Suara desahan memenuhi kamar mereka berdua seakan tidak pernah kurang dengan sekali melakukan, Amel selalu menikmati semua yang dilakukan suaminya meski saat ini sedang hamil besar dan satu bulan lagi melahirkan. Amel memberikan tatapan menggoda pada Arta agar semakin cepat dan keras menggerakkan miliknya dalam dirinya, Arta yang melihat ekspresi Amel membuatnya semakin bergairah hingga mereka mencapai puncak kenikmatan bersama.
“Kamu selalu luar biasa, sayang.”
Amel melepaskan milik Arta perlahan dan dapat dirasakan cairan mereka keluar perlahan di bagian bawahnya, Amel mengambil tempat di samping Arta yang langsung memeluknya erat dengan memberikan beberapa ciuman lembut di bibir Amel. Amel hanya bisa pasrah atas apa yang Arta lakukan karena dirinya menikmati semua perbuatan Arta, teriakan dari luar kamar membuat mereka berhenti melakukannya dan saling menatap seketika Amel tertawa melihat bagaimana wajah Arta.
“Ayah ngapain bunda lagi?” Amel menatap sumber suara
Ponsel Amel berbunyi tengah malam setelah olahraga ranjang yang dilakukan bersama Arta, anak mereka yang sudah duduk dibangku sekolah sedikit membuat Amel tenang. Kembar sendiri sudah kembali dari pendidikan di luar negeri terkadang mereka tidur di rumah Amel jarang untuk ke tempat Barry karena kembali lagi Siska masih tidak menyukai kehadiran kembar dan Rannu. Amel menatap ponselnya di mana nomer tidak dikenal menghubunginya yang langsung diambil alih oleh Arta, ekspresi terkejut Arta membuat Amel semakin berpikir yang tidak – tidak.“Arsen masuk rumah sakit ikut balapan liar” Amel membelalakkan matanya mendengar perkataan Arta “itu tadi Siska di mana katanya Barry sedang mengecek kecocokan darah mereka.”“Kita ke sana” Amel langsung bangkit namun ditahan Arta yang hanya menggelengkan kepala “mereka membutuhkan pertolongan kita.”“Aku tidak mengijinkan kamu untuk ke sana meski tadi Siska memohon” Amel menatap bingung “Siska minta tolong Rannu mendonorkan darah unt
Aku tahu dia dari kembar yang selalu bercerita mengenai bimbingan Tina yang baik dan perhatian, beberapa mengamatinya dari kejauhan yang tidak pernah disadarinya. Sebenarnya aku memiliki hubungan dengan seketaris yang sudah seperti keluarga bahkan kami memiliki anak di mana posisinya adalah istri orang yang tidak lain aku mengenal baik suaminya. Siska namanya berkali – kali sudah ingin bercerai dengan sang suami tapi tidak pernah terjadi karena aku tidak ingin dia melakukannya, alasan tepat adalah aku tidak ingin menyakiti hati suaminya dan menikahi anak bimbingan Tina, alasan kenapa anak bimbingan Tina karena dari awal kembar tidak pernah menyukai Siska.“Menikah” aku mengangguk pelan “anak kecil itu?” mengangguk sekali lagi “aku bisa bercerai dari Pandu jadi buat apa kamu menikahi anak kecil itu?.”“Aku gak ingin menyakiti hati Pandu.”Siska tersenyum “dari awal kita sudah menyakiti hatinya bahkan Arsen hadir ditengah – tengah kita jadi tidak susah aku bercerai.”
