Puas dengan apa yang sudah dilakukannya, Anton segera keluar dari ruangan itu diikuti oleh asisten pribadinya. Dia bisa mendengar raungan Rookie dari dalam ruangan, dan suara bedebam di sana. Ya, itu pertunjukan yang sangat menarik untuk menghibur hari-harinya yang membosankan. Dia tidak mengira akan bertemu dengan seorang pria tempramen bersumbu pendek macam Rookie. Tetapi berkat dia, Anton merasakan sebuah perasaan tergugah yang luar biasa memenuhi relung dirinya. Memanipulasi keadaan dan mempermainkan orang lain adalah hobby-nya. Dia selalu merasa puas melihat keputusasaan dan juga amarah yang meledak-ledak dari para korbannya. Bagi Anton itu adalah sebuah pemandangan yang memicu adrenalinnya.Sejak awal ketika dia sadar bahwa dirinya tumbang dipukul oleh seorang pria tak dikenal. Anton merasakan ada perasaan yang meluap-luap dalam dirinya. Alih-alih menghadiahi pria itu bogem mentah, Anton justru menyusun rencana menarik untuk membalas perbuatannya. Sejak pertama kali bertemu deng
“Hari ini sudah banyak yang mengunjungiku Pak Wakil Presdir,” ujar Rookie lelah.Sebelum pria brengsek itu pergi, Kenny sempat mengunjunginya juga dan satu-satunya hal yang Rookie titipkan adalah keselamatan Lucy dan meminta Kenny untuk melindungi dia. Kemudian berselang beberapa jam kemudian kekasihnya juga datang dengan berurai air mata dan dia bahkan bilang bahwa dia punya tekad untuk melakukan apa saja demi mengeluarkan Rookie dari sana. Sejujurnya Rookie tidak peduli soal dirinya, bantuan yang dikatakan oleh pacarnya pun tidak terlalu dia butuhkan, makanya Rookie hanya sekadar bilang semuanya baik-baik saja, dan dia meminta Senna untuk menantikannya saja. Dan sekarang kakak dari kekasihnya yang datang. Jika sampai orangtuanya tahu juga, maka bisa dia pastikan bahwa ini adalah akhir bagi Rookie.“Aku hanya ingin tahu alasanmu melakukan kekerasan seperti yang dituduhkan oleh investor kita. Maksudku, aku tahu kalau kau tipe yang berdarah panas tetapi untuk main hakim sendiri tanpa a
“Bukankah ini sangat aneh? Aku memberikanmu banyak hal, uang, pakaian mahal, dan semua hal yang kau inginkan tetapi kau selalu menolakku. Sekarang setelah tidak kulakukan semua itu, tiba-tiba saja kau datang padaku tanpa paksaan. Tahu tidak, aku sudah susah payah mencari tahu tentangmu, ternyata kelemahanmu justru adalah … mereka? lucu sekali,” ejek pria berambut coklat itu di depan Lucy.Entah apa yang merasuki kepala Lucy saat itu. Tanpa sedikit pun peduli soal kakinya yang belum bisa berjalan sepenuhnya, dan tidak peduli jahitannya kembali tertekan akibat menahan beban berat tubuhnya sendiri. Rasa sakit itu berganti menjadi rasa sesal yang teramat dalam. Setelah mendapatkan tamu tidak diundang, dan mendengarkan soal apa yang telah terjadi kepada 2 orang itu karena bersumber dari dirinya. Lucy merasa terbebani oleh perasaan bersalah yang amat sangat besar.“Bagiku sia-sia melakukan hal bodoh dengan melibatkan oranglain atas urusan kita. Kau tidak perlu repot-repot mencari tahu tenta
