2 Tahun kemudian …“Begitulah Pak, perkembangan di Kanada juga tidak begitu buruk. Kita bisa membuka cabang tambahan lagi di Chili. Saya dengar resort disana dapat di kembangkan untuk mencapai keuntungan yang lebih besar lagi,” jelas Rookie menutup presentasinya pada meeting yang dia lakukan setelah kepergiaannya untuk melakukan survey tempat.Plat nama diatas meja sekarang sudah berganti. Sejak setahun yang lalu, sang Presdir tutup usia, maka semua orang di perusahaan tersebut sudah tidak terkejut lagi ketika yang menduduki kursi tersebut adalah sang cucu. Sebelumnya ahli waris dan serah terima jabatan memang sudah dilangsungkan sebelum itu. Jadi naiknya dia ke posisi tertinggi memang sudah diketahui oleh presdir sebelumnya. Hak-hak dan kewajibannya kemudian menjadi utuh sejak saat itu dan perusahaan resmi di pegang oleh Bima.“Baiklah, aku mengerti. Rapat selesai. Oh ya, Rookie, ada hal yang perlu aku bicarakan denganmu setelah rapat ini. Yang lain bisa keluar dari ruangan ini,” uja
Hiruk pikuk, keramaian orang-orang disekitar, semua kepadatan ini membuatnya dibuat tersenyum. Ya, beginilah situasi kota Jakarta. Masih sama persis seperti biasanya padahal sudah dia tinggalkan selama dua tahun ini. Ramai dan sibuk. Kali ini sudah masuk musim penghujan, makanya udaranya sedikit dingin dan menusuk. Meskipun sudah memakai pakaian dua rangkap, rasanya angin dari mana saja bisa menembus pertahanannya.Wanita itu menyibak rambut yang telah dia cat dengan warna coklat. Rambut aslinya telah dia hilangkan, karena dia sendiri sudah bertekad untuk hidup menjadi manusia yang baru dan meninggalkan seluruh masa lalu dibelakang. Ketika dia melangkah melewati pertokoan, kedua netranya menatap pada satu boneka kucing hitam yang terpajang di etalase kaca. Dia terhenti disana untuk beberapa saat. Yah, sama seperti 2 tahun yang lalu. Semuanya seperti déjà vu. Tempat ini, dunia ini, semuanya masih sangat sama persis. Wanita bermata indah tersebut tidak akan pernah lupa apa saja yang per
Lucy tidak bisa mengatakan apa-apa selain terpaku di tempatnya. Dia bahkan sempat lupa mengambil napas saking terkejutnya. Sejujurnya dia sendiri tidak menyangka akan sebuah kebetulan macam ini. Dan lebih dari pada itu, sebenarnya Lucy bingung terhadap apa yang sebaiknya dia katakan sekarang. Dia tidak pernah mempersiapkan diri akan sebuah pertemuan seperti ini. Ini sama sekali tidak berada dalam rencananya. Lucy sudah menganggap dirinya mati. Tetapi pertemuan mereka berdua kali ini malah membuka kembali seluruh kenangan yang ada. Pada akhirnya tidak ada pilihan selain mengikuti apa yang pria dihadapannya minta. Hal seperti ini sudah tidak bisa dia hindari lagi. Toh, mau kabur pun percuma karena sepertinya dia tipe orang yang gigih, mengingat dulu dia kerap bolak-balik ke klub untuk memastikan keberadaan dirinya melalui Bibi Yuichi.Bima mengajak Lucy untuk makan di restoran yang cukup mahal. Dia bilang sudah melakukan reservasi untuk itu, jadinya Lucy diikutsertakan dalam jadwal maka
