"Ya Tuhan. Mas ini ...." Queenza menatap Dimas yang ternyata ada di sebelahnya sejak tadi. "Ini rumah kita? Ya ampun Mas, ini itu rumah impian aku selama ini, aku selalu memimpikan punya rumah seperti ini," ucap Queenza tak percaya. "Makasih banyak ya Mas, kamu memang lelaki idaman." Queenza lalu memeluk Dimas.Dimas tak menjawab dan ia sama sekali tidak berbicara sepatah katapun, ia sengaja membiarkan Queenza menikmati dulu kesenangannya. Queenza lalu melapaskan pelukannya pada Dimas lalu melihat ke area sekitar. "Tapi Mas, apa kamu gak salah? Rumah kita di tengah hutan kayak gini? Emang sih, ini itu rumah idaman aku. Tapi, kamu serius Mas, kita akan tinggal di sini?" tanya Queenza sambil terus melihat sekeliling area itu yang memang hutan.Dimas lalu tersenyum dan menatap lembut Queenza."Siapa yang mau ajak kamu tinggal di sini. Aku bawa kamu ke sini itu untuk menjemput seseorang, dan aku yakin. Kamu pasti akan sangat senang," ucap Dimas.Queenza mengerutkan keningnya."Siapa?"
Alvin terbatuk-batuk saat mendengar ucapan Mia yang cukup membuatnya terkejut."Ya ampun, gak perlu sekaget itu juga kali," ucap Mia sambil memberikan sebotol air minum pada Alvin.Alvin dengan cepat menerima botol itu dan meneguk air itu dengan rakus."Habisnya kamu kalau ngomong gak dipikir dulu," omel Alvin saat batuknya sudah reda.Mia tertawa cukup keras melihat ekspresi wajah Alvin yang terlihat ketakutan. "Aku cuma bercanda kali Vin, kamu pikir aku cewek apaan," ucap Mia di sela tawanya."Kamu kan cewek kebo, kamu itu bisa tidur di mana aja, bahkan saat kamu baru ketemu cowok asing pun kamu bisa tidur dengan pulasnya," sahut Alvin.Mia seketika menghentikan tawanya dan menatap sengit pada Alvin."Apa? Emang bener kan?" Alvin pun menelototkan matanya pada Mia.Mia yang tak bisa berkutik pun hanya diam saja."Ya udah, kirim aja aku ke mana pun, terserah kamu," ucap Mia dengan lesu."Kirim, kirim. Emangnya kamu barang yang mau dipeketin, anterin gitu, bukan kirim," ucap Alvin. "Y
"Ya Tuhan Mia, apa yang udah kamu lakukan sama dapurku? Apa kamu habis perang atau melawan perampok? Berantakan gini," teriak Alvin karena terkejut saat melihat dapurnya yang berandatak bak kapal pecah.Mia tak menjawab dan hanya cengengesan."Santai aja kali Vin, ini bisa dibersihkan. Kamu lihat dapur berantakan dikit kayak habis kehilangan uang miliaran," ledek Mia sambil terus menyiapkan makanan yang sudab jadi dari atas wajan ke piring. "Udah mending kita makan dulu, beresin ini mah gampang bisa nanti-nanti."Mia lantas pergi dari sana sambil membawa piring yang berisi makanan hasil makanannya."Eh ... eh ... eh, kamu mau ke mana bawa-bawa makanan itu?" Alvin menahan tangan Mia yang akan pergi dari sana."Mau ke ruang tengah lah, aku mau makan ini di sana," ucap Mia sambil memperlihatkan makanan yang ada di piring. "Kamu mau? Ya udah kita makan sama-sama di sana. Kamu ambil sendok gih. Gak mungkin kan kita makan satu piring sama satu sendok bergantian," ucap Mia dengan santainya.A
"Astaga ... woy, kamu ngapain masuk kamar orang tanpa permisi?" teriak Alvin yang terkejut saat melihat Mia yang kini tengah menatapnya dengan mata melotot.Mia tak menjawab dan hanya diam membatu sambil menatap Alvin tanpa berkedip."Heh Mia. Kamu liat apa?" tanya Alvin heran melihat Mia yang menatapnya seperti itu. Ia lalu mengikuti arah tatapan Mia dan ia baru menyadari jika ia ternyata tidak mengenakan handuk saat keluar dari kamar mandi. Dan kini Alvin tengah berdiri di hadapan seorang wanita dengan bertelanjang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya.Alvin berteriak histeris, ia lalu berbalik dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.Mia tersadar dari rasa terkejutnya saat mendengar teriakan Alvin. Tubuhnya yang tadi sempat membeku kini sudah bisa digerakan dan kini tubuh Mia terasa lemas karena apa yang sudah ia saksikan barusan. Tanpa terasa tubuhnya terjatuh ke lantai. Ia tak bertenaga untuk berdiri saking syok dan terkejutnya."Ya Tuhan. Apa yang
