Amel terbangun dengan bagian bawahnya yang sakit dan ketika menatap sekitar di mana sudah tampak gelap membuat Amel masih belum paham apa yang terjadi pada dirinya, ketika sudah benar sadar Amel teringat bahwa dirinya sudah tidak suci lagi. Amel mencoba untuk menerima semuanya karena dirinya yang menyerahkan diri pada Barry calon suaminya.
“Sudah bangun,” Barry masuk dengan membawa nampan berisi makanan “apakah sakit?.”
Amel mengangguk malu “sepertinya sudah malam dan aku harus pulang mas.”
Barry tersenyum “aku sudah hubungi orang tuamu kalau akan menginap karena kembar ingin bersamamu,” Amel melotot mendengarnya “mau membersihkan diri?,” Amel mengangguk.
Amel masih menunduk malu tidak berani menatap Barry, tanpa Amel duga Barry mengangkat dirinya menuju kamar mandi dengan keadaan masih tanpa busana. Barry meletakkan di bathtube yang sudah terisi air panas. Amel menatap mata Barry yang hanya tersenyum melihatnya dan
Pagi harinya keadaan Vina sudah menjadi lebih baik membuat Amel bersyukur karena tidak larut dalam kesedihan. Besok adalah waktu Amel dan Willy untuk sidang sedangkan Vina besoknya dan karena malamnya Amel menikah sudah pasti tidak akan datang ke sidang Vina.“Aku balik dan terima kasih untuk waktunya,” Amel mengangguk dan memeluk Vina sebelum pulang dengan diantar Satria.Amel masuk ke dalam kamar untuk mempelajari materi sidang besok, keadaan rumah yang sepi karena semua sudah mulai dengan aktivitasnya membuat Amel sedikit tenang untuk belajar. Sebelum belajar Amel mengabari Barry karena dari tadi mengirim pesan dan belum sempat Amel jawab.“Sayang,” suara ketukan di pintu Amel membuatnya terkejut.Amel tertidur karena terlalu asyik membaca bahan materi untuk sidang besok dan menatap sekitar yang sudah mulai gelap membuat Amel yakin jika dirinya melewatkan makan siang. Amel bangun dan membersihkan diri lalu keluar
Pertemuan dengan kedua sahabatnya membuat Amel sedikit lega karena bisa jujur pada mereka, meskipun tidak bisa datang setidaknya beban Amel sedikit berkurang. Malam ini adalah malam di mana statusnya akan berubah menjadi seorang istri, sampai rumah Amel langsung dirias oleh penata rias yang sudah disiapkan. Amel tidak tahu bagaimana kedua keluarga ini bisa mempersiapkan pernikahan dalam waktu dekat dengan semua serba minimalis tapi mewah.Amel menunggu cemas kedatangan keluarga Barry dalam yang masih dalam perjalanan, Amel takut jika Barry hanya bermain dengannya. Pintu kamar dibuka Ranti istri Muda dengan wajah tersenyum dan mengatakan jika Barry keluarga telah sampai, tidak lama kemudian di belakang Rani ada Hana yang menatapku sambil tersenyum.“Kakak ipar senang aku karena mbak yang jadi kakak ipar.”Amel hanya tersenyum mendengar perkataan Hana, Ranti langsung mengajak keluar dengan mereka yang berada di samping Amel dan juga L
Amel tidak tahu ke mana Barry akan membawanya kali ini yang pasti menurut Barry akan membuat Amel tidak bisa berjalan kembali dan Amel menjadi tidak sabar atas apa yang akan Barry lakukan, sepanjang perjalanan mereka Barry tidak melepaskan tangan Amel sama sekali seolah takut kehilangan dan Barry seperti anak muda kembali.Amel menatap tempat yang menjadi tujuan mereka yaitu Lombok membuat dirinya memandang Barry tidak percaya karena selama ini dirinya menginginkan pergi ke Lombok, Barry tetap menggandeng tangan Amel sampai mereka ke tempat penginapan yang langsung menghubungkan dengan pantai. Barry menyewa villa untuk liburan bersama Amel, sebenarnya tempat ini yang biasa dirinya gunakan bersama Siska tapi kali ini akan dirinya gunakan untuk bulan madu bersama istri kecilnya dan tidak akan membuat Amel keluar dari kamar. Barry ingin tahu sekuat apa Amel dalam menghadapi nafsunya ibarat kata ingin membandingkan kekuatan Amel dengan Siska, Barry tahu dirinya salah ta