Bima menghela napas panjang, selesai dari kantor malamnya dia langsung lanjut beringsut menuju ke klub malam pinggiran kota yang 2 tahun lalu kerap dia kunjungi untuk menemukan keberadaan Lucy. Sejak pertemuannya dengan Lucy siang tadi pikiran Bima sangat kacau balau, dia bahkan tidak bisa tenang sama sekali. Ada banyak kejanggalan dan ada banyak hal yang seolah berusaha Lucy tutupi darinya. Dan hal yang membuatnya frustasi adalah dia tidak tahu apa yang menjadi alasannya. Dia benar-benar kesal karena dia tidak mampu mencerna dan mengerti apa yang dimaksudkan oleh si gadis berambut pirang.Bima langsung keluar dari mobilnya begitu tiba di klub tersebut. Dia memberanikan diri masuk ke dalam sana, rasa asing kembali merayap padanya. Dan sama seperti dua tahun lalu dia langsung dikerubungi oleh para wanita yang terpesona kepadanya. Tetapi berbeda dengan dirinya 2 tahun lalu, Bima bisa mengatasi semua itu dengan mudah dan menolak mereka semua dengan tegas. Selebihnya dia mulai menggeledah
Yuichi menyerahkan Momo ke tangan suaminya seolah peka pria itu sigap menggendong putrinya dan memberikan waktu kepada Yuichi untuk berbincang dengan tamunya. Meskipun istrinya tampak kurang bersahabat, dan dia bahkan tidak membiarkan sang tamu masuk ke dalam rumah. Yucihi langsung pasang sikap yang menunjukan ketidaksukaannya. Meski memang etiket di keluarga kecilnya adalah menerima tamu dan menyambutnya dengan ramah. Maka mungkin ini tidak berlaku untuk Bima.“Langsung saja ke intinya. Apa yang kau perlukan dariku sampai kau nekat datang kemari bahkan setelah tahu aku tidak lagi menjadi pemilik klub malam itu?” tanya Yuichi cepat.“Aku hanya ingin mencari informasi terkait Luciana. Apa dia disini? saya ingin bicara dengan dia,” sahut Bima.“Apa? jadi alasanmu datang sejauh ini kemari di malam hari hanya untuk menanyakan Lucy? Apa kau yakin aku akan membiarkanmu tahu soal dia setelah apa yang terjadi di hidupnya 2 tahun lalu?” timpal Yuichi dengan nada bicara yang begitu dingin.“Ya,
Demi Tuhan, Senna tidak menyangka bahwa nama yang sudah dia sumpah untuk tidak pernah terdengar lagi malah diperdengarkan ulang dari mulut kakaknya sendiri seperti ini. Kenapa kakaknya bisa tahu soal perempuan hina din aitu? Padahal Senna pikir 2 tahun sudah berlalu dan dia tidak pernah mendengar ada desas desus apapun bahkan dari kekasihnya sendiri. Dia merasa sangat aman, tetapi sekarang? Senna tertawa putus asa. Ini lelucon terkonyol yang bisa dia dapati dari kakaknya.“Astaga! Apakah hanya karena itu Kakak sampai hati membentak adiknya sendiri? kupikir karena apa, lucu sekali sumpah. Kenapa mengungkit hal yang tidak ada urusannya dengan kita? Dia itu sama sekali tidak penting untuk kita,” sahut Senna cuek sambil sesekali masih terdengar kikikan dari bibirnya.“Apa? apa maksudnya tidak penting? Apanya yang tidak penting?! Bagaimana bisa kau bertingkah seperti ini? apa yang lucu dari semua ini? Kau sudah melakukan hal yang kejam padanya Senna. Tidak tahukah kau? Gara-gara kau mendat
Rookie mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia ingin segera mencari gadis itu kembali. Dia tahu bahwa sekarang tindakannya ini sangatlah bodoh dan kekanakan. Dia bahkan butuh waktu dua tahun untuk menyadari bahwa gadis itu punya tempat yang istimewa di hatinya. Dia butuh menjalani waktu selama 2 tahun sebelum akhirnya mengetahui alasan sebenarnya mengapa dia memutuskan untuk pergi dari hidupnya. Apa yang dikatakan Kenny pada waktu itu rupanya memang benar adanya. Kesalahan yang telah dia lakukan benar-benar membuatnya marah kepada dirinya sendiri. Mestinya dulu dia mencari tahu apa yang menyebabkan gadis itu berubah dalam sekejap kilat sekecewa apapun dirinya. Hanya saja Rookie yang tolol dan dibutakan oleh amarah dan lebih mementingkan egoism-nya yang tinggi hingga enggan menerima masukan dari oranglain.Rookie mencoba menelepon Kenny, tetapi pria itu tidak bisa dia jangkau. Rookie merutuki kebodohannya. Mengutuk pada semua hal yang dia lalui dengan penuh rasa kesal.Sudah j
