"Ah, wanita itu. Saya gak tau di mana dia sekarang," jawab lelaki tampan itu dengan santai.Dimas yang mendengar penuturan itu kembali mengepalkan tanganya dan hendak memukul kembali lelaki itu. Namun, Niki segera menahannya."Jangan Dim. Kita dengarkan dulu penjelasannya," ucap Niki lembut pada Dimas.Dimas pun menurut dengan ucapan Niki.Lelaki itu tersenyum tipis.Niki kemudian kembali bertanya pada lelaki itu."Maaf, maksud kamu gimana ya? Kamu tau Queenza, tapi kamu gak tau di mana dia sekarang? Kok bisa seperti itu?" tanya Niki masih dengan nada bicara yang sopan.Lelaki itu bangkit dari atas lantai dan duduk di kursi yang ada di sana. Ia kemudian menatap Dimas dan Niki dengan tatapan meremehkan."Saya tadi memang mengantarnya pulang karena rasa tanggung jawab saya sama dia. Saya merasa bertanggung jawab karena tak sengaja menabraknya," ucap lelaki itu sambil menkan lebam di pipinya.Dimas dan Niki mengerutkan keningnya."Berarti kamu tau dong Queenza ada di mana? Kenapa tadi kam
Waktu terus berlalu.Sudah seminggu lebih Dimas dan Niki mencari keberadaan Queenza. Namun, tak kunjung merek menemukannya. Bahkan jejak keberadaan Queenza saja mereka tak menemukannya. Seolah Queenza hilang ditelan bumi.Dimas dan Niki pun sudah berulang kali mengunjungi rumah lelaki suruhan Abi. Akan tetapi, keberadaan lelaki itu pun tak diketahui. Dimas tak pernah menyerah untuk menemukan Queenza. Namun, kali ini dia sudah lelah dan hanya bisa brerharap pada Yang Maha Kuasa agar ia bisa bertemu kembali dengan Queenza. Dimas lalu menepikan mobilnya dan keluar dari mobil itu saat melintasi jalanan yang sepi. Ia lalu duduk di trotoar jalan dan menangis."AAARRRGGGHHH!"Dimas berteriak saat ia sudah putus asa untuk menemukan keberadaan Queenza. Ia sungguh sangat rindu dengan Queenza, dan ia sangat berharap bisa bertemu Queenza lagi.Niki melihat Dimas dengan tatapan iba. Ia pun sangat berharap Queenza segera ditemukan agar Dimas dan Queenza bisa sama-sama kembali. Ia sudah mengikhlaska
Dimas yang tengah memakan roti yang diberikan Niki mengernyitkan keningnya saat rasa roti yang tengah ia makan tak asing di lidahnya. Ia pun terus mengicip-icip roti itu.Seketika jantung Dimas berdetak dengan cepat, ia memakan roti itu perlahan dan menangis.Niki yang hendak menyalakan mesin mobilnya urung saat mendengar isakan di belakangnya dan ia terkejut saat melihat Dimas makan roti sambil terisak."Dim, kamu gak apa-apa kan?" tanya Niki.Dimas menggelengkan kepalanya.Niki diam beberapa saat sambil terus menatap Dimas dengan tatapan heran. Ia yang takut Dimas tersedak pun menyodorkan botol air. Namun, air di dalam botol itu hanya ada sedikit."Dim, kamu tunggu bentar di sini. Aku mau ke sana dulu buat beli air minum," pamit Niki sambil turun dari mobil.Dimas tak menggubris dan hanya diam sambil terus memakan roti itu sambil menangis."Kenapa roti ini sangat tidak asing di lidahku? Kenapa aku sangat tersentuh saat memakan roti ini?" gumam Dimas
Niki yang baru saja kembali setelah beli air minum terkejut saat tak melihat Dimas di dalam mobil. Ia pun celingukan mencari Dimas dan ia terheran saat melihat Dimas yang duduk di depan toko kue yang tadi sempat ia kunjungi. Ia pun mendekati Dimas dan matanya terbelalak saat melihat wajah Dimas yang babak belur."Wajah kamu kenapa? Apa kamu bikin masalah lagi di sini?" omel Niki yang yakin jika Dimas membuat ulah di sini.Dimas tak menjawab dan hanya diam. Ia pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju mobilnya. Ia masuk ke dalam mobil tanpa berucap satu patah kata pun.Niki yang bingung sekaligus heran hanya bisa diam. Ia tak berani untuk menanyakan apa yang sudah terjadi pada Dimas. Karena dari mimik wajahnya Dimas. Ia dapat melihat jika Dimas tengah marah besar.Di tengah perjalanan Niki mencoba memberanikan diri untuk berbicara pada Dimas."Dim, apa kita ke klinik dulu buat obati luka kamu," ucap Niki.Dimas menggelengkan kepalanya."Gak usah. Kita langsung aja ke hotel," sahut D
