"Kamu kenapa sayang? Kok nangis?" Ervan terkejut saat melihat Queenza datang dengan air mata membasahi pipinya. Ia yang tengah duduk di sofa beranjak dan mendekati Queenza. "Kamu dari mana saja? Aku tadi nyariin kamu, kenapa hmm? Ada yang sakit?" tanya Ervan dengan lembut.
Queenza menggelengkan kepalanya ia memeluk Ervan yang mendekat padanya. Ia menumpahkan semua rasa sakit di dalam hatinya lewat tangisan dan memeluk Ervan dengan sangat erat.Ervan tak banyak bertanya. Ia membalas pelukan Queenza. Setelah Queenza merasa tenang Ervan membawa Queenza duduk di sofa."Aku minta maaf Mas," lirih Queenza di sela-sela tangisnya.Ervan tersenyum. Ia pikir mungkin Queenza meminta maaf karena sudah membuat dia khawatir, Ervan pun melepaskan pelukannya dan menatap dalam Queenza."Gak apa-apa. Tapi, lain kali kalau mau pulang atau mau pergi ke mana aja harus bilang dulu ya. Jangan buat aku panik dan khawatir. Untung tadi aku gak lapor polisi karena istrinya gak ada," ucap"Mas, kamu marah?" tanya Queenza saat ia sudah dibaringkan di atas kasur oleh Ervan.Ervan tak menjawab dan hanya diam saja. Ia kesal dengan Queenza yang sudah membohonginya."Mas," ucap Queenza dengan manja."Istirahat, bukannya kamu capek," sahut Ervan dengan nada yang ketus.Queenza memajukan bibirnya. "Tuh kan, kamu marah," rajuk Queenza.Ervan tak menghiraukan ucapan Queenza dan memilih pergi ke arah balkon. Ia duduk di sana dan menyalakan rokoknya."Mas, jangan marah dong. Aku minta maaf," ucap Queenza yang merasa tak enak pada Ervan. Ia duduk di atas pangkuan Ervan lalu tangannya nakal mengelus dada Ervan."Queen, jangan mancing. Bukannya kamu lagi capek, lebih baik sekarang kamu tidur aja," ucap Ervan dengan nada suara yang seperti menahan sesuatu."Jangan marah," bujuk Queenza, ia terus memainkan jari-jarinya di dada bidang Ervan."Sayang, kamu minggir gak, kalau kamu seperti ini terus aku gak bisa jamin kamu aman hari ini," ancam Ervan.
"Mas," teriak Queenza dengan sangat lantang setelah ia sadar dari rasa terkejutnya.Ervan yang tengah asyik mandi, terjengkit kaget saat mendengar teriakan Queenza, dengan cepat ia mengambil handuk dan segera berlari secepat kilat ke luar."Ada apa sayang?" tanya Ervan dengan panik, ia menghampiri Queenza yang masih berdiri diambang pintu. "Ini semua siapa yang ngirim?" Queenza menoleh ke arah Ervan dengan wajah yang keheranan.Ervan tersenyum, ia pikir ada apa. Ternyata Queenza berteriak karena bunga dan hadiah yang semalam Ervan pesan kini sudah datang. Ervan pun mendekat dan memeluk Queenzq."Itu hadiahku buat kamu. Aku tau, mungkin ini terlambat. Tapi, aku akan tetap bicara sama kamu." Ervan melepaskan pelukannya dan membawa tubuh Queenza untuk menghadapnya, ia lalu tersenyum dan berucap. "I love you, Queenza."Queenza diam mematung. Ia beberapa kali mengerjap-ngerjapkan matanya, karena tak percaya dengan apa yang saat ini terjadi padanya."Sayang,"
Niki tersadar dari rasa kagumnya akan senyuman Dimas yang terlihat tulus itu saat Queenza menepuk pundaknya, ia lalu menoleh ke arah Queenza yang kini tengah tersenyum padanya."Aku duluan ke ruang makan ya," ucap Queenza sambil melepaskan tangan Niki yang tengah memeluk lengannya dan pergi begitu saja.Niki hanya diam karena bingung harus menjawab apa.Dimas yang tadi tersenyum cerah kini melunturkan senyumannya itu saat melihat Queenza pergi menjauh darinya, ia menatap Queenza dengan tatapan yang sendu.Niki melihat itu, ada rasa kecewa dan sakit yang Niki rasakan. Namun, ia dengan cepat mengenyahkan rasa itu karena ia sendiri yang ingin mendapatkan hati Dimas, dan ia harus berjuang. Pikirnya."Kamu mau ke ruang makan juga Mas?" tanya Niki.Dimas tak menjawab dan melangkah berjalan meninggalkan Niki begitu saja.Niki tersenyum miris, entah kenapa rasanya sangat berat untuk meruntuhkan kerasnya hati Dimas. Apalagi sekarang ada Queenza yang tengah bertahta di hati Dimas. Niki berjalan
