Hime sudah dipanggil dan dibawa keluar untuk menghadiri upacara sakral mereka. Tetapi meski begitu, Lucy tidak ikut keluar dari ruangan. Justru dia malah berada disana ditinggalkan dan merenung sendirian. Ya, dia memilih untuk tetap duduk diam dia tempatnya. Pikiran Lucy kini justru malah dipenuhi dengan penuturan Hime terhadapnya.Pandangannya menatap pada dinding agak lama, seolah itu adalah tempat yang indah untuk dipandangi berlama-lama. Dia merasa berada disini, tetapi dia pun merasa linglung. Ini membuat kepalanya penuh dengan banyak hal yang seharusnya tidak dia perlu dia pikirkan.“Hah… bagaimana bisa aku tidak peka sama sekali selama ini?” keluh Lucy kepada udara kosong. Kepalanya terasa berputar dan pusing ketika dipaksa berpikir sejauh itu.Terus terang itu adalah hal yang terlalu mengejutkan untuk bisa Lucy tanggapi dengan tenang. Dan terus terang saja kalau apa yang disampaikan oleh Hime adalah informasi yang sama sekali tidak dia duga seumur hidupnya. Lebih tepatnya Lucy
“Rookie, tunggulah diluar. Kau tidak diperbolehkan masuk!” ujar Wahyu dengan tegas dan keras sambil menahan Rookie di depan pintu instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit terdekat yang bisa dia capai dalam keadaan genting. Rookie saat itu memang sudah seperti seorang lelaki yang kehilangan akal lantaran berteriak sambil memanggil nama Lucy berulang kali ketika dia sudah dibawa oleh para perawat rumah sakit dan belum cukup sampai disitu dia juga berusaha untuk masuk ke dalam secara paksa.Wahyu yang diberi kabar langsung meluncur ke tempat kejadian dan menjadi satu-satunya yang masih bisa bersikap tenang atas situasi ini. Mengingat dia adalah seorang dokter, ketenangan adalah hal yang sudah dia pelajari, dan dia jadi punya tugas baru untuk menenangkan lelaki yang cepat panas macam Rookie. Dari wajahnya Wahyu bisa menilai bahwa lelaki itu sangat khawatir dan begitu pucat. Dari orang-orang yang ikut serta membantunya, Rookie memang nyaris mengamuk saat tidak ada seorang pun yang menangani Lucy
“Bisa kamu jelaskan dahulu pada saya apa saja yang sudah terjadi? Termasuk identitasmu, Nak?” tanya Liana. Sejujurnya dia berusaha untuk menjadi orang yang tidak cepat mengambil keputusan. Terlebih perempuan muda yang duduk dihadapannya sekarang begitu asing buatnya. Akan sangat tidak adil bila dia langsung menjudge putra yang telah dia besarkan begitu saja. Tetapi dia juga tidak bisa menutup mata melihat effort yang si wanita muda itu lakukan.Dia tidak mungkin berani melangkahkan kakinya kemari jika itu hanyalah sebuah cerita karangan. Untuk sementara Liana akan mendengarkan lebih dulu sebelum memutuskan apa yang harus dia perbuat kedepannya.Mendengar pertanyaan Liana gadis itu menganggukan kepalanya dan menatap pada Liana dengan super serius. Liana berusaha mencari kebohongan dalam sorot mata itu, tetapi dia tampak tidak gentar sama sekali. Hal itu sedikit membuat Liana tegang.“Baik, perkenalkan kembali nama saya Senna. Saya adalah kekasih Rookie selama 7 tahun ini. Jujur saja sa
