”Anya menggeliat. Ia cukup kaget melihat keberadaan Kamarudin. Pasalnya jika bukan karena ada hal yang mendesak tentangnya dan anak-anak, pria itu tidak akan berada di rumah selama jam kerja masih berlangsung.“Papa yang suruh, Babe. Aku ganggu tidur kamu ya?”“Nggak kok. Nggak lama kamu berangkat tadi, aku langsung meremin mata.”“Pusing banget ya?”Anya menggelengkan kepalanya pelan. Ia meminta Kamarudin untuk membantunya duduk.“Cuman ngantuk. Mungkin karena lemes.”“Masih nggak bisa makan?”“Belum coba,” jawab Anya. Ia terlalu mengantuk sampai-sampai tak merasakan rasa lapar. “Nanti aja. Aku belum pengen.”“Why? Masalahnya makin serius?”Anya memang bukan pakar ekspresi. Ia tak mempunyai keahlian jitu sesuai dengan ilmu para ahli penerjemah mimik muka. Namun

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [153] On The Way Menjanda

    Kamarudin terlalu baik, bahkan ketika harga dirinya diinjak-injak. Meski pun Kamarudin meminta dirinya untuk tidak mempermasalahkan tindakan sang papa, akan tetapi Anya tidak dapat melakukannya.Malam ketika Kamarudin terlelap, perempuan itu beranjak dari ranjang. Ia mengambil kunci mobil dan jaket, lalu keluar tanpa sebuah pemberitahuan. Tujuannya tentu mengarah pada kediaman orang tuanya.“Anya, Sayang. Kamu malem-malem kenapa ke rumah? Kamarudin mana?” tanya Sasmita karena tak melihat sosok menantunya ikut serta dibelakang sang putri.“Papaaaaa! Paaaaah!!” teriak Anya keras, memanggil sang papa. Dirinya tak akan pernah merasakan ketenangan jika tak mendapati suaminya hengkang dari perusahaan keluarganya.“Anya Sayang, ada apa?! Kenapa kamu semarah ini manggil Papa kamu?!”“Papa di kamar, Mah?”“Ng-Nggak ada,” jawab Sasmita gugup. “Papa tiba-tiba harus ninjau kantor cabang.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13

Bab terbaru

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   TAMAT

    Kegagalan Josephin dalam menikahi Jesika secara dadakan akhirnya terbalas. Dikarenakan dirinya yang merupakan kakak Kamasea, ijab qobulnya pun dilaksanakan terlebih dahulu. Tak seperti biasa, Josephin benar-benar tidak mau mengalah pada saudara kembarnya. Untuk pertama kalinya ia bersikap egois, memprioritaskan dirinya di atas kemauan sang adik. “Hi, Wife..” Sapa Josephin dengan senyuman sehangat mentari kala penghulu telah mengesahkan pernikahan mereka. “Hello, Jo..” Pada meja yang bersebelahan dengan prosesi ijab qobul Josephin, Kamasea berseru. “Cih! Abang shut up! Gilirannya Ceya ini!!” Seruannya itu terdengar oleh seluruh tamu undangan mengingat adanya alat pengeras yang terpasang di atas meja ijabnya. “Ya Tuhan.. Punya anak pada ngebet kawin.. Dikira kawin enak kali ya..” gumam Anya, menepuk keningnya. Setelah Michellion yang biang kerok itu ia lepaskan dengan segenap keikhlasan hati, kini tibalah pada momen yang menurut Anya paling berat. Sebagai seorang ibu yang mencintai

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [237] Michellion Kena Usir

    Duka mendalam sedang dirasakan oleh Alexiz. Sejak penghulu yang menikahkan putrinya pulang, pria tampan itu terus saja menangis. Kenyataan dimana putrinya telah dipersunting oleh anak sahabatnya semakin terasa nyata.“Tell me! It was a dream, right? Tadi mereka cuman simulasi ijab aja kan?!” Ucap lirih Alexiz yang belum dapat menerima kenyataan.Melepaskan putri kesayangannya ke tangan pria lain merupakan mimpi terburuk Alexiz. Apalagi kepada orang seperti Michellion Hasan yang ia kenal baik kebobrokannya.“Alexiz, wake up! ini nyata! Lexa kita udah nikah, Lex. Dia akhirnya bisa raih cita-citanya..”Alexiz pun terhenyak. ‘Cita-Cita sampah sialan!’ maki pria itu dalam hati.Sejak kapan tepatnya menikah menjadi cita-cita? Putrinya sungguh abnormal. Disaat anak lain mencita-citakan pekerjaan setinggi langit, putrinya yang cantik dan sedikit tidak baik hati justru mengidam-idamkan lelaki bermasa depan suram seperti Michellion.Ngenes.. Ngenes! Mana anak satu-satunya lagi ah!“Stop crying