Amel gadis berusia 24 tahun, saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya dengan bimbingan dari dosen pembimbing yang memiliki gosip tidak mengenakkan sebagai seorang janda dengan anak kembar dan alasan perceraian karena salah satu dosen yang ada di kampus ini, dosen tersebut memiliki wajah lebih dari mantan suami. Amel sendiri tidak peduli dengan gosip yang beredar karena bagi Amel yang terpenting adalah sang dosen mau membantu Amel sampai sejauh ini baik itu skripsi maupun tugas yang lain. Amel sendiri dekat dengan kembar dan juga adik dari sang dosen, kedekatan mereka terjalin karena Amel sering datang ke tempat sang dosen untuk konsultasi atau hanya menghabiskan waktu dengan sang kembar.Amel mempunyai dua sahabat yang sangat dekat sejak pertama kali masuk kuliah yaitu Willy dan Vina, awal mula kedekatan mereka ketika masa orientasi siswa dan sikap Amel yang apa adanya dan cuek membuat mereka dekat. Willy lebih dekat dengan Amel dibandingkan Vina karena bersama Amel
Kedekatan Amel dengan Willy selalu menjadi bahan gosip di rumah sakit ini, bukan hanya Amel yang dijadikan bahan karena mereka lebih sering membahas mengenai dosen pembimbing Amel yaitu Tina. Ada saja yang dibahas mulai dari mantan suami sampai pasangan Tina saat ini, Amel hanya menggelengkan kepala mendengar pembicaraan mereka yang berputar pada hal itu saja.“Bu Tina gimana sih kalau ngajar dan bimbing?,” tanya Fatma menatap Amel.“Sama seperti dosen lain, mbak.”“Kamu sudah bertemu dengan mantannya? Bagaimana perbedaan dengan yang sekarang?,” Amel menatap bingung.“Sama – sama pria jadi ya sama,” jawaban Amel membuat Fatma cemberut.“Lalu kamu sama Willy? Amel dia tuh cakep banget kamu beruntung banget sama dia,” sahut Chika salah satu petugas di rumah sakit.“Dia yang sial dapat aku, mbak.”Seketika seluruh orang yang ada di sana tertawa mendengar jawaban Amel,
Vina pulang terlebih dahulu daripada Amel karena Amel harus menunggu Satria menjemput dirinya yang katanya tidak jauh dari tempat ini. Seorang pelayan mendatangi Amel meletakkan makanan ringan dan minum membuat Amel menatap bingung dan pelayan hanya mengatakan ada tambahan pesanan dari pria yang tadi membayar pesanan Amel. Amel hanya bisa mengucapkan terima kasih dan menatap makanan yang ada di meja, melihat makanan ini membuat perut Amel lapar kembali padahal tadi sudah makan banyak dengan Vina.“Masih makan aja,” Amel menatap Satria yang sudah berdiri di depannya dan langsung mengambil tempat duduk di depan Amel.“Makan aja,” tawar Amel sambil menyerahkan minuman pada Satria.Satria hanya menggelengkan kepala dan setelah habis mereka langsung pulang karena memang hari sudah terlalu sore untuk mereka berada di cafe ini, tanpa Amel sadari sebenarnya Barry masih ada di dalam mengamati dirinya.Sampai di rumah A