"Queen kenapa Vin?"Bukan Dimas yang bertanya, melainkan bu Halimah.Bu Halimah sangat penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada sang anak. Jika memang Dimas sudah menemukan Queenza. Kenapa Dimas seperti ini. Dan ia sangat yakin sudah terjadi sesuatu pada mereka.Alvin tak menjawab. Dia hanya diam dan tidak menyangka jika bu Halimah ada di kamar bosnya."Alvin," panggil bu Halimah dengan wajah yang sangat penasaran.Alvin masih diam dan ia pun menatap ke arah Dimas.Dimas menganggukan kepalanya sebagai jawaban.Alvin pun segera masuk dan menutup pintu kamar, ia lalu mendekat dan berdiri di hadapan Dimas dan bu Halimah."Katakan," ucap Dimas.Alvin merasa ragu untuk mengatakannya. Ia beberapa kali melirik bu Halimah.Dimas yang paham akan keraguan asistennya itu pun kembali berucap."Gak apa-apa. Ibu berhak tau apa yang terjadi pada Queenza," ucap Dimas lagi. Alvin yang mendengar itu pun menganggukan kepalanya."Jadi begini Pak Bos. Memang benar bu Queenza sudah tinggal satu atap de
Pagi harinya. Queenza dan Abi kini tengah berdebat. Abi yang melarang Queenza pergi ke toko kue, akan tetapi, Queenza bersikeras ingin pergi ke toko kue."Bang, ayolah. Aku bosan Bang kalau di rumah seharian," keluh Queenza. Ia menatap Abi dengan tatapan yang memelas."Pokoknya gak boleh! Gimana kalau lelaki yang kemarin datang lagi," ucap Abi dengan tegas."Abang," bujuk Queenza dengan memelas."Sekali enggak, tetap enggak Queen," "Queen yakin kok Bang, kalo mas Dimas gak akan datang. Abang kemarin lihat sendiri kan kalau dia diam aja gak kejar Queen saat Queen pergi setelah bilang Abang calon suaminya Queen." Queenza terus saja membujuk Abi."Abang pokoknya gak akan pernah izinin kamu ketemu sama lelaki itu. Apalagi kata kamu kalau dia itu udah punya istri. Abang gak mau ya, kalau sampai kamu terlena lagi dengan rayuannya dan nanti malah kamu yang merusak rumah tangganya. Abang gak mau Queen, kalau sampai kamu menyakiti hati perempuan lain," ucap Abi.
Abi dan Queenza masih diam membisu di dalam mobil. Mereka sama-sama terdiam di tempatnya, tak ada yang bergerak sedikitpun dari mereka. 'Niki? Kenapa dia ada di sini? Apa mungkin dia tau kalau kemarin mas Dimas habis dari sini dan dia mau ngelabrak aku? Wah gawat,' batin Queenza sambil terus memegangi dadanya yang berdetak lebih kencang. Ia lalu menoleh ke arah Abi yang diam mematung. Kening Queenza mengkernyit saat melihat Abi yang terdiam ia pun heran saat tadi Abi menatap dalam Niki. 'Bang Abi kenapa? Apa mungkin dia kenal sama Niki? Tapi, masa iya? Mereka kan gak pernah ketemu. Atau bang Abi udah menyelidikinya, sehingga dia kaget lihat Niki di sini? Ah daripada penasaran mending aku tanya aja,' lanjutnya dalam hati."Bang! Abang kenapa? Abang kenal sama Niki?" tanya Queenza yang tak bisa memendung rasa penasarannya itu."Niki?" Abi yang mendengar ucapan Queenza pun menoleh ke arah adiknya itu.Queenza menanggukan kepalanya."Iya Niki ... itu, perempuan
"Nik, kamu kenapa?" tanya Queenza pada Niki yang tampak syok setelah menerima telepon. Ia pun membawa Niki duduk di kursi yang ada di sana.Niki tersadar dari rasa terkejutnya kemudian ia menatap pada Queenza."Queen, kita harus ke rumah sakit sekarang," ucap Niki, ia kemudian berdiri dan berjalan sambil membawa tangan Queenza."Nik ... Niki tunggu, kita ngapain ke rumah sakit?" tanya Queenza yang bingung."Dimas kecelekaan Queen, jadi kita harus ke rumah sakit sekarang," ucap Niki lagi sambil terus menyeret Queenza.Deg!Jantung Queenza seakan berhenti mendengar ucapan Niki, ia pun menghentikan langkah kakinya yang terus diseret oleh Niki.Niki pun menghentikan langkahnya saat Queenza berhenti."Kamu tenang aja Queen, Dimas pasti gak akan kenapa-napa. Dia itu kuat gak mungkin mati," ucap Niki yang ceplas-ceplos.Queenza membelalakan matanya mendengar ucapan Niki."Nik, kamu itu ya." Queenza memukul pelan punggung Niki."Makanya ayo cepetan kita ke rumah sakit." Niki kembali menyeret Q