Dimas yang tengah memakan roti yang diberikan Niki mengernyitkan keningnya saat rasa roti yang tengah ia makan tak asing di lidahnya. Ia pun terus mengicip-icip roti itu.
Seketika jantung Dimas berdetak dengan cepat, ia memakan roti itu perlahan dan menangis.Niki yang hendak menyalakan mesin mobilnya urung saat mendengar isakan di belakangnya dan ia terkejut saat melihat Dimas makan roti sambil terisak."Dim, kamu gak apa-apa kan?" tanya Niki.Dimas menggelengkan kepalanya.Niki diam beberapa saat sambil terus menatap Dimas dengan tatapan heran. Ia yang takut Dimas tersedak pun menyodorkan botol air. Namun, air di dalam botol itu hanya ada sedikit."Dim, kamu tunggu bentar di sini. Aku mau ke sana dulu buat beli air minum," pamit Niki sambil turun dari mobil.Dimas tak menggubris dan hanya diam sambil terus memakan roti itu sambil menangis."Kenapa roti ini sangat tidak asing di lidahku? Kenapa aku sangat tersentuh saat memakan roti ini?" gumam DimasNiki yang baru saja kembali setelah beli air minum terkejut saat tak melihat Dimas di dalam mobil. Ia pun celingukan mencari Dimas dan ia terheran saat melihat Dimas yang duduk di depan toko kue yang tadi sempat ia kunjungi. Ia pun mendekati Dimas dan matanya terbelalak saat melihat wajah Dimas yang babak belur."Wajah kamu kenapa? Apa kamu bikin masalah lagi di sini?" omel Niki yang yakin jika Dimas membuat ulah di sini.Dimas tak menjawab dan hanya diam. Ia pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju mobilnya. Ia masuk ke dalam mobil tanpa berucap satu patah kata pun.Niki yang bingung sekaligus heran hanya bisa diam. Ia tak berani untuk menanyakan apa yang sudah terjadi pada Dimas. Karena dari mimik wajahnya Dimas. Ia dapat melihat jika Dimas tengah marah besar.Di tengah perjalanan Niki mencoba memberanikan diri untuk berbicara pada Dimas."Dim, apa kita ke klinik dulu buat obati luka kamu," ucap Niki.Dimas menggelengkan kepalanya."Gak usah. Kita langsung aja ke hotel," sahut D
"Queen kenapa Vin?"Bukan Dimas yang bertanya, melainkan bu Halimah.Bu Halimah sangat penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada sang anak. Jika memang Dimas sudah menemukan Queenza. Kenapa Dimas seperti ini. Dan ia sangat yakin sudah terjadi sesuatu pada mereka.Alvin tak menjawab. Dia hanya diam dan tidak menyangka jika bu Halimah ada di kamar bosnya."Alvin," panggil bu Halimah dengan wajah yang sangat penasaran.Alvin masih diam dan ia pun menatap ke arah Dimas.Dimas menganggukan kepalanya sebagai jawaban.Alvin pun segera masuk dan menutup pintu kamar, ia lalu mendekat dan berdiri di hadapan Dimas dan bu Halimah."Katakan," ucap Dimas.Alvin merasa ragu untuk mengatakannya. Ia beberapa kali melirik bu Halimah.Dimas yang paham akan keraguan asistennya itu pun kembali berucap."Gak apa-apa. Ibu berhak tau apa yang terjadi pada Queenza," ucap Dimas lagi. Alvin yang mendengar itu pun menganggukan kepalanya."Jadi begini Pak Bos. Memang benar bu Queenza sudah tinggal satu atap de
Pagi harinya. Queenza dan Abi kini tengah berdebat. Abi yang melarang Queenza pergi ke toko kue, akan tetapi, Queenza bersikeras ingin pergi ke toko kue."Bang, ayolah. Aku bosan Bang kalau di rumah seharian," keluh Queenza. Ia menatap Abi dengan tatapan yang memelas."Pokoknya gak boleh! Gimana kalau lelaki yang kemarin datang lagi," ucap Abi dengan tegas."Abang," bujuk Queenza dengan memelas."Sekali enggak, tetap enggak Queen," "Queen yakin kok Bang, kalo mas Dimas gak akan datang. Abang kemarin lihat sendiri kan kalau dia diam aja gak kejar Queen saat Queen pergi setelah bilang Abang calon suaminya Queen." Queenza terus saja membujuk Abi."Abang pokoknya gak akan pernah izinin kamu ketemu sama lelaki itu. Apalagi kata kamu kalau dia itu udah punya istri. Abang gak mau ya, kalau sampai kamu terlena lagi dengan rayuannya dan nanti malah kamu yang merusak rumah tangganya. Abang gak mau Queen, kalau sampai kamu menyakiti hati perempuan lain," ucap Abi.