Setelah pulang bulan madu pekerjaan Barry semakin banyak meninggalkan Amel di rumah bersama kembar, Amel sendiri tidak mempermasalahkan hal tersebut karena Barry tetap menyentuh dirinya setiap pulang dan Amel selalu melayani meski itu dini hari sekali pun. Hari ini Barry berpamitan pada Amel akan melakukan perjalanan dinas selama beberapa minggu, sebenarnya Amel ingin ikut tapi melihat kembar membuat Amel menghentikan niat tersebut dan membiarkan Barry berangkat bersama Siska.Amel menyiapkan semua keperluan Barry selama di sana dan setelahnya mereka melakukan kewajiban, Amel merasa jika Barry puas dengan semua yang dilakukannya hal itu membuat Amel tersenyum senang. Amel menatap Barry yang masih tidur nyenyak setelah apa yang mereka lakukan, Amel sendiri sudah diterima di perusahaan kecil yang tidak jauh rumah dan untungnya tidak mengganggu kegiatan dirinya sebagai ibu rumah tangga.“Kamu kerja hari ini?,” tanya Barry ketika mereka sarapan.Amel mengangguk “aku ak
Amel terkejut dengan keberadaan Arta di kubikelnya sepagi ini membuat Amel melangkahkan kaki mau tidak mau ke tempat di mana Arta berada, hampir 3 hari Barry tanpa kabar membuat Amel sedikit tidak enak bahkan beberapa kali pekerjaannya berantakan. Arta memandang Amel dari atas ke bawah lalu berdiri membuat Amel hanya bisa diam memandang Arta yang tingginya melebihi dirinya.“Ikut saya ke Bandung hari ini,” ucap Arta tegas membuat Amel terkejut dan memandang Arta dengan mengangkat kepalanya “saya tunggu di parkiran.”Amel masih mencerna perkataan Arta tanpa bergerak sama sekali, dirinya hampir jatuh ketika tepukan pelan di pundak yang Arta berikan. Melalui tatapannya meminta Amel untuk bergegas ikut dirinya, Amel langsung melakukan gerakan cepat dengan membawa beberapa hal yang penting ketika akan mengikuti Arta. Bosnya ini tidak memberitahukan bahwa akan ada perjalanan dinas dan dirinya tidak menyiapkan bekal sama sekali untuk berada di sana, selama perjalanan tidak ada
Perkataan Pandu membuat Amel berpikir keras dan beberapa kali menatap Arsen di mana terdapat beberapa persamaan dengan Barry dibandingkan Pandu sebagai ayahnya, tidak sampai di situ terkadang Amel terkejut dengan panggilan Arsen pada Barry yaitu baba. Amel tidak bisa curiga karena kedua putri Siska juga melakukan hal yang sama sedangkan kembar memanggil Siska dan Pandu dengan sebutan normal yaitu om dan tante.Sekali lagi Barry tidak menghubungi Amel, bahkan pesan Amel kirim tidak berubah sama sekali seketika membuat dirinya cemas. Pikiran negatif menghampiri dirinya tapi mencoba untuk menghilangkan pikiran tersebut karena pernikahan adalah kepercayaan, tanpa ada kabar dari Barry membuat Amel menghabiskan waktu bersama kembar di rumah setelah kepulangan dari tempat Tina. Pekerjaan Amel juga tidak terlalu berat semenjak kepulangan dari Bandung, bahkan Arta tidak memberikan pekerjaan berat sehingga membuat Amel bisa pulang dengan cepat menghabiskan waktu bersama kembar.