“Baru saja aku menitipkan dia padamu, dan kau bilang dia hilang! Kau serius membiarkan dia pergi begitu saja?!” teriak Rookie kalap begitu dia dan Bima tiba di rumah sakit untuk mengecek kebenaran dari kata-kata Kenny yang beberapa saat lalu mengabari Bima saat mereka masih di kantor polisi.Kenny cuma bisa pasrah ketika Rookie dengan erat mencengkram kerah kemejanya sambil dimaki oleh sahabatnya, bahkan dia tidak peduli kalau dirinya dipukul sekarang juga. Dia tahu betul kalau Rookie saat ini sedang kesal, dan tidak ada gunanya dia beralibi sebab pria itu malah akan semakin membabi buta. Maka sebagai gantinya Kenny hanya bungkam.Merasa bahwa dirinya sudah keterlaluan, Rookie pada akhirnya melepaskan kemeja temannya dan menghela napas lelah. Putus asa akan keadaan dan dia tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari Kenny, Rookie malah meninju dinding rumah sakit dengan frustasi dan menjambak rambutnya sendiri karena kesal. Ayolah … dia baru saja bertemu dengan Lucy setelah waktu yang begi
Lucy masih menangis di atas tempat tidur. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan pegal. Ini jauh lebih sakit daripada yang dia bayangkan selama ini. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa dia benar-benar sudah ternoda dan menjadi seorang pelacur seutuhnya. Kini sempurna sudahlah titik noda guna melengkapi seluruh penderitaannya. Lucy mencoba untuk bangkit dan mengubah posisinya untuk duduk di atas ranjang dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.Sebelum melakukan hal ini, Lucy telah banyak berpikir. Dia tidak punya jalan lain untuk membantu oranglain. Hanya dengan ini dia bisa untuk mengeluarkan orang-orang yang baik keluar dari masalah. Tidak ada hal yang lebih baik dari itu, meskipun kenyataannya dia harus kehilangan hal yang paling berharga dari dirinya. Inilah alasannya mengapa dia tidak ingin terlibat secara emosional dengan oranglain. Lucy hanyalah seorang people pleaser yang menutupi diri dengan arogansi. Tetapi ketika dia telah kehilangan arogansinya, dia tidak punya pilihan unt
“Dia baru pulang setelah 2 hari menghilang. Dia Cuma bilang padaku kalau dia ada di rumah temannya. Memangnya apa yang terjadi pada Lucy?” Yuichi langsung bertanya pada ke dua orang pria yang datang ke clubnya. Satu berambut gondrong diikat dan satu lagi pria yang berpenampilan rapi khas petinggi perusahaan.“Saya pikir dia kembali kemari, tapi jika tidak keberatan boleh kabari saya kalau dia pulang nanti?” kata si pria berambut pendek rapi kepada Yuichi.“Tentu saja, kalau dia kembali aku akan memberitahukannya kepada kalian,” sahut Yuichi sambil menerima kartu nama dari mereka berdua.Setelah kini mereka bertanya pada Yuichi, sebagai satu-satunya orang yang memiliki hubungan dengan Lucy, Yuichi justru merasa aneh dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba. Dia tidak ingat kedua pria tersebut adalah langganan tetap tempatnya, meski yang rambutnya diikat Yuichi pernah lihat sekali dua kali dengan si pemuda berambut merah. Yuichi mengamati mereka berdua yang pergi menjauh dari klubnya.Se
Hampir satu minggu ini Rookie nyaris tidak pernah pulang ke apartment-nya. Setelah pulang kerja dia langsung berkeliling seantero Jakarta. Mencari dari satu hotel ke hotel yang lain. Dari satu klub ke klub lain. Bermodalkan temannya yang dia hafal sering bermain dengan para pelacur. Tapi apa? selama pencarian selama satu pekan tersebut sama sekali tidak ada hasil sama sekali. Semua tempat di Jakarta nyaris telah dia sisir semua. Tetapi tidak pernah sekali pun Rookie menemukan petunjuk apa-apa. Hal tersebut tentunya mengesalkan hati. Ditambah lagi dengan gerak gerik kekasihnya yang selalu membuat situasi makin rumit. Senna yang selalu mengeluhkan kesibukannya adalah hal yang paling menyebalkan selain dari tidak ditemukannya Lucy dimana pun. Terlebih karena Rookie tidak mungkin secara gamblang mengatakan padanya bahwa dia sedang mencari wanita lain.Rookie dekat dengan sekretarisnya untuk urusan kerja saja, Senna sudah mencak-mencak apalagi kalau dia ketahuan mencari seorang wanita yang