Lucy membuka jendela mobilnya. Setahun terakhir Lucy belajar mengendarai mobil melalui kursus mengemudi, dan sekarang dia cukup mahir membawa kendaraan roda empat itu sendiri. Selama belajar tentu saja Lucy mendapati banyak kendala dan segalanya sangat tidak mudah dilalui. Mulai dari menabrak pagar rumahnya sendiri, tiang Listrik, pohon, bahkan pernah juga ban depannya terperosok ke selokan. Tetapi meski mengalami banyak kesalahan, dia belajar dari itu dan semua hal buruk dimasa lalu itu membawanya pada sesuatu yang jauh lebih baik. Karena dia sekarang bisa mengemudikannya sendiri, dia tidak khawatir akan merepotkan. Bahkan sekarang dia malah jadi bisa menolong orang itu.“Maaf terlambat, kau tahu sendiri kan kalau jalanan sering macet di jam pulang kantor,” ujar Lucy sambil nyengir kuda ke arahnya.“Aku rasanya sudah bosan dengan alasan itu. Setiap terlambat selalu saja mengatakan hal yang sama sebagai tameng pembenaran,” sahutnya sambil bersedekap dada seolah sedang merajuk. Tetapi
Saat itulah pintu kamar Lucy terbuka, menampakan sosok mungil yang dibalut oleh kaos oversize dan celana panjang training. “Kalau kalian ingin berkelahi di rumahku, aku tidak akan membiarkan kalian masuk rumahku lagi.”“Kau seharusnya tetap berada di dalam, Lucy.”“Tapi semakin aku menahan diriku, semakin aku mendengar Bibi memancing keributan. Aku tahu betul bagaimana Bibi kalau sedang marah.”“Tidak akan ada yang terjadi, selama dia mengangkat jarinya padaku. Kalau dia berani memukulku aku akan pastikan dia tidak bisa berjalan lagi dengan kedua kakinya seumur hidup.”“Justru itu, Bibi orang yang mudah terpancing emosi.”Percakapan diantara kedua orang itu membuat Rookie diam saja. Dia menyadari seberapa dekat hubungan keduanya, dan itu menyadarkan Rookie bahwa ada dinding tidak kasat mata yang tidak bisa dia pisahkan dari kedua orang ini. Bagaimana pun juga, Yuichi pastinya sudah Lucy anggap sebagai pengganti orangtuanya. Mengingat masa lalunya yang cukup buruk dan hanya orang itu s
Sepeninggal Rookie, Lucy tercenung di tempat duduknya. Kedua matanya menatap tanpa minat pada seluruh makanan yang tersaji di atas meja. Saat dia memutuskan untuk menganggap semua itu bukanlah apa-apa dan waktunya bagi dia untuk menahan diri dan tahu diri saat itulah dia mendengar seseorang mengetuk pintu dan menekan bel di luar.Lucy sempat berpikir bahwa barangkali itu adalah Rookie, hanya saja begitu dia membuka pintu Lucy malah tercengang.“Bibi Yuichi?!”“Lama tidak bertemu, Lucy.” Wanita itu tersenyum padanya dengan ramah.Lucy segera menghapus semua ekspresi yang sempat mengganggunya. Kemudian memberi bibinya senyuman yang sama sebagai balasan.“Masuklah. Aku tidak tahu kalau Bibi akan datang.”“Cukup sulit menghubungimu sejak kau meninggalkan aku di kantor pengadilan waktu itu. Jadi, bagaimana sekarang? kau masih berhubungan dengan orang itu?” cerocos Bibi Yuichi sambil meletakan beberapa paper bag di konter dapur. Sesaat dia melihat makanan yang tersaji di meja makan. Masih h