"Syifa?" seru Dimas dengan wajah yang terkejut."Mas Dimas habis ngapain? Kenapa keluar dari kamar mbak Queen?" tanya Syifa."Ah ... itu. Mas habis ...." Dimas bingung harus menjawab apa. Ia lalu melihat Syifa. "Fa, nanti Alvin jemput kita, jadi sekarang lebih baik kamu siap-siap gih. Kita kan mau pulang ke kota," bujuk Dimas. Ia sengaja mengalihkan pembicaraan karena tak inhin diinterogasi sama calon adik iparnya ini."Eh, kita pulang hari ini?" tanya Syifa dengan senyuman yang tersungging di bibirnya. "Hore, akhirnya bisa bebas juga dari sini," ucapnya dengan senang.Dimas mendekat lalu mengusap kepala Syifa dengan lembut."Maafin Mas ya Syifa, kamu jadi harus bersembunyi di sini," ucap Dimas dengan sedih. Ia sedih saat melihat Syifa yang biasanya aktif bermain keluar bersama teman-temannya kini harus terkurung di tempat terpencil seperti ini.Syifa tersenyum ke arah Dimas."Kenapa Mas minta maaf, ini semua bukan salah Mas Dimas atau siapapun. Yang sala
Dimas yang sudah selesai dengan urusannya di kamar mandi segera keluar dengan wajah yang kusut, ia merasa keaal pada Queenza dan juga orang yang sudah mengganggunya."Ayo duduk Nak Dimas." Bu Maya membawa Dimas duduk di kursi makan. "Kamu mau makan sama apa biar Ibu ambilkan," tawar bu Maya.Dimas tersenyum dengan paksa ia lalu menggelengkan kepalanya."Tidak perlu Bu, saya bisa ambil sendiri." Dimas lalu mengambil piring yang disidorkan bu Maya.Bu Maya yang melihat itu langsung menyikut Queenza yang kebetulan duduk di sampingnya."Apa Bu?" tanya Queenza yang tidak pahan dengan kode yang ibunya berikan."Itu ambilin makanannya nak Dimas. Kamu harusnya layani dia," bisik bu Maya.Queenza lalu menganggukan kepalanya dan mengambil piring di tangan Dimas."Biar aku ambilkan makanannya," ucap Queenza dengan lembut.Dimas kali ini tak menolak saat Queenza yang akan mengambilkan makanannya.Bu Maya yang melihat itu hanya tersenyum tipis.Hening,
"Vin, kamu kok malah tidur sih? Bangun, itu bos kamu makin dekat ke sini. Dia pasti bakalan marahin kita. Alvin bangun," teriak Mia.Alvin malah semakin memejamkan matanya."Alvin, ih!" Mia sudah sangat ketakutan saat melihat Dimas yang semakin dekat ke arah mobil."Aku gak tidur," jawab Alvin dengan suara yang lirih."Terus kenapa kamu merem, itu bos kamu makin dekat ke sini. Wah, aku gak mau ya dimarahi sendiri. Harusnya kamu yang disalahkan soalnya kamu yang udah bunyikan klaksonnya," oceh Mia.Alvin masih diam tak menjawab."Alvin, kamu itu kenapa sih?" teriak Mia yang kesal dengan Alvin yang sedari tadi terus memejamkan matanya.Alvin menarik napasnya dalam-dalam lalu berucap. "I-itu tangan kamu ...."Mia yang mendengar ucapan Alvin spontan melihat ke arah tangannya. Matanya melotot saat melihat kalau kini tangannya berada tepat di pangkal paha Alvin."Ataga," teriak Mia, ia segera menjauhkan tangannya dari pangkal paha Alvin. Jadi sedari tadi yang ia pegang itu pahanya Alvin dan
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu yang laumayan lama. Akhirnya mobil yang mereka tumpangi pun sampai juga di kota. Saat Alvin akan membelokan mobil itu ke arah rumah baru Dimas. Dimas lebih dulu berucap."Kita mampir ke pusat kota dulu Vin," perintah Dimas.Alvin menganggukan kepalanya. Ia tak jadi membelokan mobil itu dan terus melajukan mobilnya sesuai perintah Dimas."Kita mau ngapain ke pusat kota Mas?" tanya Queenza yang penasaran.Dimas menoleh ke kelakang dan tersenyum ke arah Queenza. "Kita mau belanja dulu sayang, sebelum pulang."Queenza hanya berohria saja mendengar jawaban Dimas.Tiba di pusat kota Alvin segera memasuki sebuah mall yang besar di kota itu.Dimas turun terlebih dahulu dari mobil itu lalu membukakan pintu mobil untuk Queenza. "Yuk turu sayang,"Queenza menyambut uluran tangan Dimas dan tersenyum. "Terima kasih Mas.""Hmm!"Setelah Queenza keluar Dimas segera merangkul pinggang Queenza