Share

Bab 48

Author: Hangga
Galih kemari dengan berkemudi. Dia sudah minum banyak arak dan dua botol bir sebelum akhirnya pamit dan pergi dengan mobilnya. Di desa tidak ada pemeriksaan, jadi Galih pun tidak khawatir.

Setelah Galih pergi, Hansen masih bersemangat. Dia merangkul bahu Rafa dengan gembira. "Rafa, kamu pintar menjilat juga sampai bisa menjalin hubungan dengan Galih. Orang ini benar-benar licik. Dulu aku minta pinjaman darinya, dia sama sekali nggak mau setuju. Hari ini berkat namamu, aku langsung dapat 40 juta!"

Tadi Hansen bilang Galih adalah orang terkaya, tetapi sekarang mengatainya licik.

"Aku nggak menjilatnya!" Rafa menepis tangan Hansen dan bertanya, "Paman, kamu nggak kekurangan uang. Kenapa perlu pinjaman?"

Miko juga ikut bingung, menatap Hansen dengan dahi berkerut. Secara logika, keluarga Hansen adalah keluarga berkecukupan, jadi seharusnya tidak perlu pinjaman.

Hansen terkekeh-kekeh. "Anak muda seperti kalian nggak paham. Uang itu bisa bertambah kalau diputar!"

Rafa langsung menyadari sesu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 49

    Ternyata penyakit wanita, pantas saja wajahnya memerah!"Tentu saja aku bisa mengobatinya. Aku ini dokter umum, semua penyakit bisa kutangani," ujar Rafa sambil mengangguk.Kemudian, dia mengerutkan kening. "Siti, tadi aku sudah periksa denyut nadimu. Sepertinya kamu nggak mengalami masalah kesehatan wanita."Bukan hanya tadi, sebelumnya pun dia sudah memeriksa nadi Siti, tetapi tidak menemukan tanda-tanda penyakit."Oh, bukan aku ... tapi temanku ...." Wajah Siti semakin merah."Bukan kamu? Lalu, kenapa wajahmu jadi merah begitu?" Rafa tertawa kecil. "Penyakit apa yang diderita temanmu? Coba ceritakan. Kalau bisa, bawa saja dia ke sini. Kalau nggak bisa, aku bisa memberi saran.""Lebih baik ... lupakan saja." Siti terlihat panik dan berusaha menghindar. "Lain kali kita bicarakan lagi."Rafa mengernyit, tidak bisa memahami jalan pikiran Siti. Benar kata orang, hati wanita itu sulit ditebak!Saat hendak pergi, Siti tiba-tiba menoleh dan berbisik, "Oh ya, Rafa ... soal penyakit wanita ta

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 50

    Kanaya menghela napas. "Ayahku tadi sedang mengangkut kotoran ternak untuk menyuburkan jagung.""Benar-benar lebih memilih uang daripada nyawa." Rafa menggeleng. "Di cuaca sepanas ini, jalan tanpa beban saja sudah tersiksa, apalagi harus mengangkut kotoran!""Itu semua salahmu, Kak." Kanaya meliriknya dengan tatapan penuh keluhan. "Kamu memberikan lima kepala sapi kepada Kak Alzam, supaya dia menggembalakan sapi-sapimu. Karena itu, dia nggak sempat membantu Ayah di ladang, jadi Ayah harus bekerja lebih keras hingga akhirnya dehidrasi.""Uh ...." Wajah Rafa memanas. Kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga. Untung saja Rahman tidak sampai kehilangan nyawa. Kalau tidak, Rafa akan merasa berutang budi seumur hidup!Namun, Kanaya tiba-tiba tersenyum jahil dan berbisik, "Aku cuma bercanda. Kamu sendiri tahu, Kak Alzam pemalas. Sekalipun dia nggak menggembalakan sapimu, dia tetap nggak akan membantu Ayah di ladang.""Ya juga sih." Rafa merasa lega. Memang benar, Alzam terkenal malas. Di rumah

