"Dim, kayaknya dokumen yang buat kesepakatan kita ketinggalan di mobil deh," ucap Niki sambil mengobrak-abrik tasnya.Dimas seketika menoleh dan menatap tajam Niki."Cepetan ambil dokumennya di mobil, bukan malah melotot seperti itu," perintah Niki.Dimas pun mau tak mau menuruti perintah Niki, karena ia tak ingin berdebat dengan Niki di hadapan kliennya. Dimas berjalan dengan langkah gontai, sebenarnya ia sangat tidak ingin pergi menemui kliennya di luar kota dan masih ingin mencari keberadaan Queenza. Namun, pak Pratama terus mendesaknya dan sampai mengacamnya. Jadi Dimas pun mau tak mau harus mengikuti kemauan ayahnya itu."Hufft!" Dimas menghembuskan napasnya dengan kasar saat sudah menemukan dokumen yang diminta Niki. Ia lalu berjalan kembali ke dalam rumah sakit yang menjadi tempat untuk meeting, Mereka memang mengadakan meeting di rumah sakit karena keadaan kliennya yang tengah sakit dan dirawat di rumah sakit itu. Dimas dan Niki diminta datang ke sini dan membahas proyek yang
"Bang, tadi kayaknya ada yang panggil aku deh," ucap Queenza saat mobil Abi sudah pergi meninggalkan halaman rumah sakit."Gak ada, perasaan kamu aja kali Dek," sahut Abi."Tapi tadi aku jelas banget lho Bang dengernya," balas Queenza lagi dengan yakin."Udah ah. Orang gak ada yang panggil kamu," ucap Abi dengan tegas.Queenza pun tak bicara lagi dan memilih diam. Ia berpikir mungkin memang benar ia salah dengar.Tiba di persimpangan jalan Abi membelokan mobilnya ke arah kanan."Lho Bang, kok kita belok kanan? Rumah kita kan di sana," protes Queenza."Iya Abang mau ke suatu tempat dulu," jawab Abi.Queenza hanya mengangguk-anggukan kepalanya.Abi melihat sekilas pada Queenza yang tengah asyik makan coklat yang ia berikan tadi.'Maafkan aku Queen, aku gak mau kalau sampai kamu bertemu lagi dengan orang-orang dari masa lalumu. Aku gak mau kamu terluka lagi,' batin Abi.Selama perjalanan tak ada yang berbicara, baik Queenza dan Abi mereka sama-sama diam dengan pikiran mereka masing-masing
"Ah, wanita itu. Saya gak tau di mana dia sekarang," jawab lelaki tampan itu dengan santai.Dimas yang mendengar penuturan itu kembali mengepalkan tanganya dan hendak memukul kembali lelaki itu. Namun, Niki segera menahannya."Jangan Dim. Kita dengarkan dulu penjelasannya," ucap Niki lembut pada Dimas.Dimas pun menurut dengan ucapan Niki.Lelaki itu tersenyum tipis.Niki kemudian kembali bertanya pada lelaki itu."Maaf, maksud kamu gimana ya? Kamu tau Queenza, tapi kamu gak tau di mana dia sekarang? Kok bisa seperti itu?" tanya Niki masih dengan nada bicara yang sopan.Lelaki itu bangkit dari atas lantai dan duduk di kursi yang ada di sana. Ia kemudian menatap Dimas dan Niki dengan tatapan meremehkan."Saya tadi memang mengantarnya pulang karena rasa tanggung jawab saya sama dia. Saya merasa bertanggung jawab karena tak sengaja menabraknya," ucap lelaki itu sambil menkan lebam di pipinya.Dimas dan Niki mengerutkan keningnya."Berarti kamu tau dong Queenza ada di mana? Kenapa tadi kam
Waktu terus berlalu.Sudah seminggu lebih Dimas dan Niki mencari keberadaan Queenza. Namun, tak kunjung merek menemukannya. Bahkan jejak keberadaan Queenza saja mereka tak menemukannya. Seolah Queenza hilang ditelan bumi.Dimas dan Niki pun sudah berulang kali mengunjungi rumah lelaki suruhan Abi. Akan tetapi, keberadaan lelaki itu pun tak diketahui. Dimas tak pernah menyerah untuk menemukan Queenza. Namun, kali ini dia sudah lelah dan hanya bisa brerharap pada Yang Maha Kuasa agar ia bisa bertemu kembali dengan Queenza. Dimas lalu menepikan mobilnya dan keluar dari mobil itu saat melintasi jalanan yang sepi. Ia lalu duduk di trotoar jalan dan menangis."AAARRRGGGHHH!"Dimas berteriak saat ia sudah putus asa untuk menemukan keberadaan Queenza. Ia sungguh sangat rindu dengan Queenza, dan ia sangat berharap bisa bertemu Queenza lagi.Niki melihat Dimas dengan tatapan iba. Ia pun sangat berharap Queenza segera ditemukan agar Dimas dan Queenza bisa sama-sama kembali. Ia sudah mengikhlaska