Rookie melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Beberapa kali atas ulahnya dia mendapatkan hadiah berupa umpatan dan juga bunyi klakson dari pengguna jalan lain gara-gara dia mencoba terus menyalip mereka dengan cara serampangan, tetapi lelaki itu tidak peduli. Semua itu demi upayanya memperpendek jarak tempuh menuju tujuannya sekarang. Rumah sakit.Semua itu karena sebuah kalimat yang terlontar dari mulut Bima. Sebenarnya hanya beberapa kata saja, tetapi hal tersebut cukup membuat jantung lelaki itu berdebar kencang dan hatinya di penuhi dengan kecemasan. Kekhawatiran yang memicu dirinya bertindak gegabah dan nekad. Tentu saja. Mengemudi secara ugal-ugalan di jalan raya bukan tindakan terpuji dan sejujurnya dia pun saat ini sedang menantang maut pula.“Senna mencoba bunuh diri, Rookie. Aku menemukan dia ada di kamar mandi hotel …”Rookie menginjak pedal gasnya lagi, memutar setir ke kiri dan merebut jalan sebuah truk pengantar barang yang membuatnya sekali lagi mendapatkan klakson
Bunyi bel dari pintu kamar hotel yang dia sewa membuat Senna segera bangun dari sofa dan melangkah menuju pintu masuk dengan sumringah. Sebelumnya dia menyempatkan waktu untuk mematut di depan cermin seukuran setengah badan yang terpasang di dekat pintu hanya untuk sekadar mengecek penampilannya sendiri. Senna tentu saja ingin berpenampilan terbaik di hadapan Rookie. Tanpa merasa perlu mengintip dari lubang pintu Senna segera membuka lebar-lebar pintu kayu tersebut dengan senyum termanis yang bisa dia buat. Namun dengan segera harapan yang terpupuk di dalam dirinya harus pupus seketika tatkala melihat siapa orang yang sekarang berdiri dihadapannya. Dia seorang pria tetapi bukan Rookie. Ya, bukan Rookie melainkan kakaknya sendiri, Bima.“Kenapa kakak ada disini?” tanya Senna dengan marah.“Dia tidak akan datang,” kata Bima seraya menerobos masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. “Setelah kau menelepon dia, Rookie menghubungiku karena itulah kesepakatan kami. Dia juga berpesan padaku un
Lagi-lagi telepon berdering, ini sudah kesekian kalinya sejak Rookie angkat kaki dari restoran tempat dia berbincang bersama sang Ibu. Begitu mengetahui siapa yang ibunya libatkan dalam pertemuan mereka, Rookie langsung naik pitam. Tanpa perlu basa-basi lelaki itu langsung meninggalkan mereka. Dan sekarang ponselnya jadi dua kali lipat lebih berisik. Sampai titik dimana akhirnya Rookie menyerah dan mengangkat panggilan telepon yang berasal dari nomor ponsel ibunya.“Ya, Bu?”“Ini aku,” sahut seseorang dari balik panggilan. Kernyitan di dahi Rookie menguat. Saat ini Rookie sangat emosi, tetapi perempuan ini justru menyiram minyak ke dalam kobaran api. Dia jelas tahu bahwa menghubunginya sekarang sudah merupakan sebuah kesalahan besar.“Sudahlah, sekarang katakan apa maumu. Kau tahu kalau kita sudah berakhir kan? kenapa kau melibatkan ibuku?”“Kenapa kau berubah, Rookie? Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini?” tanya perempuan itu lagi yang membuat Rookie semakin muak.“Kau berharap a
Rookie melangkah cepat memasuki sebuah restoran keluarga yang letaknya tidak jauh dari gedung perkantoran tempat dimana dia bekerja. Langkahnya terburu karena tidak ingin membuat orang tuanya menunggu. Terlebih adalah hal yang aneh mendapati kabar dari sang ibu setelah konflik yang terjadi dan wanita itu tiba-tiba saja memintanya bertemu. Ya, beberapa saat yang lalu setelah obrolan kecilnya bersama Bima. Ibunya menelepon dan mengatakan bahwa dia telah berada di Jakarta dan meminta untuk bertemu.Restoran tempat janji temu tampak mulai ramai saat Rookie melangkah memasukinya. Restoran tersebut menyediakan makanan hasil laut dan selalu penuh apalagi setiap weekend. Seorang pramusaji dengan seragam sailor mengantarkan Rookie ketika dia berkata punya janji temu.“Maaf membuat ibu menunggu lama,” ujar Rookie kepada ibunya yang sudah terlebih dahulu datang.“Duduklah, kita makan dulu sebelum bicara,” kata ibunya. “Ibu sudah pesankan udang saus inggris untukmu. Kau masih suka itu kan?”Rooki