Dua jam telah berlalu sejak Lucy mendapatkan penanganan dari tim rumah sakit. Sekarang ini Rookie dan Wahyu sudah berada di kantin rumah sakit. Sang dokter muda sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan perawatan kepada Lucy hingga kondisinya sekarang sudah jauh lebih stabil. Selama dua jam itu pula Rookie menantikan proses tersebut dengan penuh doa dan ketegangan yang membuat seluruh sendinya terasa kaku. Dan setelah penantian yang melelahkan tersebut pula, begitu Wahyu keluar dari ruangan Rookie langsung menagih janji pria itu untuk bicara. Lebih tepatnya janji untuk menjelaskan semua hal yang dia ketahui tentang Lucy.Sebetulnya Rookie tidak peduli dengan waktu yang dia gunakan untuk menunggu. Dia tidak peduli seberapa banyak waktu yang terbuang percuma bila itu dia gunakan untuk Lucy. Toh sebenarnya pun keberadaannya disini memang karena itu. Dia rela datang kemari tanpa memberitahukan siapapun termasuk keluarga terutama ibunya.Rookie menatap Wahyu dengan pandangan intens. Wah
Kedua mata Rookie kontan terbelalak lebar. Kalau lelaki dihadapannya sekarang sedang bercanda terus terang ini bukan waktu yang tepat untuk itu. Apa maksudnya dia berkata begitu? Apa dia sedang menguji Rookie? Apa dia sedang menjebaknya dan mencoba untuk mencari tahu isi hatinya yang terdalam dengan mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal seperti itu?“Apa … maksudmu?”Tentu hanya kata itu saja yang bisa keluar dari mulut Rookie. Terus terang saja dia tidak tahu bagaimana harus menanggapinya sekarang. Toh, kalau betulan mereka tidak menikah itu justru memang bagus untuk Rookie. Namun bukti-bukti yang dia temukan di rumah itu jelas-jelas memperlihatkan bahwa keduanya sudah menikah dan menjalani biduk rumah tangga.“Kau terlihat terkejut, Rookie,” sahut Wahyu sambil mengulum senyum. Dia menghela napas dan kemudian menatap lurus pada kedua matanya. “Jika kenyataannya seperti itu, mungkin itu akan jadi jauh lebih mudah untuk kita bukan?”Rookie hanya terdiam, dia tidak memahami kemana ar
Lucy menggeliat dalam tidurnya. Sejujurnya bagian perut masih terasa agak sakit. Nyeri yang bila dijabarkan laksana terlilit tali tambang dan terasa seperti ditusuk dari dalam. Sensasi tergila yang pernah dia rasakan, dan baru kali ini rasanya sedahsyat itu. Lucy membuka kedua matanya perlahan, dan hal pertama yang dia sadari adalah bau khas obat-obatan.Astaga …Hanya ada satu jawaban pasti dari hal tersebut. Saat ini dia telah berada di rumah sakit. Tetapi siapa orang yang repot-repot membawanya kemari? Terakhir kali yang Lucy ingat adalah dia berada di ruang make up Hime, dan dia hendak keluar dari sana untuk menyaksikan upacara pernikahan sahabatnya. Namun sialnya dia tiba-tiba tidak bisa kemana-mana dan rasa sakit yang luar biasa membuat dia tidak fokus lagi terhadap apa yang sedang dia lakukan.Lucy menoleh ke samping kanannya, disana dia menemukan sebuah jendela yang tidak tertutup dengan tirai. Diluar sana tampak gelap, sepertinya dia tertidur cukup lama sampai hari berganti m
“Aku tidak pernah lupa soal itu. Tapi meski kau memakai cincin di jari manismu dan foto pernikahan dirumahmu. Aku tahu bahwa jauh dilubuk hatimu kau tidaklah sebahagia itu. Kau menyembunyikan sesuatu dan berpikir orang lain tidak akan menyadari hal itu. Suamimu sudah mengatakan semuanya kepadaku. Kau tidak bisa beralasan dan terus mencoba untuk menolak fakta yang ada di dalam hatimu, Luciana.”“Apa?”Lucy tidak mengerti. Dari sekian banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Plot twist yang tergila yang pernah dia alami sepanjang menjalani hari. Mengapa justru Wahyu yang melakukan hal seperti ini? kenapa Wahyu berbuat seperti ini dan mengatakan hal yang tidak perlu kepada orang ini? Kenapa dia bersikap seperti itu padahal Lucy telah berusaha semampunya untuk memberikan cinta dan berlaku seperti seorang istri yang baik. Kenapa? Apakah dia tidak puas?“Sekarang kau tidak punya alasan untuk menolak bersamaku. Kau harus mengakui itu. Kau punya perasaan kepadaku, Luciana. Kau tidak bisa terus
Wahyu tadinya bermaksud untuk masuk ke dalam ruangan dimana istrinya beristirahat sekaligus untuk mengecek dan memantau perkembangan dari kondisi Lucy. Tetapi begitu dia sedikit membuka pintu, Wahyu melihat kedua orang tersebut tampak sedang bicara serius satu sama lain. Istrinya tampak tegas dan hendak berontak dia terlihat marah dan ingin melarikan diri. Namun Rookie tampaknya lebih gesit sehingga pergerakan Lucy dapat dia tangani, hanya saja dengan gerakan yang tidak terduga. Rookie memeluk istrinya, bahkan tidak sampai disitu lelaki itu tampak berusaha menutup jarak diantara mereka berdua. Wahyu membulatkan matanya lebar-lebar. Apakah sekarang Rookie sedang berusaha mencium istrinya?Sesaat Wahyu merasakan sesuatu menusuk ke dalam relung hatinya. Rasa sakit yang begitu dalam menghunus tepat di jantungnya ketika dia melihat adegan tersebut dari balik celah pintu. Meski memang dia berhak untuk merasakan perasaan itu, tetapi Wahyu tidak ingin egois. Rasa sakit yang dia rasakan saat
Saat itulah pintu kamar Lucy terbuka, menampakan sosok mungil yang dibalut oleh kaos oversize dan celana panjang training. “Kalau kalian ingin berkelahi di rumahku, aku tidak akan membiarkan kalian masuk rumahku lagi.”“Kau seharusnya tetap berada di dalam, Lucy.”“Tapi semakin aku menahan diriku, semakin aku mendengar Bibi memancing keributan. Aku tahu betul bagaimana Bibi kalau sedang marah.”“Tidak akan ada yang terjadi, selama dia mengangkat jarinya padaku. Kalau dia berani memukulku aku akan pastikan dia tidak bisa berjalan lagi dengan kedua kakinya seumur hidup.”“Justru itu, Bibi orang yang mudah terpancing emosi.”Percakapan diantara kedua orang itu membuat Rookie diam saja. Dia menyadari seberapa dekat hubungan keduanya, dan itu menyadarkan Rookie bahwa ada dinding tidak kasat mata yang tidak bisa dia pisahkan dari kedua orang ini. Bagaimana pun juga, Yuichi pastinya sudah Lucy anggap sebagai pengganti orangtuanya. Mengingat masa lalunya yang cukup buruk dan hanya orang itu s
Sepeninggal Rookie, Lucy tercenung di tempat duduknya. Kedua matanya menatap tanpa minat pada seluruh makanan yang tersaji di atas meja. Saat dia memutuskan untuk menganggap semua itu bukanlah apa-apa dan waktunya bagi dia untuk menahan diri dan tahu diri saat itulah dia mendengar seseorang mengetuk pintu dan menekan bel di luar.Lucy sempat berpikir bahwa barangkali itu adalah Rookie, hanya saja begitu dia membuka pintu Lucy malah tercengang.“Bibi Yuichi?!”“Lama tidak bertemu, Lucy.” Wanita itu tersenyum padanya dengan ramah.Lucy segera menghapus semua ekspresi yang sempat mengganggunya. Kemudian memberi bibinya senyuman yang sama sebagai balasan.“Masuklah. Aku tidak tahu kalau Bibi akan datang.”“Cukup sulit menghubungimu sejak kau meninggalkan aku di kantor pengadilan waktu itu. Jadi, bagaimana sekarang? kau masih berhubungan dengan orang itu?” cerocos Bibi Yuichi sambil meletakan beberapa paper bag di konter dapur. Sesaat dia melihat makanan yang tersaji di meja makan. Masih h
