“Rookie, tunggulah diluar. Kau tidak diperbolehkan masuk!” ujar Wahyu dengan tegas dan keras sambil menahan Rookie di depan pintu instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit terdekat yang bisa dia capai dalam keadaan genting. Rookie saat itu memang sudah seperti seorang lelaki yang kehilangan akal lantaran berteriak sambil memanggil nama Lucy berulang kali ketika dia sudah dibawa oleh para perawat rumah sakit dan belum cukup sampai disitu dia juga berusaha untuk masuk ke dalam secara paksa.Wahyu yang diberi kabar langsung meluncur ke tempat kejadian dan menjadi satu-satunya yang masih bisa bersikap tenang atas situasi ini. Mengingat dia adalah seorang dokter, ketenangan adalah hal yang sudah dia pelajari, dan dia jadi punya tugas baru untuk menenangkan lelaki yang cepat panas macam Rookie. Dari wajahnya Wahyu bisa menilai bahwa lelaki itu sangat khawatir dan begitu pucat. Dari orang-orang yang ikut serta membantunya, Rookie memang nyaris mengamuk saat tidak ada seorang pun yang menangani Lucy
“Bisa kamu jelaskan dahulu pada saya apa saja yang sudah terjadi? Termasuk identitasmu, Nak?” tanya Liana. Sejujurnya dia berusaha untuk menjadi orang yang tidak cepat mengambil keputusan. Terlebih perempuan muda yang duduk dihadapannya sekarang begitu asing buatnya. Akan sangat tidak adil bila dia langsung menjudge putra yang telah dia besarkan begitu saja. Tetapi dia juga tidak bisa menutup mata melihat effort yang si wanita muda itu lakukan.Dia tidak mungkin berani melangkahkan kakinya kemari jika itu hanyalah sebuah cerita karangan. Untuk sementara Liana akan mendengarkan lebih dulu sebelum memutuskan apa yang harus dia perbuat kedepannya.Mendengar pertanyaan Liana gadis itu menganggukan kepalanya dan menatap pada Liana dengan super serius. Liana berusaha mencari kebohongan dalam sorot mata itu, tetapi dia tampak tidak gentar sama sekali. Hal itu sedikit membuat Liana tegang.“Baik, perkenalkan kembali nama saya Senna. Saya adalah kekasih Rookie selama 7 tahun ini. Jujur saja sa
Dua jam telah berlalu sejak Lucy mendapatkan penanganan dari tim rumah sakit. Sekarang ini Rookie dan Wahyu sudah berada di kantin rumah sakit. Sang dokter muda sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan perawatan kepada Lucy hingga kondisinya sekarang sudah jauh lebih stabil. Selama dua jam itu pula Rookie menantikan proses tersebut dengan penuh doa dan ketegangan yang membuat seluruh sendinya terasa kaku. Dan setelah penantian yang melelahkan tersebut pula, begitu Wahyu keluar dari ruangan Rookie langsung menagih janji pria itu untuk bicara. Lebih tepatnya janji untuk menjelaskan semua hal yang dia ketahui tentang Lucy.Sebetulnya Rookie tidak peduli dengan waktu yang dia gunakan untuk menunggu. Dia tidak peduli seberapa banyak waktu yang terbuang percuma bila itu dia gunakan untuk Lucy. Toh sebenarnya pun keberadaannya disini memang karena itu. Dia rela datang kemari tanpa memberitahukan siapapun termasuk keluarga terutama ibunya.Rookie menatap Wahyu dengan pandangan intens. Wah
Kedua mata Rookie kontan terbelalak lebar. Kalau lelaki dihadapannya sekarang sedang bercanda terus terang ini bukan waktu yang tepat untuk itu. Apa maksudnya dia berkata begitu? Apa dia sedang menguji Rookie? Apa dia sedang menjebaknya dan mencoba untuk mencari tahu isi hatinya yang terdalam dengan mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal seperti itu?“Apa … maksudmu?”Tentu hanya kata itu saja yang bisa keluar dari mulut Rookie. Terus terang saja dia tidak tahu bagaimana harus menanggapinya sekarang. Toh, kalau betulan mereka tidak menikah itu justru memang bagus untuk Rookie. Namun bukti-bukti yang dia temukan di rumah itu jelas-jelas memperlihatkan bahwa keduanya sudah menikah dan menjalani biduk rumah tangga.“Kau terlihat terkejut, Rookie,” sahut Wahyu sambil mengulum senyum. Dia menghela napas dan kemudian menatap lurus pada kedua matanya. “Jika kenyataannya seperti itu, mungkin itu akan jadi jauh lebih mudah untuk kita bukan?”Rookie hanya terdiam, dia tidak memahami kemana ar