Amel terbangun dengan dirinya berada di pelukan Barry membuat sedikit perasaannya menghangat, Amel merasakan milik Barry yang berada di dalamnya membuat dirinya secara perlahan menggerakkan bagian bawah secara pelan agar tidak membangunkan Barry. Ada rasa berbeda ketika milik Barry tegang dan saat ini, saat ini di dalam Amel terasa gatal dan memiliki sensasi tersendiri.“Kamu nakal,” ucap Barry dengan suara seraknya “serangan fajar?.”Amel mengangguk yang tentu tidak disiakan Barry dengan mengangkat Amel agar berada di atas, Amel langsung menggerakkan miliknya membuat Barry hanya bisa mendesah dan meremas kedua bukit kembar dan memainkan puting milik Amel. Barry merasakan perbedaan milik Amel dan Siska di mana jika dirinya disuruh memilih maka milik Amel lah yang dirinya sukai dibanding Siska, suara desahan memenuhi ruangan dan sekali lagi kedua pasangan ini seakan tidak peduli dengan keadaan sekitar hingga tidak lama kemudian mereka mencapai kl
Amel menatap Barry dengan bingung pasalnya dari kepulangan mereka menjemput kembar di rumah mertua atau orang tua Barry selalu diam dan hanya menjawab jika diperlukan, Amel ingin bertanya tapi tidak tahu harus menanyakan apa pada Barry. Kembar melihat perubahan Barry tidak berani bertanya malah lebih banyak mendekati Amel dibandingkan Barry sebagai papanya dan lumayan lama tidak bertemu.Barry sendiri tahu jika istrinya Amel bingung dengan pada dirinya karena Barry sendiri tidak tahu berbuat apa atas perkataan Siska tadi, ingin rasanya Barry berhenti tapi bingung harus mulai bagaimana. Barry ingin memecat Siska tapi rasanya tidak mungkin karena Barry sangat bergantung dan sudah nyaman bersama Siska, Siska bisa mengimbangi dirinya dalam banyak hal tapi Amel di mana Barry merasakan perasaan berbeda ketika bersamanya. Barry mengingat bagaimana Siska melayani Mr. Wang yang dikenal dalam bisnis harus ada wanita di dalamnya dan Mr. Wang sangat puas dengan wanita yang Siska berikan.
Aku tahu dia dari kembar yang selalu bercerita mengenai bimbingan Tina yang baik dan perhatian, beberapa mengamatinya dari kejauhan yang tidak pernah disadarinya. Sebenarnya aku memiliki hubungan dengan seketaris yang sudah seperti keluarga bahkan kami memiliki anak di mana posisinya adalah istri orang yang tidak lain aku mengenal baik suaminya. Siska namanya berkali – kali sudah ingin bercerai dengan sang suami tapi tidak pernah terjadi karena aku tidak ingin dia melakukannya, alasan tepat adalah aku tidak ingin menyakiti hati suaminya dan menikahi anak bimbingan Tina, alasan kenapa anak bimbingan Tina karena dari awal kembar tidak pernah menyukai Siska.“Menikah” aku mengangguk pelan “anak kecil itu?” mengangguk sekali lagi “aku bisa bercerai dari Pandu jadi buat apa kamu menikahi anak kecil itu?.”“Aku gak ingin menyakiti hati Pandu.”Siska tersenyum “dari awal kita sudah menyakiti hatinya bahkan Arsen hadir ditengah – tengah kita jadi tidak susah aku bercerai.”