Rookie melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Beberapa kali atas ulahnya dia mendapatkan hadiah berupa umpatan dan juga bunyi klakson dari pengguna jalan lain gara-gara dia mencoba terus menyalip mereka dengan cara serampangan, tetapi lelaki itu tidak peduli. Semua itu demi upayanya memperpendek jarak tempuh menuju tujuannya sekarang. Rumah sakit.Semua itu karena sebuah kalimat yang terlontar dari mulut Bima. Sebenarnya hanya beberapa kata saja, tetapi hal tersebut cukup membuat jantung lelaki itu berdebar kencang dan hatinya di penuhi dengan kecemasan. Kekhawatiran yang memicu dirinya bertindak gegabah dan nekad. Tentu saja. Mengemudi secara ugal-ugalan di jalan raya bukan tindakan terpuji dan sejujurnya dia pun saat ini sedang menantang maut pula.“Senna mencoba bunuh diri, Rookie. Aku menemukan dia ada di kamar mandi hotel …”Rookie menginjak pedal gasnya lagi, memutar setir ke kiri dan merebut jalan sebuah truk pengantar barang yang membuatnya sekali lagi mendapatkan klakson
Bunyi bel dari pintu kamar hotel yang dia sewa membuat Senna segera bangun dari sofa dan melangkah menuju pintu masuk dengan sumringah. Sebelumnya dia menyempatkan waktu untuk mematut di depan cermin seukuran setengah badan yang terpasang di dekat pintu hanya untuk sekadar mengecek penampilannya sendiri. Senna tentu saja ingin berpenampilan terbaik di hadapan Rookie. Tanpa merasa perlu mengintip dari lubang pintu Senna segera membuka lebar-lebar pintu kayu tersebut dengan senyum termanis yang bisa dia buat. Namun dengan segera harapan yang terpupuk di dalam dirinya harus pupus seketika tatkala melihat siapa orang yang sekarang berdiri dihadapannya. Dia seorang pria tetapi bukan Rookie. Ya, bukan Rookie melainkan kakaknya sendiri, Bima.“Kenapa kakak ada disini?” tanya Senna dengan marah.“Dia tidak akan datang,” kata Bima seraya menerobos masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. “Setelah kau menelepon dia, Rookie menghubungiku karena itulah kesepakatan kami. Dia juga berpesan padaku un
Lagi-lagi telepon berdering, ini sudah kesekian kalinya sejak Rookie angkat kaki dari restoran tempat dia berbincang bersama sang Ibu. Begitu mengetahui siapa yang ibunya libatkan dalam pertemuan mereka, Rookie langsung naik pitam. Tanpa perlu basa-basi lelaki itu langsung meninggalkan mereka. Dan sekarang ponselnya jadi dua kali lipat lebih berisik. Sampai titik dimana akhirnya Rookie menyerah dan mengangkat panggilan telepon yang berasal dari nomor ponsel ibunya.“Ya, Bu?”“Ini aku,” sahut seseorang dari balik panggilan. Kernyitan di dahi Rookie menguat. Saat ini Rookie sangat emosi, tetapi perempuan ini justru menyiram minyak ke dalam kobaran api. Dia jelas tahu bahwa menghubunginya sekarang sudah merupakan sebuah kesalahan besar.“Sudahlah, sekarang katakan apa maumu. Kau tahu kalau kita sudah berakhir kan? kenapa kau melibatkan ibuku?”“Kenapa kau berubah, Rookie? Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini?” tanya perempuan itu lagi yang membuat Rookie semakin muak.“Kau berharap a
Rookie melangkah cepat memasuki sebuah restoran keluarga yang letaknya tidak jauh dari gedung perkantoran tempat dimana dia bekerja. Langkahnya terburu karena tidak ingin membuat orang tuanya menunggu. Terlebih adalah hal yang aneh mendapati kabar dari sang ibu setelah konflik yang terjadi dan wanita itu tiba-tiba saja memintanya bertemu. Ya, beberapa saat yang lalu setelah obrolan kecilnya bersama Bima. Ibunya menelepon dan mengatakan bahwa dia telah berada di Jakarta dan meminta untuk bertemu.Restoran tempat janji temu tampak mulai ramai saat Rookie melangkah memasukinya. Restoran tersebut menyediakan makanan hasil laut dan selalu penuh apalagi setiap weekend. Seorang pramusaji dengan seragam sailor mengantarkan Rookie ketika dia berkata punya janji temu.“Maaf membuat ibu menunggu lama,” ujar Rookie kepada ibunya yang sudah terlebih dahulu datang.“Duduklah, kita makan dulu sebelum bicara,” kata ibunya. “Ibu sudah pesankan udang saus inggris untukmu. Kau masih suka itu kan?”Rooki