Lucy menggeliat dalam tidurnya. Sejujurnya bagian perut masih terasa agak sakit. Nyeri yang bila dijabarkan laksana terlilit tali tambang dan terasa seperti ditusuk dari dalam. Sensasi tergila yang pernah dia rasakan, dan baru kali ini rasanya sedahsyat itu. Lucy membuka kedua matanya perlahan, dan hal pertama yang dia sadari adalah bau khas obat-obatan.Astaga …Hanya ada satu jawaban pasti dari hal tersebut. Saat ini dia telah berada di rumah sakit. Tetapi siapa orang yang repot-repot membawanya kemari? Terakhir kali yang Lucy ingat adalah dia berada di ruang make up Hime, dan dia hendak keluar dari sana untuk menyaksikan upacara pernikahan sahabatnya. Namun sialnya dia tiba-tiba tidak bisa kemana-mana dan rasa sakit yang luar biasa membuat dia tidak fokus lagi terhadap apa yang sedang dia lakukan.Lucy menoleh ke samping kanannya, disana dia menemukan sebuah jendela yang tidak tertutup dengan tirai. Diluar sana tampak gelap, sepertinya dia tertidur cukup lama sampai hari berganti m
“Aku tidak pernah lupa soal itu. Tapi meski kau memakai cincin di jari manismu dan foto pernikahan dirumahmu. Aku tahu bahwa jauh dilubuk hatimu kau tidaklah sebahagia itu. Kau menyembunyikan sesuatu dan berpikir orang lain tidak akan menyadari hal itu. Suamimu sudah mengatakan semuanya kepadaku. Kau tidak bisa beralasan dan terus mencoba untuk menolak fakta yang ada di dalam hatimu, Luciana.”“Apa?”Lucy tidak mengerti. Dari sekian banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Plot twist yang tergila yang pernah dia alami sepanjang menjalani hari. Mengapa justru Wahyu yang melakukan hal seperti ini? kenapa Wahyu berbuat seperti ini dan mengatakan hal yang tidak perlu kepada orang ini? Kenapa dia bersikap seperti itu padahal Lucy telah berusaha semampunya untuk memberikan cinta dan berlaku seperti seorang istri yang baik. Kenapa? Apakah dia tidak puas?“Sekarang kau tidak punya alasan untuk menolak bersamaku. Kau harus mengakui itu. Kau punya perasaan kepadaku, Luciana. Kau tidak bisa terus
Wahyu tadinya bermaksud untuk masuk ke dalam ruangan dimana istrinya beristirahat sekaligus untuk mengecek dan memantau perkembangan dari kondisi Lucy. Tetapi begitu dia sedikit membuka pintu, Wahyu melihat kedua orang tersebut tampak sedang bicara serius satu sama lain. Istrinya tampak tegas dan hendak berontak dia terlihat marah dan ingin melarikan diri. Namun Rookie tampaknya lebih gesit sehingga pergerakan Lucy dapat dia tangani, hanya saja dengan gerakan yang tidak terduga. Rookie memeluk istrinya, bahkan tidak sampai disitu lelaki itu tampak berusaha menutup jarak diantara mereka berdua. Wahyu membulatkan matanya lebar-lebar. Apakah sekarang Rookie sedang berusaha mencium istrinya?Sesaat Wahyu merasakan sesuatu menusuk ke dalam relung hatinya. Rasa sakit yang begitu dalam menghunus tepat di jantungnya ketika dia melihat adegan tersebut dari balik celah pintu. Meski memang dia berhak untuk merasakan perasaan itu, tetapi Wahyu tidak ingin egois. Rasa sakit yang dia rasakan saat
Lucy terbangun dari tidurnya kala itu. Setelah kejadian antara dia dan Rookie, Lucy menangis hingga dirinya kelelehan dan jatuh tertidur. Sekarang pun dia bahkan terbangun saat matahari sudah menusuk mata. Benar-benar sudah siang. Lucy mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan. Tidak ada siapapun disana, dan bahkan sejak dia sadar kemarin saja dia belum melihat Wahyu sama sekali. Kemana pria itu?Tetapi yang paling Lucy syukuri adalah tidak ada Rookie disekitarnya. Itu sudah merupakan sesuatu yang harus dia apresiasi sebagai hadiah dan ketenangan hati.Namun pandangannya tiba-tiba tertarik untuk melirik ke atas meja. Disana terdapat sebuah memo dengan tulisan tangan diatasnya. Lucy membaca tulisan tersebut, dan dahinya kontan mengernyit. Isinya menerangkan bahwa Rookie akan datang lagi untuk menemuinya dan mereka akan bicara dengan situasi yang lebih kondusif.Seperti yang Lucy tahu. Rookie adalah pria persisten yang keras kepala. Dia mungkin tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan