Melihat benang-benang itu terus menarik Emi dari berbagai arah membuat mereka panik. Alaric dan Ken meloncat lalu memotong-motong benang itu dengan pisau bedah dan tinta pulpen yang berubah menjadi tombak."AAAAARG!" Emi mulai kesakitan."Emi bertahanlah!" Elica mencari cara memutuskan benang-benang itu.Karena serangan Ken dan Alaric sama sekali tidak membuat benang itu tergores sedikitpun. Mereka terus berusaha memotong benang yang sangat kuat bagaikan baja.Saat sedang berusaha, benang-benang itu terus menarik hingga membuat lengannya mulai mengeluarkan suara aneh.Pakaiannya mulai sobek perlahan, rasa perih yang amat sakit tidak bisa Emi tahan selamanya, dan benang-benang itu juga menarik lehernya ke depan yang membuat rasa sakit yang sangat luar biasa."Emi? Hah …Hah …." Sera tak mampu bergerak.Melihat Emi yang kesakitan serta badannya yang mulai terlihat akan terbelah mengingatkan Sera dengan salah satu sahabatnya yang meninggal akibat benang yang membelah badannya.Rasa sesak,
Saat tiba, Ken langsung memanggil rekannya—Mely yang sedang ngopi sambil baca koran harian. Untungnya, Mely bertugas menjaga rumah sakit jadi dia mudah ditemui.Mely memuntahkan kopi yang baru saja ia teguk lalu menyiapkan kamar operasi. Ken membaringkan Emi di ranjang rumah sakit lalu mendorongnya bersama Elica menuju ruangan yang ditunjuk Mely.Di saat bersamaan, Alaric dan Sera sampai di rumah sakit. Mereka langsung mengejar Ken dan Elica, meski Sera sempat kesulitan berlari karena matanya masih tertutup."Kalian tunggu sini! Emi pasti akan aku selamatkan bagaimana pun caranya!" Ken masuk ke ruangan operasi bersama dengan Mely."Well, kita harus menunggu." Alaric menuntun Sera untuk duduk di kursi tunggu bersama dengan Elica."Emi …Aku mohon …Bertahanlah!" doa Elica seraya melipat kedua tangannya.Sera yang tidak tahu keadaan luar, ia ingin melepas penutup matanya tapi Alaric melarangnya karena yakin bahwa penglihatannya masih belum kembali.Elica menoleh ke arah Sera yang duduk di
Alaric yang merasa sedikit kesepian ingin mengajak Sera berjalan-jalan. Namun, malam sudah semakin larut di tambah besok masih masuk sekolah."Sera, apa hari sabtu kamu ada waktu? Kalau tidak ada boleh ikut denganku? Sebagai balas Budi yang belum kamu balas," senyum Alaric."Ihh, hari sabtu? Aah, Sabtu ini aku ada kegiatan," balasnya seraya sedikit memiringkan kepalanya.Alaric tak mampu berkata-kata lagi. Saat berjalan, Sera tak sengaja tersandung lalu di tangkap Alaric yang sangat sigap.Kedua tangan Sera memegang kedua pundak Alaric sedangkan Alaric memegang pinggang Sera agar dirinya tak jatuh ke tanah yang berdebu.Mereka berdua terlihat sangat jelas di mata Ken yang berada di belakang mereka. Ternyata, setelah membawa Emi ke ruang perawatan dirinya langsung mengejar Sera."Kalian tidak pacaran, kan?" tanya Ken sinis."Oh, Ken. Memangnya kalau pacaran kenapa? Kamu kan udah punya Serei kalau aku punya Sera tidak ada masalah, kan?" ejek Alaric."A—Bohong! Aku sama sekali tidak mau
Beberapa tahun yang lalu …"Tangkap, Tuan muda!" ucap seseorang dengan zirah lengkap.Seorang anak laki-laki—Ken—melarikan diri istana yang sangat teramat megah serta peradaban terlihat sangat maju berbeda dengan planet bumi yang manusia tinggali.Ken yang masih muda sekitar berumur 6 tahun menyadari bahaya yang sedang direncanakan oleh seseorang. Dia sadar bahwa keluar dari istana sangat sulit karena itu dia bertarung menggunakan tangan kosong.Meski sempat kalah, dia tidak menyerah dan terus melarikan diri hingga menemukan sebuah portal rahasia di ruang bawah tanah istana."Tuan muda ada di sana!" "Bertaruh atau tidak? Aku pilih bertaruh!" Ken memasuki portal itu seketika portal itu menghilang bersama Ken tanpa meninggalkan jejak.Para penjaga yang berbaju zirah berkumpul ke tempat itu seraya membongkar satu tempat ke tempat lain. Mereka sama sekali tidak bisa menemukan Ken."Mungkin dia pergi menggunakan portal yang aku buat." Muncul seseorang di belakang mereka."Hormat!" Semua p