Hari-hari berikutnya berlalu dengan begitu cepat dan baik. Hubungan Lucy dan Rookie semakin erat dan hangat. Mereka juga sering menghabiskan waktu bersama. Beberapa kali Rookie bahkan selalu mengajaknya sarapan sebelum dia berangkat kerja, juga mengantar Lucy untuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa keperluan sehari-hari yang wanita itu butuhkan. Sungguh, situasi ini seperti mereka sudah melangkah jauh. Bisa dikatakan seperti mereka telah terhubung sebagai sepasang pengantin baru. Validasinya dari beberapa penjaga toko paruh baya yang mendoakan mereka, tentu saja. Dan hal itu membuat Rookie bahagia bukan kepalang mendengarnya.Tidak hanya sampai disana, bahkan dibeberapa kesempatan Rookie juga selalu mampir setelah pulang kerja ke kediaman Lucy untuk makan malam bersama. Bahkan sampai titik dimana dia menginap juga. Rookie benar-benar merasa nyaman dengan dinamika yang terjadi diantara mereka berdua. Karena Lucy sekarang sudah mulai mengisi kehidupan sehari-harinya dan
Bima mengulurkan tangan, menggenggam erat pergelangan tangan adiknya. Memberikan isyarat agar dia tidak pergi kemana pun atau melakukan sesuatu yang mungkin akan mengakibatkan keributan yang tidak diperlukan. Sejujurnya dia cukup terkejut atas situasi barusan. Niatan yang Bima lakukan dengan membawa adik bungsunya keluar untuk pertama kalinya ini adalah karena dia punya rencana untuk mengubah suasana hati Senna. Tetapi belum usai pula harapannya mencapai titik sukses, Bima malah harus menelan pil pahit bahwa upayanya tidak sepenuhnya berhasil. Semuanya serasa kembali ke titik nol hanya karena kemunculan Rookie dan Lucy.Bima tentu tidak akan menjudge adiknya atas aksi yang gadis itu buat dengan segera keluar mengikuti mereka tanpa pikir panjang saat mendengar suaranya. Dia juga bisa memahami kalau Senna sudah pasti sangat terpukul dengan kenyataan yang ada di depan matanya. Dia paham akan hal itu sebab dirinya pun merasakan hal yang serupa.“Lepaskan aku, Kak,” kata Senna dengan suara
Senna tercenung begitu dirinya dihadapkan pada sebuah kedai yang ditunjukan oleh sang kakak. Bagian dindingnya di tempeli banner yang berisi menu yang kedai tersebut jual. Ada pula spanduk yang berisi informasi nama kedai tersebut bersamaan dengan nomor telepon bagi yang punya keinginan untuk pesan antar. Sebuah tempat yang termalpau sederhana untuk Senna yang tidak pernah makan di tempat yang telah dia cap sebagai tempat makan orang dengan kasta rendah.“Kenapa kita disini?” tanyanya kepada Bima yang terlihat sama sekali tidak terganggu dengan pemandangan yang ada didepan mereka. Fakta bahwa pria ini pula yang mengajaknya kemari pun sudah bisa dimasukan ke dalam salah satu keajaiban dunia.“Aku sudah bosan sarapan hanya dengan sereal dan kopi atau makanan yang dimasak koki di rumah kita. Apa salahnya bila kita sedikit berganti suasana?” jawab Bima dengan tenang dan tanpa rasa bersalah sedikit pun.Otot wajah Senna sedikit berkerut mendengar pernyataan sang kakak. “Dari semua tempat y