Ponsel Amel berbunyi tengah malam setelah olahraga ranjang yang dilakukan bersama Arta, anak mereka yang sudah duduk dibangku sekolah sedikit membuat Amel tenang. Kembar sendiri sudah kembali dari pendidikan di luar negeri terkadang mereka tidur di rumah Amel jarang untuk ke tempat Barry karena kembali lagi Siska masih tidak menyukai kehadiran kembar dan Rannu. Amel menatap ponselnya di mana nomer tidak dikenal menghubunginya yang langsung diambil alih oleh Arta, ekspresi terkejut Arta membuat Amel semakin berpikir yang tidak – tidak.“Arsen masuk rumah sakit ikut balapan liar” Amel membelalakkan matanya mendengar perkataan Arta “itu tadi Siska di mana katanya Barry sedang mengecek kecocokan darah mereka.”“Kita ke sana” Amel langsung bangkit namun ditahan Arta yang hanya menggelengkan kepala “mereka membutuhkan pertolongan kita.”“Aku tidak mengijinkan kamu untuk ke sana meski tadi Siska memohon” Amel menatap bingung “Siska minta tolong Rannu mendonorkan darah unt
Suara desahan memenuhi kamar mereka berdua seakan tidak pernah kurang dengan sekali melakukan, Amel selalu menikmati semua yang dilakukan suaminya meski saat ini sedang hamil besar dan satu bulan lagi melahirkan. Amel memberikan tatapan menggoda pada Arta agar semakin cepat dan keras menggerakkan miliknya dalam dirinya, Arta yang melihat ekspresi Amel membuatnya semakin bergairah hingga mereka mencapai puncak kenikmatan bersama.“Kamu selalu luar biasa, sayang.”Amel melepaskan milik Arta perlahan dan dapat dirasakan cairan mereka keluar perlahan di bagian bawahnya, Amel mengambil tempat di samping Arta yang langsung memeluknya erat dengan memberikan beberapa ciuman lembut di bibir Amel. Amel hanya bisa pasrah atas apa yang Arta lakukan karena dirinya menikmati semua perbuatan Arta, teriakan dari luar kamar membuat mereka berhenti melakukannya dan saling menatap seketika Amel tertawa melihat bagaimana wajah Arta.“Ayah ngapain bunda lagi?” Amel menatap sumber suara
Cukup lama Amel tidak bertemu kembar setelah Siska melihat dirinya bersama kembar dan juga Tina serta Raffi, dan saat ini kehamilan Amel sudah akan mendekati kelahiran. Barry sesekali menghubungi Amel itu pun jika tidak ada Siska hanya untuk memastikan dirinya dan sang bayi baik – baik saja. Amel menginginkan melahirkan dengan normal tapi sayangnya tidak bisa karena posisi bayi, Arta yang menemani Amel beberapa kali membujuk Amel agar melakukan hubungan intim untuk melancarkan proses kelahirannya.“Gak usah macam – macam deh kalau aku melakukan hal itu apa bedanya dengan dia” Arta terdiam “kalau memang harus dengan operasi ya sudah gak papa, bukan berarti kalau operasi rasa menjadi ibu gak ada karena itu gak penting dan biarkan kita indah nanti saat menikah itu pun kalau mas memang benar mencintai aku.”Semenjak itu Arta tidak pernah membujuk Amel untuk melakukannya sampai tiba saatnya Amel melahirkan nantinya, Amel sangat tahu jika Arta berniat membantunya hanya saja Am
Penyembuhan Yuki berjalan cepat dan Amel hanya bisa menasehati kembar untuk tidak melakukan hal tersebut lagi, kembar mengalami bully di sekolah tentang kondisi orang tuanya dan itu membuat Amel serta Barry bingung bagaimana anak sekecil itu bisa mendapatkan informasi orang dewasa dan juga menghina temannya. Amel datang ke sekolah kembar untuk bertanya lebih jauh pada guru mereka yang ternyata juga tidak mengetahui tentang semua ini, dengan berat hati Amel meminta kembar dipindahkan dari sekolah tersebut yang langsung mendapatkan sindiran dari Siska, tapi sayangnya sindiran Siska tidak membuat Barry mengikuti perkataannya dan memindahkan kembar ke sekolah lain yang tidak jauh dari kantor Barry sehingga bisa menjemput kembar.Amel mengajukan perceraian lebih cepat dari perjanjian yang membuat kedua keluarga terkejut dengan keputusannya tersebut, disamping itu keluarga tidak menyangka Amel meminta Barry dan Siska menikah secara resmi meskipun mereka belum bercerai. Keinginan Ame