Amel terkejut dengan keberadaan Barry bahkan tangannya sekarang berada di pinggang Amel dengan memeluknya erat, Amel hampir saja terjatuh karena terlalu asyik bermain ponsel dan menatap sekitar. Tidak ada niatan dari Barry melepaskan tangannya pada perut Amel, tidak ada yang menyadari jika kedua jantung mereka berdetak kencang.“Pak Barry kita sudah ditunggu klien,” suara wanita membuat Barry melepaskan tangannya pada pinggang Amel.Amel menatap punggung Barry yang sudah menjauh dan menyentuh dadanya yang berdebar kencang karena tangan Barry di perutnya. Amel langsung teringat tujuannya untuk membeli makan dengan segera melangkah ke food court dan membiarkan Willy seorang diri. Suasana yang rame membuat Amel kebingungan untuk duduk di mana, tempat pojok yang nyaman membuat Amel memilih berada di sana dan setelahnya memberi kabar pada Willy tentang keberadaannya.Sesuai prediksi Amel di mana Willy akan melupakan sekitar jika sudah be
Barry langsung menuju apartemen tempat biasa dirinya menghabiskan waktu jika tidak ada pekerjaan atau melarikan diri dari kembar. Barry beruntung karena keluarganya dan mendiang istrinya sangat membantu merawat kembar bahkan Tina dengan sukarela memberikan ASI pada kembar dengan mengikuti terapi agar payudaranya mengeluarkan susu atas permintaan istrinya.“Sudah selesai urusannya?,” Barry menatap Siska sang sekretaris yang duduk di sofa “siapa gadis itu?.”“Anak bimbingan Tina.”“Kamu menyukainya atau basa – basi?,” Siska menatap Barry tajam tapi sayangnya Barry tidak menjawab pertanyaan Siska “kita sudah bersama lama bahkan aku rela berselingkuh dan kita sampai memiliki anak lagi pula dulu seharusnya kamu membiarkan aku yang menyusui kembar bukan Tina.”“Itu permintaan terakhir istriku dan tidak mungkin aku ingkari.”Barry menarik Siska agar duduk di pangkuannya, dapat
Barry terkejut dengan pertanyaan Amel yang tidak di duga sama sekali, Amel masih tidak menyadari kata yang baru saja keluar dari bibirnya. Sebelum Amel berubah pikiran dengan cepat Barry mengajak Amel turun dan masuk ke dalam rumah, rumah ini masih ada yang membersihkan atas permintaan Barry takut sewaktu – waktu ada tamu atau dirinya ingin mengenang sang istri. Barry menatap Amel yang tampak menilai isi rumah ini lalu mengangguk perlahan, pandangan Amel teralihkan pada foto pernikahan yang dipajang di ruang keluarga.“Bukan Bu Tina?,” Amel menatap Barry bingung.Barry tersenyum “Tina adalah adik iparku jadi jelas bukan foto dia yang aku pajang bisa marah Raffi,” Barry melingkarkan lengannya dengan memeluk Amel “nanti kita ganti dengan foto kita,” bisik Barry sambil menahan nafsu untuk menyentuh Amel.“Ada yang ingin aku bicarakan,” ucap Amel tanpa melepaskan tangan Barry “orang tua aku ingin bertemu.”
Aku tahu dia dari kembar yang selalu bercerita mengenai bimbingan Tina yang baik dan perhatian, beberapa mengamatinya dari kejauhan yang tidak pernah disadarinya. Sebenarnya aku memiliki hubungan dengan seketaris yang sudah seperti keluarga bahkan kami memiliki anak di mana posisinya adalah istri orang yang tidak lain aku mengenal baik suaminya. Siska namanya berkali – kali sudah ingin bercerai dengan sang suami tapi tidak pernah terjadi karena aku tidak ingin dia melakukannya, alasan tepat adalah aku tidak ingin menyakiti hati suaminya dan menikahi anak bimbingan Tina, alasan kenapa anak bimbingan Tina karena dari awal kembar tidak pernah menyukai Siska.“Menikah” aku mengangguk pelan “anak kecil itu?” mengangguk sekali lagi “aku bisa bercerai dari Pandu jadi buat apa kamu menikahi anak kecil itu?.”“Aku gak ingin menyakiti hati Pandu.”Siska tersenyum “dari awal kita sudah menyakiti hatinya bahkan Arsen hadir ditengah – tengah kita jadi tidak susah aku bercerai.”