Kenny sudah menduga bahwa sahabatnya bakal menjelma bak manusia yang kehilangan kewarasannya. Setiap pergerakan yang dia lakukan sekarang sudah lagi tidak logis, dia bergerak linglung dan tidak karuan. Sama halnya juga dengan sang Wakil Presdirnya itu. Hidup mereka mendadak kacau balau, dan pikiran mereka tidak berada di tempatnya. Meski memang dalam urusan pekerjaan performa mereka masih bisa dibilang normal dan wajar, tetapi setelahnya mereka akan setelahnya mereka kembali mengacau. Entahlah, buat Kenny tingkah mereka mirip orang gila yang sedang patah hati. Padahal Kenny juga melibatkan diri di dalamnya karena kasihan pada Rookie dengan membantu sebisa mungkin. Setiap malam sambil bersenang-senang dia bertanya kepada para pelacur yang melayaninya tentang Lucy, tetapi sepertinya semua orang di klub tidak tahu apa-apa. Atau bisa dibilang mereka memang tidak mau tahu. Tetapi yang paling mengganjal bagi Kenny adalah kenapa sang Wakil Presdir dan sahabatnya sangat ambisius dan terobsesi
Saat itulah pintu kamar Lucy terbuka, menampakan sosok mungil yang dibalut oleh kaos oversize dan celana panjang training. “Kalau kalian ingin berkelahi di rumahku, aku tidak akan membiarkan kalian masuk rumahku lagi.”“Kau seharusnya tetap berada di dalam, Lucy.”“Tapi semakin aku menahan diriku, semakin aku mendengar Bibi memancing keributan. Aku tahu betul bagaimana Bibi kalau sedang marah.”“Tidak akan ada yang terjadi, selama dia mengangkat jarinya padaku. Kalau dia berani memukulku aku akan pastikan dia tidak bisa berjalan lagi dengan kedua kakinya seumur hidup.”“Justru itu, Bibi orang yang mudah terpancing emosi.”Percakapan diantara kedua orang itu membuat Rookie diam saja. Dia menyadari seberapa dekat hubungan keduanya, dan itu menyadarkan Rookie bahwa ada dinding tidak kasat mata yang tidak bisa dia pisahkan dari kedua orang ini. Bagaimana pun juga, Yuichi pastinya sudah Lucy anggap sebagai pengganti orangtuanya. Mengingat masa lalunya yang cukup buruk dan hanya orang itu s
Sepeninggal Rookie, Lucy tercenung di tempat duduknya. Kedua matanya menatap tanpa minat pada seluruh makanan yang tersaji di atas meja. Saat dia memutuskan untuk menganggap semua itu bukanlah apa-apa dan waktunya bagi dia untuk menahan diri dan tahu diri saat itulah dia mendengar seseorang mengetuk pintu dan menekan bel di luar.Lucy sempat berpikir bahwa barangkali itu adalah Rookie, hanya saja begitu dia membuka pintu Lucy malah tercengang.“Bibi Yuichi?!”“Lama tidak bertemu, Lucy.” Wanita itu tersenyum padanya dengan ramah.Lucy segera menghapus semua ekspresi yang sempat mengganggunya. Kemudian memberi bibinya senyuman yang sama sebagai balasan.“Masuklah. Aku tidak tahu kalau Bibi akan datang.”“Cukup sulit menghubungimu sejak kau meninggalkan aku di kantor pengadilan waktu itu. Jadi, bagaimana sekarang? kau masih berhubungan dengan orang itu?” cerocos Bibi Yuichi sambil meletakan beberapa paper bag di konter dapur. Sesaat dia melihat makanan yang tersaji di meja makan. Masih h