Perkataan Barry membuat Amel langsung tersadar dari semuanya dan ini adalah akhir dari perjalanan rumah tangganya, Amel menatap Barry dengan membelai wajahnya perlahan mencoba mengingat nantinya jika dirinya pernah bersama pria ini dan mengandung buah cinta mereka meski hanya sesaat menikmati masa – masa indah tersebut.“Kalau itu sudah keputusannya maka memang lebih baik aku keluar dari rumah ini.”Barry menggelengkan kepala “kamu lebih dibutuhkan bukan aku.”“Aku hanya menumpang di sini jadi bukan milikku” tolak Amel “aku akan bersiap untuk semuanya terutama makanan kembar.”Barry menghentikan langkah Amel “aku memang lelaki bodoh yang menyia – nyiakan wanita sepertimu.”Amel tersenyum memeluk Barry dengan tangannya menepuk punggungnya pelan “lantas apa rencana kamu?.”Barry menatap Amel yang melepaskan pelukannya “menikah dengan Siska secara resmi setelah perceraian kita karena memang itu adalah jalannya” Amel menatap bingung “Siska hamil mungk
Kehamilan Amel sudah berjalan 4 bulan di mana selama waktu ini dan setelah pernyataan Arta hubungan mereka menjadi lebih dekat dengan selalu berada disampingnya dalam kondisi apa pun. Amel sendiri memutuskan untuk kembali ke rumah Barry dan almarhumah istrinya atas permintaan kembar semenjak seminggu yang lalu dan itu menjadi perdebatan semua orang termasuk mertua Barry yang tidak setuju, Amel meyakinkan diri untuk kembar dan selama berada di rumah ini Amel menempati kamar tamu yang dulu digunakan jika ada tamu.Amel dapat melihat Barry yang melihat dirinya ketika memutuskan kembali ke rumah dengan pandangan lega, Amel sudah diberitahu jika Siska telah dipecat dan akses Barry di perusahaan sudah mulai dikurangi dan saat ini yang menemani Barry adalah karyawan pria. Amel sendiri tidak terlalu peduli dengan keberadaan Siska setelah mengetahui jika sudah dipecat, berada di rumah ini kembali bersama kembar membuat Amel mulai menyiapkan bekal untuk mereka tapi tidak dengan Barry.
Amel terkejut atas apa yang dilakukan Siska di hadapannya baru saja, Arta menarik Amel dibelakangnya. Amel sendiri masih terkejut atas apa yang terjadi pada dirinya barusan, Amel menatap Siska dan Barry dari balik punggung Arta di mana dapat Amel lihat jika Barry memegang lengan Siska dan seketika hati Amel sakit melihatnya.“Bukankah permasalahan sudah selesai?” Arta bertanya dengan suara tenangnya “lebih baik kita bicarakan di dalam.”Amel dapat merasakan Arta memegang tangannya seolah melindungi dirinya, dapat Amel lihat jika Barry sedang mengendalikan diri atas apa yang Arta lakukan dan Amel semakin erat menggenggam tangan Arta. Kedatangan mereka membuat kedua Amel terkejut karena adanya Barry dan Siska, Amel memberikan kode untuk orang tuanya pergi tapi sayangnya tidak mereka lakukan dengan duduk di ruangan yang sama dengan mereka. Barry yang melihat mereka langsung mendatanginya dan mencium tangan mereka yang hanya ditanggapi biasa oleh kedua orang tua Amel.
Amel menatap Pandu yang saat ini bergabung bersama dirinya dan Arta, terakhir mereka bertemu saat Pandu memberitahu Amel tentang perselingkuhan pasangan mereka. Satu hal yang membuat Amel terkejut adalah Pandu bersama sahabatnya Vina dan saat ini Amel ingin bertanya lebih mengenai hubungan keduanya tapi tentu saja harus bisa menahan diri karena ada Arta disampingnya. Pandu sendiri sepertinya tidak menyadari jika Amel dan Vina sudah mengenal satu sama lain, ekspresi wajah Vina membuat Amel bertanya – tanya mengenai hubungan mereka berdua.“Bagaimana dengan perceraiannya?” Amel menatap Pandu seakan apa yang mereka bahas adalah hal biasa “Mas Pandu adalah suami dari istrinya yang selingkuh dengan Barry” Amel menatap Arta.Amel dapat melihat wajah terkejut Arta dan Vina seketika mereka berdua memandang Amel dengan tatapan bertanya tapi tidak dipedulikan dengan kembali menyantap makanan yang ada di hadapannya. Gerakan Amel terhenti karena mereka berdua masih memandang Amel da