Ponsel Amel berbunyi tengah malam setelah olahraga ranjang yang dilakukan bersama Arta, anak mereka yang sudah duduk dibangku sekolah sedikit membuat Amel tenang. Kembar sendiri sudah kembali dari pendidikan di luar negeri terkadang mereka tidur di rumah Amel jarang untuk ke tempat Barry karena kembali lagi Siska masih tidak menyukai kehadiran kembar dan Rannu. Amel menatap ponselnya di mana nomer tidak dikenal menghubunginya yang langsung diambil alih oleh Arta, ekspresi terkejut Arta membuat Amel semakin berpikir yang tidak – tidak.“Arsen masuk rumah sakit ikut balapan liar” Amel membelalakkan matanya mendengar perkataan Arta “itu tadi Siska di mana katanya Barry sedang mengecek kecocokan darah mereka.”“Kita ke sana” Amel langsung bangkit namun ditahan Arta yang hanya menggelengkan kepala “mereka membutuhkan pertolongan kita.”“Aku tidak mengijinkan kamu untuk ke sana meski tadi Siska memohon” Amel menatap bingung “Siska minta tolong Rannu mendonorkan darah unt
Suara desahan memenuhi kamar mereka berdua seakan tidak pernah kurang dengan sekali melakukan, Amel selalu menikmati semua yang dilakukan suaminya meski saat ini sedang hamil besar dan satu bulan lagi melahirkan. Amel memberikan tatapan menggoda pada Arta agar semakin cepat dan keras menggerakkan miliknya dalam dirinya, Arta yang melihat ekspresi Amel membuatnya semakin bergairah hingga mereka mencapai puncak kenikmatan bersama.“Kamu selalu luar biasa, sayang.”Amel melepaskan milik Arta perlahan dan dapat dirasakan cairan mereka keluar perlahan di bagian bawahnya, Amel mengambil tempat di samping Arta yang langsung memeluknya erat dengan memberikan beberapa ciuman lembut di bibir Amel. Amel hanya bisa pasrah atas apa yang Arta lakukan karena dirinya menikmati semua perbuatan Arta, teriakan dari luar kamar membuat mereka berhenti melakukannya dan saling menatap seketika Amel tertawa melihat bagaimana wajah Arta.“Ayah ngapain bunda lagi?” Amel menatap sumber suara
Cukup lama Amel tidak bertemu kembar setelah Siska melihat dirinya bersama kembar dan juga Tina serta Raffi, dan saat ini kehamilan Amel sudah akan mendekati kelahiran. Barry sesekali menghubungi Amel itu pun jika tidak ada Siska hanya untuk memastikan dirinya dan sang bayi baik – baik saja. Amel menginginkan melahirkan dengan normal tapi sayangnya tidak bisa karena posisi bayi, Arta yang menemani Amel beberapa kali membujuk Amel agar melakukan hubungan intim untuk melancarkan proses kelahirannya.“Gak usah macam – macam deh kalau aku melakukan hal itu apa bedanya dengan dia” Arta terdiam “kalau memang harus dengan operasi ya sudah gak papa, bukan berarti kalau operasi rasa menjadi ibu gak ada karena itu gak penting dan biarkan kita indah nanti saat menikah itu pun kalau mas memang benar mencintai aku.”Semenjak itu Arta tidak pernah membujuk Amel untuk melakukannya sampai tiba saatnya Amel melahirkan nantinya, Amel sangat tahu jika Arta berniat membantunya hanya saja Am
Penyembuhan Yuki berjalan cepat dan Amel hanya bisa menasehati kembar untuk tidak melakukan hal tersebut lagi, kembar mengalami bully di sekolah tentang kondisi orang tuanya dan itu membuat Amel serta Barry bingung bagaimana anak sekecil itu bisa mendapatkan informasi orang dewasa dan juga menghina temannya. Amel datang ke sekolah kembar untuk bertanya lebih jauh pada guru mereka yang ternyata juga tidak mengetahui tentang semua ini, dengan berat hati Amel meminta kembar dipindahkan dari sekolah tersebut yang langsung mendapatkan sindiran dari Siska, tapi sayangnya sindiran Siska tidak membuat Barry mengikuti perkataannya dan memindahkan kembar ke sekolah lain yang tidak jauh dari kantor Barry sehingga bisa menjemput kembar.Amel mengajukan perceraian lebih cepat dari perjanjian yang membuat kedua keluarga terkejut dengan keputusannya tersebut, disamping itu keluarga tidak menyangka Amel meminta Barry dan Siska menikah secara resmi meskipun mereka belum bercerai. Keinginan Ame