Rookie melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Beberapa kali atas ulahnya dia mendapatkan hadiah berupa umpatan dan juga bunyi klakson dari pengguna jalan lain gara-gara dia mencoba terus menyalip mereka dengan cara serampangan, tetapi lelaki itu tidak peduli. Semua itu demi upayanya memperpendek jarak tempuh menuju tujuannya sekarang. Rumah sakit.Semua itu karena sebuah kalimat yang terlontar dari mulut Bima. Sebenarnya hanya beberapa kata saja, tetapi hal tersebut cukup membuat jantung lelaki itu berdebar kencang dan hatinya di penuhi dengan kecemasan. Kekhawatiran yang memicu dirinya bertindak gegabah dan nekad. Tentu saja. Mengemudi secara ugal-ugalan di jalan raya bukan tindakan terpuji dan sejujurnya dia pun saat ini sedang menantang maut pula.“Senna mencoba bunuh diri, Rookie. Aku menemukan dia ada di kamar mandi hotel …”Rookie menginjak pedal gasnya lagi, memutar setir ke kiri dan merebut jalan sebuah truk pengantar barang yang membuatnya sekali lagi mendapatkan klakson
Bunyi bel dari pintu kamar hotel yang dia sewa membuat Senna segera bangun dari sofa dan melangkah menuju pintu masuk dengan sumringah. Sebelumnya dia menyempatkan waktu untuk mematut di depan cermin seukuran setengah badan yang terpasang di dekat pintu hanya untuk sekadar mengecek penampilannya sendiri. Senna tentu saja ingin berpenampilan terbaik di hadapan Rookie. Tanpa merasa perlu mengintip dari lubang pintu Senna segera membuka lebar-lebar pintu kayu tersebut dengan senyum termanis yang bisa dia buat. Namun dengan segera harapan yang terpupuk di dalam dirinya harus pupus seketika tatkala melihat siapa orang yang sekarang berdiri dihadapannya. Dia seorang pria tetapi bukan Rookie. Ya, bukan Rookie melainkan kakaknya sendiri, Bima.“Kenapa kakak ada disini?” tanya Senna dengan marah.“Dia tidak akan datang,” kata Bima seraya menerobos masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. “Setelah kau menelepon dia, Rookie menghubungiku karena itulah kesepakatan kami. Dia juga berpesan padaku un
Lagi-lagi telepon berdering, ini sudah kesekian kalinya sejak Rookie angkat kaki dari restoran tempat dia berbincang bersama sang Ibu. Begitu mengetahui siapa yang ibunya libatkan dalam pertemuan mereka, Rookie langsung naik pitam. Tanpa perlu basa-basi lelaki itu langsung meninggalkan mereka. Dan sekarang ponselnya jadi dua kali lipat lebih berisik. Sampai titik dimana akhirnya Rookie menyerah dan mengangkat panggilan telepon yang berasal dari nomor ponsel ibunya.“Ya, Bu?”“Ini aku,” sahut seseorang dari balik panggilan. Kernyitan di dahi Rookie menguat. Saat ini Rookie sangat emosi, tetapi perempuan ini justru menyiram minyak ke dalam kobaran api. Dia jelas tahu bahwa menghubunginya sekarang sudah merupakan sebuah kesalahan besar.“Sudahlah, sekarang katakan apa maumu. Kau tahu kalau kita sudah berakhir kan? kenapa kau melibatkan ibuku?”“Kenapa kau berubah, Rookie? Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini?” tanya perempuan itu lagi yang membuat Rookie semakin muak.“Kau berharap a
Rookie melangkah cepat memasuki sebuah restoran keluarga yang letaknya tidak jauh dari gedung perkantoran tempat dimana dia bekerja. Langkahnya terburu karena tidak ingin membuat orang tuanya menunggu. Terlebih adalah hal yang aneh mendapati kabar dari sang ibu setelah konflik yang terjadi dan wanita itu tiba-tiba saja memintanya bertemu. Ya, beberapa saat yang lalu setelah obrolan kecilnya bersama Bima. Ibunya menelepon dan mengatakan bahwa dia telah berada di Jakarta dan meminta untuk bertemu.Restoran tempat janji temu tampak mulai ramai saat Rookie melangkah memasukinya. Restoran tersebut menyediakan makanan hasil laut dan selalu penuh apalagi setiap weekend. Seorang pramusaji dengan seragam sailor mengantarkan Rookie ketika dia berkata punya janji temu.“Maaf membuat ibu menunggu lama,” ujar Rookie kepada ibunya yang sudah terlebih dahulu datang.“Duduklah, kita makan dulu sebelum bicara,” kata ibunya. “Ibu sudah pesankan udang saus inggris untukmu. Kau masih suka itu kan?”Rooki