Niki terkejut saat tangannya ditarik oleh Dimas sampai ia terhuyung dan tubuhnya menabrak dada bidang Dimas. Niki mendongakkan kepalanya dan menatap dalam Dimas yang kini tengah memeluknya. Jantungnya berdebar kencang saat melihat wajah Dimas yang sangat dekat dan jelas seperti ini."Kalau jalan itu lihatnya pakai mata, makanya jangan pecicilan jadi perempuan," omel Dimas sambil menjauhkan tubuh Niki yang menempel padanya.Niki yang sempat tersentuh dengan apa yang dilakukan Dimas, kini menjadi kesal saat mendengar ucapan Dimas barusan."Siapa juga yang pecicilan. Orang lagi gerakin badan sama tangan yang kesemutan," sahut Niki tak kalah sengit. Dimas menatap tajam Niki yang sudah berani melawannya.Niki yang ditatap tajam seperti itu pun segera menundukan kepalanya. Entah kenapa kalau ia ditatap seperti itu oleh Dima, ia akan merasakan takut dan seperti ada sihir dari tatapan Dimas itu yang membuat dia tak bisa berkutik."Bukannya kamu tadi mau beli air kelapq? Di mana tempatnya, bu
"Yah lepas," teriak Dimas ambil mencoba memberontak.Pak Pratama menahan Dimas sekuat tenaganya, ia tak akan membiarkan Dimas mwndekati Queenza lagi."Ayah," bentak Dimas.Ervan yang merasa terusik pun menoleh dan menatap tajam pada Dimas dan ayahnya itu."Kalian bisa Diam," teriak Ervan.Queenza tersentak mendengar teriakan Ervan yang tepat di hapannya itu. Ia menatap pada Ervan yang tengah berjongkok di depannya. Ia pun melihat pada dirinya sendiri yang tengah berlutut.'Aku kenapa?' tanyanya dalam hati. Ia pun menoleh pada Dimas yang tengah dihadang oleh sang mertua."Mas," panggil Queenza pada Ervan.Ervan spontan menoleh saat mendengar seruan dari Queenza."Sayang, kamu gak apa-apa kan?" tanya Ervan dengan senyuman lebar di bibirnya. Ia lalu mendekat pada Queenza dan mendekapnya.Queenza menggelengkan kepalanya. Tadi ia seperti kehilangan arah saat Ervan mengancamnya, dan seketika ia membayangkan jika Ervan menghukumnya lebih sadis d
Satu minggu sudah berlalu dari kejadian itu.Ervan kini sedikit berubah pada Queenza, entah apa penyebabnya yang membuat Ervan berubah seperti itu."Mas, kamu mau ke mana pagi-pagi begini sudah rapi?" tanya Queenza yang baru saja bangun. Ia sangat terkejut saat melihat Ervan yang sudah berdandan rapi."Aku ada urusan di luar." Suara Ervan terdengan dingin. Queenza terdiam, sudah seminggu ini Ervan bersikap dingin lagi padanya. Entah karena apa yang audah membuat Ervan bersikap dingin lagi, yang jelas Queenza sangat sedih ketika melihat Ervan kembali dingin seperti dulu.Ervan pergi begitu saja meninggalkan Queenza.Queenza menatap nanar Ervan yang sudah hilang dibalik pintu. Ia menghela napasnya dengan berat. Ia pun sudah seminggu ini tak melihat Dimas, dan ia sangat kehilangan. Egois memang dia, kala Dimas mengejarnya, ia meminta Dimas untuk menjauh, dan sekarang disaat ia tak melihat Dimas, ia merasa sangat kehilangan sosok Dimas.Queenza bergegas
Kini Queenza tengah berada di butik bersama ibu mertua dan juga Niki. Hatinya bagai teriris sembilu saat melihat Niki yang tengah mengenakan gaun yang sangat cantik, entah itu karena Niki akan menikah dengan Dimas, atau ia merasa iri karena dulu saat ia menikah dengan Ervan, ia tak melakukan fitting dan ia hanya memakai baju pengantin punya Alya.Tqnpa terasa air mata Queenza jatuh.Bu Hqlimah yang melihat Queenza menangis pun mendekat lalu mendekap erat Queenza."Maafkan Ibu ya Queen, kalau ini menyakiti perasaanmu. Dulu Ibu juga ingin fitting baju untuk kamu. Tapi, Ervan melarang Ibu untuk ikut campur dengan pernikahannya. Ibu sangat sedih saat kamu memakai baju pengantin punya Alya. Ibu tau, awal pernikahan pasti berat untuk kamu, karena kamu terpaksa menikah dengan Ervan untuk menggantikan temanmu. Tapi, Ibu yakin sekrangan kamu pasti bahagia. Apalagi ada anak kamu ini," ucap bu Halimah pnajang lebar. Ia lalu mengusap perut Queenza yang sedikit buncit itu.Queenz
Queenza yang sudah selesai ganti baju dan hendak kembali ke dapan terkejut saat tangannya tiba-tiba ditarik keluar oleh seseorang."Mas Dimas," ucap Queenza yang terkejut bukan main.Dimas membawa Queenza keluar dari butik itu lewat pintu belakang. "Mas lepas, kamu mau bawa aku ke mana?" seru Queenza sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Dimas.Dimas menghentikan langkahnya saat sudah berada di luar. Ia membalikkan tubuhnya dan langsung meneluk Queenza."Aku kangen banget sama kamu Queen, kenapa? Kenapa kamu sangat suka dan tega menyiksaku begini?" ucap Dimas dengan lirih, ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Queenza."Mas lepas, kalau ada yang lihat bagainana?" ucap Queenza dengan panik. Ia takut jika seseorang datang dan memergoki mereka."Biarin. Biar semua orang tau kalau aku sangat, sangat mencintai kamu Queen," teriak Dimas.Spontan Queenza membekap mulut Dimas."Kamu itu apa-apaan sih Mas," ucap Queenza. Tangannya masih bertengge