Melihat Ken yang antusias, Serei mengajaknya ke dalam hutan agar aman dari manusia-manusia lainnya yang menganggap Ken bukan manusia.Tentu saja, bahaya terus mengintai Ken di dalam hutan—roh jahat yang tidak menerima keberadaan Ken serta hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang berbahaya.Serei mengetahui hal tersebut tapi tetap membawa Ken kesana, tentu saja Serei akan melindunginya sepenuh hati hingga Ken siap pergi ke dunia luar."Pelajaran yang akan aku ajarkan dulu adalah bahasa, huruf, dan angka. Kita mulai bahasa dulu." Serei mengambil daun lebar yang dijadikan buku dan ranting untuk dijadikan pensil."Bagaimana kamu bisa memahami bahasaku, Serei? Dan juga aku bisa memahami bahasamu. Apa kamu juga berasal dari tempat tinggalku?" "Oh, itu …Kamu akan tahu suatu hari nanti," Sera mengelak.Mereka pun melanjutkan pelajaran dengan suasana riang. Hingga tanpa sadar malam telah tiba, mereka berdua menghentikan pelajaran dan mencari tempat untuk tidur.Biasanya Serei tidur di atas pohon t
"Apa yang terjadi padanya? Apa dia …." Sera menahan ucapannya."Tidak mungkin. Dia sangat hebat dan kuat bahkan sekarang pun aku sama sekali tidak bisa menyainginya." Ken mengangkat kepalanya.Suasana dingin dan pemandangan nan asri terpampang di depan mereka. Sera menyadari sesuatu yaitu, hari sudah semakin larut bahkan jalanan menjadi gelap gulita.Dan juga Sera menyadari sesuatu yang lain yaitu bunga di taman bermekaran tanpa sinar matahari dan kupu-kupu yang berterbangan kesana kemari.Mungkin karena memiliki ciri khas khusus makanya hal seperti ini sudah biasa—itu yang dipikirkan Sera. Sambil berdiri, Sera meminta Ken untuk memberikannya senter jika punya."Ada." Ken berdiri lalu menggandeng Sera menuju ke rumahnya."Mana? Kok, kamu ikut?" tanyanya."Ada. Senternya aku biar kalau mataku menatapmu tidak silau. Bukankah ini senter paling keren?" gombalnya.Sera hanya bisa tersenyum malu. Di tengah jalan, Sera sempat gemetar akibat rasa takut yang menghantuinya sebab akhir-akhir ini
"Sera! Ayo bangun. Bukankah kita akan berkemah besok? Jika kamu terus-menerus tidur besok kamu kesulitan tidur." Suara nan lembut terdengar.Dengan membuka matanya perlahan, Sera yang masih muda—sekitar 13 tahun—terbangun dari mimpinya yang menurutnya cukup mengerikan.Perempuan yang memanggilnya adalah Jasmine—yang lebih tua 4 bulan dari Sera—dia berambut panjang serta selalu bersikap seperti seorang ibu."Dasar! Sera, memangnya kamu itu kukang? Setiap hari hanya bisa tidur?" kesal seorang perempuan yang tatapannya tajam serta rambutnya pendek tapi berantakan."Hei! Jangan terlalu kasar Repi! Sera itu masih kecil," bela Jasmine."Kecil? Sebaiknya kau cuci matamu dulu!" ejek Repi.Tidak lama setelah mereka berdebat muncul perempuan lainnya. Salah satunya Embi berambut pendek tapi lurus, Nami dengan kuncir kudanya, dan Almin yang bersanggul plus berkacamata.Almin seperti pemimpin, dia sangat tegas tapi tetap kalem. Almin meminta mereka untuk bergegas menyiapkan semua barang dan melihat
Semua menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan lalu memasukkannya ke dalam mobil sewa. Pada awalnya Sera sempat ragu tetapi dirinya mempercayai perkataan Repi bahwa semuanya akan baik-baik saja.Mereka berangkat pagi-pagi dengan suhu udara yang menusuk kulit hingga membuat mereka bersin-bersin karena sangat dingin. Meski begitu, mereka tetap melanjutkan perjalanan menuju ke tempat perkemahan.Selama perjalanan, Sera hanya bisa menatap luar jendela mobil dengan wajah gelisah dan bergumam tidak jelas. Repi yang duduk di sebelahnya langsung menenangkan Sera dengan berbagai candaan."Ikan ikan apa yang profesinya ngelawak tapi gak ngelawak?" "Ikan apa?""Ikan badut ...Ketawa sedikit aja meski gak lucu.""Sudah tahu tidak lucu." Sera lanjut menatap luar.Tanpa ia sadari, ia dan teman-temannya sedang di awasi dari jarak yang amat jauh seakan sudah menanti kedatangan mereka. Sesuatu itu juga tampak melirik Sera lalu menghilang ketika Sera menoleh ke arahnya meski jaraknya sangat