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [236] Gagal Kawin

    “Saya terima nikah dan kawinnya, Alexa Sasongko bin..” “Bin.. Bin-tiiii..” Plak! “Argh, Mama!!” erang Michellion kesakitan. “Satu tarikan napas, Ichell!! Satu tarikan!” berang Anya tak mengindahkan protes kesakitan bungsunya. “Serius dong! Jangan salah-salah mulu! Sekali salah lagi, nggak bisa kawin selamanya kamu!” timpal Anya, menakut-nakuti Michellion. Putranya sudah dua kali mengacaukan ijab qobulnya. Anya kan gemas jadinya. Kalau memang tidak niat menikah, anak itu seharusnya bersikap gentle, berani mengakui ketidaksiapannya di depan Alexa dan keluarganya. Memang dasar Michellion! Otaknya hanya berkembang jika menyangkut uang, selebihnya mah nol besar. Michellion yang ragu dengan pernyataan Anya pun bertanya, “masa sih, Mah? Masa gitu doang Ichell terus harus jadi jomblo seumur hidup?” “Dih, nggak percaya-an! Auto blacklist kamu tuh. Iya kan Pak Penghulu?” “Ng..” Melihat pelototan maut Anya, penghulu yang tadinya hendak menyangkal pun merubah jawabannya. “Iya, Mas! Mas h

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [235] Balada Mahar dari Uang Haram

    “Gundulmu!” Sembur Alexiz, ngegas.Calon menantunya memang minta ditendang sampai ke Afrika. Ya mengapatidak– disaat suasana sedang panas-panasnya, anak itu tetap bisa mengelantur.Padahal ia sedang panas dingin karena mendeteksi adanya sinyal permusuhan dariorang-orang rumahnya.Anya menjentikan jari. “Woi! Jadinya gimana? Kaki gue pegel nih berdiri mulu!” tanya perempuan itu tak santai.“...”“Mah, Mah!!” sela Josephin karena omnya tak kunjung menanggapi pertanyaan sang mama. “Nikahin sekarang aja sekalian, Mah. Itung-itung jagain Om Lexiz kalau berubah pikiran lagi ntarnya..”“What?!”Siapa sangka jika usul Josephin itu mengagetkan dua pria disana.Iya, kalian tidak salah jika menebak pekikan tersebut berasal dari mulut Michellion dan calon papa mertuanya.Kali ini keduanya terlihat sangat kompak. Karena kekompakan yang jarang terlihat itu, keduanya bahkan sampai bertatapan mesra.Respon kaget yang mengisyaratkan ketidaksetujuan itu berbanding terbalik dengan Alexa.Alexa yang te

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [234] It's My Dream, Pah!

    ‘Anjing lah! Perasaan gue jadi anak udah sholeh, kenapa ada aja sih ujiannya!’Ditengah umpatan yang Michellion pendam, bibir anak itu berkedut dikarenakan senyuman yang terpaksa harus dirinya hadirkan.“Kamu, bla-bla-bla..”Dengan wajah datarnya— bungsu kamarudin itu berpura-pura fokus mendengarkan. Setiap kali nada papa Alexa berubah, ia menganggukkan kepala. Padahal ia sendiri tidak menyimak serius kalimat-kalimat yang dikeluarkan oleh omnya.“Gara-gara kamu masa depan Lexa jadi kacau gini! Kalau sampai kamu nanti nggak bisa bahagiain Lexa... Siap-siap aja ya kamu.. Om bakal kirim kamu ke neraka jahanam!”“Heum..” gumam Michellion lemah sebagai jawaban.“Jalur express!!”“Via darat apa laut, Om?” celetuk Michellion. Ia paling tidak betah jika harus terus dalam mode serius. Menjadi orang serius bukanlah bakatnya. Melakukan itu hanya membuatnya lelah jiwa dan raga.“What the..”“Uhuk!! Banyak anak dibawah umur disini, Lex!” tegur Kalingga. Setelah tak bisa menghadiri acara lamaran ke

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [323] Dasar Manusia Durjana!