Hari-hari berikutnya berlalu dengan begitu cepat dan baik. Hubungan Lucy dan Rookie semakin erat dan hangat. Mereka juga sering menghabiskan waktu bersama. Beberapa kali Rookie bahkan selalu mengajaknya sarapan sebelum dia berangkat kerja, juga mengantar Lucy untuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa keperluan sehari-hari yang wanita itu butuhkan. Sungguh, situasi ini seperti mereka sudah melangkah jauh. Bisa dikatakan seperti mereka telah terhubung sebagai sepasang pengantin baru. Validasinya dari beberapa penjaga toko paruh baya yang mendoakan mereka, tentu saja. Dan hal itu membuat Rookie bahagia bukan kepalang mendengarnya.Tidak hanya sampai disana, bahkan dibeberapa kesempatan Rookie juga selalu mampir setelah pulang kerja ke kediaman Lucy untuk makan malam bersama. Bahkan sampai titik dimana dia menginap juga. Rookie benar-benar merasa nyaman dengan dinamika yang terjadi diantara mereka berdua. Karena Lucy sekarang sudah mulai mengisi kehidupan sehari-harinya dan
Bima mengulurkan tangan, menggenggam erat pergelangan tangan adiknya. Memberikan isyarat agar dia tidak pergi kemana pun atau melakukan sesuatu yang mungkin akan mengakibatkan keributan yang tidak diperlukan. Sejujurnya dia cukup terkejut atas situasi barusan. Niatan yang Bima lakukan dengan membawa adik bungsunya keluar untuk pertama kalinya ini adalah karena dia punya rencana untuk mengubah suasana hati Senna. Tetapi belum usai pula harapannya mencapai titik sukses, Bima malah harus menelan pil pahit bahwa upayanya tidak sepenuhnya berhasil. Semuanya serasa kembali ke titik nol hanya karena kemunculan Rookie dan Lucy.Bima tentu tidak akan menjudge adiknya atas aksi yang gadis itu buat dengan segera keluar mengikuti mereka tanpa pikir panjang saat mendengar suaranya. Dia juga bisa memahami kalau Senna sudah pasti sangat terpukul dengan kenyataan yang ada di depan matanya. Dia paham akan hal itu sebab dirinya pun merasakan hal yang serupa.“Lepaskan aku, Kak,” kata Senna dengan suara
Senna tercenung begitu dirinya dihadapkan pada sebuah kedai yang ditunjukan oleh sang kakak. Bagian dindingnya di tempeli banner yang berisi menu yang kedai tersebut jual. Ada pula spanduk yang berisi informasi nama kedai tersebut bersamaan dengan nomor telepon bagi yang punya keinginan untuk pesan antar. Sebuah tempat yang termalpau sederhana untuk Senna yang tidak pernah makan di tempat yang telah dia cap sebagai tempat makan orang dengan kasta rendah.“Kenapa kita disini?” tanyanya kepada Bima yang terlihat sama sekali tidak terganggu dengan pemandangan yang ada didepan mereka. Fakta bahwa pria ini pula yang mengajaknya kemari pun sudah bisa dimasukan ke dalam salah satu keajaiban dunia.“Aku sudah bosan sarapan hanya dengan sereal dan kopi atau makanan yang dimasak koki di rumah kita. Apa salahnya bila kita sedikit berganti suasana?” jawab Bima dengan tenang dan tanpa rasa bersalah sedikit pun.Otot wajah Senna sedikit berkerut mendengar pernyataan sang kakak. “Dari semua tempat y