Dimas yang tengah memakan roti yang diberikan Niki mengernyitkan keningnya saat rasa roti yang tengah ia makan tak asing di lidahnya. Ia pun terus mengicip-icip roti itu.Seketika jantung Dimas berdetak dengan cepat, ia memakan roti itu perlahan dan menangis.Niki yang hendak menyalakan mesin mobilnya urung saat mendengar isakan di belakangnya dan ia terkejut saat melihat Dimas makan roti sambil terisak."Dim, kamu gak apa-apa kan?" tanya Niki.Dimas menggelengkan kepalanya.Niki diam beberapa saat sambil terus menatap Dimas dengan tatapan heran. Ia yang takut Dimas tersedak pun menyodorkan botol air. Namun, air di dalam botol itu hanya ada sedikit."Dim, kamu tunggu bentar di sini. Aku mau ke sana dulu buat beli air minum," pamit Niki sambil turun dari mobil.Dimas tak menggubris dan hanya diam sambil terus memakan roti itu sambil menangis."Kenapa roti ini sangat tidak asing di lidahku? Kenapa aku sangat tersentuh saat memakan roti ini?" gumam Dimas
Niki yang baru saja kembali setelah beli air minum terkejut saat tak melihat Dimas di dalam mobil. Ia pun celingukan mencari Dimas dan ia terheran saat melihat Dimas yang duduk di depan toko kue yang tadi sempat ia kunjungi. Ia pun mendekati Dimas dan matanya terbelalak saat melihat wajah Dimas yang babak belur."Wajah kamu kenapa? Apa kamu bikin masalah lagi di sini?" omel Niki yang yakin jika Dimas membuat ulah di sini.Dimas tak menjawab dan hanya diam. Ia pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju mobilnya. Ia masuk ke dalam mobil tanpa berucap satu patah kata pun.Niki yang bingung sekaligus heran hanya bisa diam. Ia tak berani untuk menanyakan apa yang sudah terjadi pada Dimas. Karena dari mimik wajahnya Dimas. Ia dapat melihat jika Dimas tengah marah besar.Di tengah perjalanan Niki mencoba memberanikan diri untuk berbicara pada Dimas."Dim, apa kita ke klinik dulu buat obati luka kamu," ucap Niki.Dimas menggelengkan kepalanya."Gak usah. Kita langsung aja ke hotel," sahut D
"Queen kenapa Vin?"Bukan Dimas yang bertanya, melainkan bu Halimah.Bu Halimah sangat penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada sang anak. Jika memang Dimas sudah menemukan Queenza. Kenapa Dimas seperti ini. Dan ia sangat yakin sudah terjadi sesuatu pada mereka.Alvin tak menjawab. Dia hanya diam dan tidak menyangka jika bu Halimah ada di kamar bosnya."Alvin," panggil bu Halimah dengan wajah yang sangat penasaran.Alvin masih diam dan ia pun menatap ke arah Dimas.Dimas menganggukan kepalanya sebagai jawaban.Alvin pun segera masuk dan menutup pintu kamar, ia lalu mendekat dan berdiri di hadapan Dimas dan bu Halimah."Katakan," ucap Dimas.Alvin merasa ragu untuk mengatakannya. Ia beberapa kali melirik bu Halimah.Dimas yang paham akan keraguan asistennya itu pun kembali berucap."Gak apa-apa. Ibu berhak tau apa yang terjadi pada Queenza," ucap Dimas lagi. Alvin yang mendengar itu pun menganggukan kepalanya."Jadi begini Pak Bos. Memang benar bu Queenza sudah tinggal satu atap de
Pagi harinya. Queenza dan Abi kini tengah berdebat. Abi yang melarang Queenza pergi ke toko kue, akan tetapi, Queenza bersikeras ingin pergi ke toko kue."Bang, ayolah. Aku bosan Bang kalau di rumah seharian," keluh Queenza. Ia menatap Abi dengan tatapan yang memelas."Pokoknya gak boleh! Gimana kalau lelaki yang kemarin datang lagi," ucap Abi dengan tegas."Abang," bujuk Queenza dengan memelas."Sekali enggak, tetap enggak Queen," "Queen yakin kok Bang, kalo mas Dimas gak akan datang. Abang kemarin lihat sendiri kan kalau dia diam aja gak kejar Queen saat Queen pergi setelah bilang Abang calon suaminya Queen." Queenza terus saja membujuk Abi."Abang pokoknya gak akan pernah izinin kamu ketemu sama lelaki itu. Apalagi kata kamu kalau dia itu udah punya istri. Abang gak mau ya, kalau sampai kamu terlena lagi dengan rayuannya dan nanti malah kamu yang merusak rumah tangganya. Abang gak mau Queen, kalau sampai kamu menyakiti hati perempuan lain," ucap Abi.