    Pada hari berikutnya, kediaman Anya kembali ramai. Kali ini lamaran datang dari pihak orang kepercayaan Kamarudin.“Apaan nih, Man? Pake repot-repot segala.”“Sogokan biar lamarannya nanti diterima, Bu.” Kekeh Lukman dengan tawa renyah di akhir kalimatnya.“Aigo! Mana ada Kenan ditolak.. Bawa diri aja udah pasti diterima lamarannya.” Sahut Anya, membalas.Anya tak mungkin mempersulit masuknya Kenan ke dalam keluarga besar mereka. Selain dikarenakan putrinya yang terlanjur cinta mati, Kenan sendiri sudah dirinya incar sejak keduanya baru mendekatkan diri.Andaikan Kamarudin tidak bertindak sebagai ayah yang terlewat posesif kepada putrinya, pembicaraan tentang pernikahan Kamaseda dan Kenan pasti sudah lama terealisasikan.“Masuk, yuk.. Kita kirain nggak jadi kesini.. Abisnya lama banget nggak nyampe-nyampe kaliannya.” Ujar Kamarudin, mempersilahkan.“Iya, nih!! Ceya sampe udah mau banjir air mata itu..” pungkas Anya, menimpali perkataan Kamarudin.Kenan pun meminta maaf karena telah me

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [322] Drama Lamaran Josephin

    Sudah diputuskan!! Demi menghargai silsilah persaudaraan diantara anak-anaknya, Kamarudin dan Anya pun akhirnya menentukan hari yang berbeda untuk prosesi lamaran ketiganya. Ya, hanya 3 karena Josephin tidak dihitung.. Menjelang hari lamarannya, Josephin untuk sementara waktu diungsikan ke rumah orang tua Anya. Anak itu akan mengetuk pintu rumah mereka dengan didampingi opa dan kedua omanya. Terdengar rempong kan?! Namun bagi Anya, alur seperti itu, hukumnya wajib untuk dijalankan. Anya tidak ingin melepas putri pertamanya dengan asal-asalan. Ia ingin putrinya dilepaskan dengan alur yang semestinya, seperti para anak perempuan milik orang lain. Untuk itu, Josephin pun harus melakukannya sesuai prosedur, dengan bertindak seolah-olah dia merupakan pihak luar yang hendak meminang putri dari keluarganya. Yah, salah sendiri ngebet nikahnya sama dengan angota keluarga sendiri. Coba saja anak itu memilih gadis lain, pendampingan pada lamarannya pasti akan ditemani Anya dan Kamarudin se

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [321] Poor Michellion

    “Ya Tuhan,” desah Kamarudin.Pria itu meletakkan ponselnya ke atas meja kerja.“Sialan lo, Lex!”Beberapa detik yang lalu Kamarudin baru saja mendapatkan laporan. Ia akhirnya mengetahui jika sahabat baiknya lah yang menjadi dalang dari meledaknya tagihan putra bungsunya.Sungguh sahabat yang baik. Pria itu sangat tahu cara untuk membalaskan dendamnya. Dengan begini, ia jadi tak bisa berkutik, termasuk memarahi putranya agar Michellion dapat belajar artinya bertanggung jawab dalam menggunakan uang.Yah, mereka juga tak mungkin mengambil kembali barang-barang yang telah diberikan. Hal itu sangat tidak etis. Sebesar apa pun mereka merugi, apa yang mereka hadiahkan jelas sudah menjadi hak si penerima, terlepas dari seberapa liciknya Alexiz dalam memanfaatkan momentum lamaran putrinya.“Man, buat lamaran Ceya nanti, kalian udah nyiapin apa?” tanya Kamarudin, mengangkat kepalanya dan memandang Lukman yang saat ini tengah membaca berkas di meja tamu ruangan kerjanya.“Standar saja sih, Pak..

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [320] Warisan Ichell Terancam Dipotong

    Michellion berjalan mengendap setelah melewati pintu utama rumahnya.Kepalanya celingukan, memastikan jika dirinya aman, tak berpapasan dengan sang mama.Gila, Gila!Seharian berkeliling mencari hadiah benar-benar membuatnya ingin mati berdiri.Ia tidak tahu pasti berapa uang yang telah dirinya gelontorkan, tapi mengingat banyaknya perhiasan dan hal-hal lain yang calon papa mertuanya beli, sudah dipastikan ia akan tinggal nama ditangan mamanya.“Chell..”“Ssst, Kak, jangan kenceng-kenceng!” hardik Michellion, pelan. Ia kan tengah menghindari pertemuan dengan mamanya. Kalau sampai mamanya tahu ia sudah pulang, habis sudah telinga dan kewarasannya.Di Balik tembok yang memisahkan ruang tamu dengan keluarga, Michellion melambaikan tangan, mengundang sang kakak untuk mendekat ke arahnya.“Apaan sih? Kamu yang kesini lah!”Mendengar jawaban kakaknya, Michellion pun menghentakkan kaki-kakinya.“Cepetan ih!!” pinta Michellion, setengah mengerang.Rumahnya mungkin terlihat sepi, tapi dibalik

DMCA.com Protection Status