Abi dan Queenza masih diam membisu di dalam mobil. Mereka sama-sama terdiam di tempatnya, tak ada yang bergerak sedikitpun dari mereka. 'Niki? Kenapa dia ada di sini? Apa mungkin dia tau kalau kemarin mas Dimas habis dari sini dan dia mau ngelabrak aku? Wah gawat,' batin Queenza sambil terus memegangi dadanya yang berdetak lebih kencang. Ia lalu menoleh ke arah Abi yang diam mematung. Kening Queenza mengkernyit saat melihat Abi yang terdiam ia pun heran saat tadi Abi menatap dalam Niki. 'Bang Abi kenapa? Apa mungkin dia kenal sama Niki? Tapi, masa iya? Mereka kan gak pernah ketemu. Atau bang Abi udah menyelidikinya, sehingga dia kaget lihat Niki di sini? Ah daripada penasaran mending aku tanya aja,' lanjutnya dalam hati."Bang! Abang kenapa? Abang kenal sama Niki?" tanya Queenza yang tak bisa memendung rasa penasarannya itu."Niki?" Abi yang mendengar ucapan Queenza pun menoleh ke arah adiknya itu.Queenza menanggukan kepalanya."Iya Niki ... itu, perempuan
"Nik, kamu kenapa?" tanya Queenza pada Niki yang tampak syok setelah menerima telepon. Ia pun membawa Niki duduk di kursi yang ada di sana.Niki tersadar dari rasa terkejutnya kemudian ia menatap pada Queenza."Queen, kita harus ke rumah sakit sekarang," ucap Niki, ia kemudian berdiri dan berjalan sambil membawa tangan Queenza."Nik ... Niki tunggu, kita ngapain ke rumah sakit?" tanya Queenza yang bingung."Dimas kecelekaan Queen, jadi kita harus ke rumah sakit sekarang," ucap Niki lagi sambil terus menyeret Queenza.Deg!Jantung Queenza seakan berhenti mendengar ucapan Niki, ia pun menghentikan langkah kakinya yang terus diseret oleh Niki.Niki pun menghentikan langkahnya saat Queenza berhenti."Kamu tenang aja Queen, Dimas pasti gak akan kenapa-napa. Dia itu kuat gak mungkin mati," ucap Niki yang ceplas-ceplos.Queenza membelalakan matanya mendengar ucapan Niki."Nik, kamu itu ya." Queenza memukul pelan punggung Niki."Makanya ayo cepetan kita ke rumah sakit." Niki kembali menyeret Q
Tiba di ruamah sakit, Queenza dengan cepat keluar dari taksi dan berlari masuk. Namun, saat ia tiba di depan pintu masuk rumah sakit, langkahnya terhenti.Mia yang berjalan mengikuti Queenza di belakangnya pun terheran saat melihat Queenza yang berheti dan hanya diam saja di depan pintu masuk."Mbak gak jadi masuk?" tanya Mia yang penasaran.Queenza menoleh ke arah Mia dan tersenyum."Mi, tolong kamu tanyain ya di ruangan mana mas Dimas dirawat. Aku tunggu di sini aja," ucap Queenza.Mia tak langsung menjawab dan hanya menatap Queenza."Mia, please," bujuk Queenza dengan wajah yang memelas.Mia pun menganggukan kepalanya dan berjalan ke arah resepsionis untuk menanyakan di mana Dimas berada.Setelah Mia mendapatkan informasi tentang keberadaan Dimas. Akhirnya mereka berdua pun segera bergegas menuju ruangan yang dikasih tau petugas resepsionis rumah sakit.Akan tetapi, saat mereka sampai di lorong yang menuju ruangan Dimas. Secara tiba-tiba Mia menarik tangan Queenza dan menyeretnya ke
"Mbak, bikin kaget aja ih. Aku kira siapa," ucap Mia saat melihat Queenza lah yang menepuk pundaknya. "Mbak kok ke sini?" Lanjutnya lagi yang heran saat Queenza mengikutinya."Aku juga penasaran Mi sama apa yang mereka obrolkan," sahut Queenza."Terus, ngapain Mbak nyuruh aku ke sini kalau ujung-ujungnya Mbak ikut," omel Mia.Queenza menatap Mia."Kenapa gak boleh? Kamu marah?" tanya Queenza dengan nada bicara yang serius.Mia tersenyum meringis. Ia dengan segera menggelengkan kepalanya."Enggak apa-apa boleh kok, apa sih yang enggak buat Mbak Queen," ucap Mia."Ya udah, kalau kamu mau balik ke sana. Balik aja," perintah Queenza.Mia yang mendengar itu pun menatap Queenza dengan wajah tak percayanya."Iya, kamu duduk aja di sana. Biar aku sendiri yang ke sana," ucap Queenza yang tau arti dari tatapan Mia.Mia dengan semangat menganggukan kepalanya dan segera berlari meninggalkan Queenza.Queenza yang melihat tingkah Mia pun menggelengkan kepalanya. Kemudian ia pun melanjutkan langkahny
Niki yang mendengar celetukan Abi kemudian menatap Abi dan melepaskan pelukannya pada Queenza."Barusan kamu bilang apa?" tanya Niki pada Abi.Abi yang mendengar pertanyaan Niki terkejut, dan menatap Niki dengan wajah bingungnya."Emang aku bilang apa?" tanya Abi yang memang tidak sadar dengan ucapannya tadi."Kamu tadi bilang, gak salah aku suka sama kamu. Itu apa maksudnya?" tanya Niki, ia lalu melihat Abi dan Queenza bergantian. "Apa memang kalian ada sesuatu?" tanyanya lagi dengan wajah penuh curiga.Queenza dan Abi dengan cepat menggelengkan kepalanya bersamaan."Gak mungkin aku suka sama perempuan urakan macam dia," ejek Abi pada Queenza.Queenza yang akan menjawab tuduhan Niki pun urung dan menatap Abi dengan sengit."Siapa juga yang suka sama laki-laki macam kamu Bang, cuma perempuan yang kesabarannya tingkat dewa Bang yang bisa bertahan sama Abang," ledek Queenza.Abi hendak membalas ucapan Queenza. Akan tetapi Niki sudah lebih dulu menyela."Udah, udah. Kenapa malah jadi sali