Hari-hari berikutnya berlalu dengan begitu cepat dan baik. Hubungan Lucy dan Rookie semakin erat dan hangat. Mereka juga sering menghabiskan waktu bersama. Beberapa kali Rookie bahkan selalu mengajaknya sarapan sebelum dia berangkat kerja, juga mengantar Lucy untuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa keperluan sehari-hari yang wanita itu butuhkan. Sungguh, situasi ini seperti mereka sudah melangkah jauh. Bisa dikatakan seperti mereka telah terhubung sebagai sepasang pengantin baru. Validasinya dari beberapa penjaga toko paruh baya yang mendoakan mereka, tentu saja. Dan hal itu membuat Rookie bahagia bukan kepalang mendengarnya.Tidak hanya sampai disana, bahkan dibeberapa kesempatan Rookie juga selalu mampir setelah pulang kerja ke kediaman Lucy untuk makan malam bersama. Bahkan sampai titik dimana dia menginap juga. Rookie benar-benar merasa nyaman dengan dinamika yang terjadi diantara mereka berdua. Karena Lucy sekarang sudah mulai mengisi kehidupan sehari-harinya dan
Bima mengulurkan tangan, menggenggam erat pergelangan tangan adiknya. Memberikan isyarat agar dia tidak pergi kemana pun atau melakukan sesuatu yang mungkin akan mengakibatkan keributan yang tidak diperlukan. Sejujurnya dia cukup terkejut atas situasi barusan. Niatan yang Bima lakukan dengan membawa adik bungsunya keluar untuk pertama kalinya ini adalah karena dia punya rencana untuk mengubah suasana hati Senna. Tetapi belum usai pula harapannya mencapai titik sukses, Bima malah harus menelan pil pahit bahwa upayanya tidak sepenuhnya berhasil. Semuanya serasa kembali ke titik nol hanya karena kemunculan Rookie dan Lucy.Bima tentu tidak akan menjudge adiknya atas aksi yang gadis itu buat dengan segera keluar mengikuti mereka tanpa pikir panjang saat mendengar suaranya. Dia juga bisa memahami kalau Senna sudah pasti sangat terpukul dengan kenyataan yang ada di depan matanya. Dia paham akan hal itu sebab dirinya pun merasakan hal yang serupa.“Lepaskan aku, Kak,” kata Senna dengan suara
Senna tercenung begitu dirinya dihadapkan pada sebuah kedai yang ditunjukan oleh sang kakak. Bagian dindingnya di tempeli banner yang berisi menu yang kedai tersebut jual. Ada pula spanduk yang berisi informasi nama kedai tersebut bersamaan dengan nomor telepon bagi yang punya keinginan untuk pesan antar. Sebuah tempat yang termalpau sederhana untuk Senna yang tidak pernah makan di tempat yang telah dia cap sebagai tempat makan orang dengan kasta rendah.“Kenapa kita disini?” tanyanya kepada Bima yang terlihat sama sekali tidak terganggu dengan pemandangan yang ada didepan mereka. Fakta bahwa pria ini pula yang mengajaknya kemari pun sudah bisa dimasukan ke dalam salah satu keajaiban dunia.“Aku sudah bosan sarapan hanya dengan sereal dan kopi atau makanan yang dimasak koki di rumah kita. Apa salahnya bila kita sedikit berganti suasana?” jawab Bima dengan tenang dan tanpa rasa bersalah sedikit pun.Otot wajah Senna sedikit berkerut mendengar pernyataan sang kakak. “Dari semua tempat y