Perkataan Barry membuat Amel langsung tersadar dari semuanya dan ini adalah akhir dari perjalanan rumah tangganya, Amel menatap Barry dengan membelai wajahnya perlahan mencoba mengingat nantinya jika dirinya pernah bersama pria ini dan mengandung buah cinta mereka meski hanya sesaat menikmati masa – masa indah tersebut.“Kalau itu sudah keputusannya maka memang lebih baik aku keluar dari rumah ini.”Barry menggelengkan kepala “kamu lebih dibutuhkan bukan aku.”“Aku hanya menumpang di sini jadi bukan milikku” tolak Amel “aku akan bersiap untuk semuanya terutama makanan kembar.”Barry menghentikan langkah Amel “aku memang lelaki bodoh yang menyia – nyiakan wanita sepertimu.”Amel tersenyum memeluk Barry dengan tangannya menepuk punggungnya pelan “lantas apa rencana kamu?.”Barry menatap Amel yang melepaskan pelukannya “menikah dengan Siska secara resmi setelah perceraian kita karena memang itu adalah jalannya” Amel menatap bingung “Siska hamil mungk
Kehamilan Amel sudah berjalan 4 bulan di mana selama waktu ini dan setelah pernyataan Arta hubungan mereka menjadi lebih dekat dengan selalu berada disampingnya dalam kondisi apa pun. Amel sendiri memutuskan untuk kembali ke rumah Barry dan almarhumah istrinya atas permintaan kembar semenjak seminggu yang lalu dan itu menjadi perdebatan semua orang termasuk mertua Barry yang tidak setuju, Amel meyakinkan diri untuk kembar dan selama berada di rumah ini Amel menempati kamar tamu yang dulu digunakan jika ada tamu.Amel dapat melihat Barry yang melihat dirinya ketika memutuskan kembali ke rumah dengan pandangan lega, Amel sudah diberitahu jika Siska telah dipecat dan akses Barry di perusahaan sudah mulai dikurangi dan saat ini yang menemani Barry adalah karyawan pria. Amel sendiri tidak terlalu peduli dengan keberadaan Siska setelah mengetahui jika sudah dipecat, berada di rumah ini kembali bersama kembar membuat Amel mulai menyiapkan bekal untuk mereka tapi tidak dengan Barry.
Amel terkejut atas apa yang dilakukan Siska di hadapannya baru saja, Arta menarik Amel dibelakangnya. Amel sendiri masih terkejut atas apa yang terjadi pada dirinya barusan, Amel menatap Siska dan Barry dari balik punggung Arta di mana dapat Amel lihat jika Barry memegang lengan Siska dan seketika hati Amel sakit melihatnya.“Bukankah permasalahan sudah selesai?” Arta bertanya dengan suara tenangnya “lebih baik kita bicarakan di dalam.”Amel dapat merasakan Arta memegang tangannya seolah melindungi dirinya, dapat Amel lihat jika Barry sedang mengendalikan diri atas apa yang Arta lakukan dan Amel semakin erat menggenggam tangan Arta. Kedatangan mereka membuat kedua Amel terkejut karena adanya Barry dan Siska, Amel memberikan kode untuk orang tuanya pergi tapi sayangnya tidak mereka lakukan dengan duduk di ruangan yang sama dengan mereka. Barry yang melihat mereka langsung mendatanginya dan mencium tangan mereka yang hanya ditanggapi biasa oleh kedua orang tua Amel.
Amel menatap Pandu yang saat ini bergabung bersama dirinya dan Arta, terakhir mereka bertemu saat Pandu memberitahu Amel tentang perselingkuhan pasangan mereka. Satu hal yang membuat Amel terkejut adalah Pandu bersama sahabatnya Vina dan saat ini Amel ingin bertanya lebih mengenai hubungan keduanya tapi tentu saja harus bisa menahan diri karena ada Arta disampingnya. Pandu sendiri sepertinya tidak menyadari jika Amel dan Vina sudah mengenal satu sama lain, ekspresi wajah Vina membuat Amel bertanya – tanya mengenai hubungan mereka berdua.“Bagaimana dengan perceraiannya?” Amel menatap Pandu seakan apa yang mereka bahas adalah hal biasa “Mas Pandu adalah suami dari istrinya yang selingkuh dengan Barry” Amel menatap Arta.Amel dapat melihat wajah terkejut Arta dan Vina seketika mereka berdua memandang Amel dengan tatapan bertanya tapi tidak dipedulikan dengan kembali menyantap makanan yang ada di hadapannya. Gerakan Amel terhenti karena mereka berdua masih memandang Amel da