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 51

    "Iya nih, tempat yang bagus sekali."Yulan ikut menimpali Malik dan bahkan mengutip sebuah bait puisi, "Seperti puisi yang ditulis sastrawan kuno, 'Menanam kacang di bawah Gunung Selatan, bisa menikmati pemandangan Gunung Selatan!'"Rafa hanya bisa tertawa kecil, tetapi dalam hatinya mengumpat, 'Sial, entah harus ditanggapi atau nggak.'Memangnya pemandangan indah bisa ditukar sama uang?Memangnya orang-orang ramah bisa dijual?Orang-orang di sini sudah melarat karena miskin, tempat bagus apanya!Selain itu ... sejak kapan ada sastrawan kuno yang menanam kacang di bawah Gunung Selatan? Mendengar ceramahnya satu sesi, aku rugi belajar sepuluh tahun!Setelah Zafia beristirahat sejenak, Rafa kembali memeriksa nadinya. Wajahnya tampak lebih baik, tapi pengobatan masih perlu dilanjutkan.Dia menyuruh Zafia berbaring, lalu mulai mengoleskan ramuan obat di wajahnya. Setelah itu, dia mengambil jarum perak dan menusuk area tanda lahirnya dengan hati-hati agar obat bisa meresap lebih dalam ke ku

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 52

    Bagaimanapun, sebagai seorang dokter, Malik masih memiliki semangat akademis untuk mendalami ilmu pengobatan. "Kalau bicara soal mekanisme kerja obat ini, konsepnya termasuk metode menyembunyikan luka luar," kata Rafa sambil tersenyum."Secara teknis, ramuan ini nggak benar-benar menghilangkan tanda lahir. Sebaliknya, obat ini membuat tanda lahir turun lebih dalam ke lapisan daging, sehingga tidak lagi terlihat di permukaan kulit. Metode yang sama juga bisa digunakan untuk menghapus tato.""Menyembunyikan luka luar?"Malik tertegun seolah mendengar sesuatu yang luar biasa. Dia menggelengkan kepala dengan kagum. "Benar-benar selalu ada langit di atas langit. Aku sudah menghabiskan hidupku mendalami pengobatan tradisional, tapi di depanmu, ternyata ilmuku masih sangat dangkal ...."Rafa tersenyum rendah hati. "Pak Malik terlalu memuji. Aku cuma kebetulan tahu metode ini dari warisan leluhur."Mendengar hal itu, Yulan langsung menangkap peluang bisnis yang tersembunyi di dalamnya. Dia ter

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 53

    "Berengsek! Masih sempat tanya kenapa? Semua ini gara-gara kamu!" maki Hansen dengan suara keras. Napasnya penuh bau alkohol."Rafa, dasar keparat! Rumahmu kedatangan tamu, tapi kamu nggak panggil aku buat temani mereka. Aku jadi nggak punya teman minum tadi siang dan terpaksa pergi ke kota buat minum ....""Pas pulang naik motor, baru saja sampai di pintu desa, tiba-tiba ada bajingan yang melemparku dengan batu bata. Motorku jatuh, kepalaku terbentur!"Wajah Rafa berkedut. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana merespons.'Apa-apaan ini? Rumahku kedatangan tamu, memangnya aku wajib mengundangmu untuk menemani mereka minum?'Mega yang melihat situasi itu hanya bisa tersenyum pasrah sambil melirik Rafa dan Miko. "Kak Miko, Rafa, ayahku kebanyakan minum. Jangan dimasukkan ke hati, ya ...."Miko tertawa ringan. "Bukan salah ayahmu. Ini murni kesalahan tamu kami yang ternyata derajatnya kurang tinggi. Kami takut kalau sampai mengundang kepala desa, mereka nggak sanggup menanggung kehor

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 54

    Rafa duduk di sofa di sudut ruangan sambil memperhatikan pria besar itu dengan tatapan dingin dan menebak siapa dia sebenarnya.Pria ini tampak berusia sekitar 30-an. Wajahnya tampak berminyak dan sepertinya dia seorang pebisnis. Namun, dari penampilan wajahnya yang gemuk, dia tidak terlihat seperti orang baik-baik.Galih jelas tidak senang dengan kedatangannya. Dia menyalakan sebatang rokok, mengisapnya perlahan, lalu berkata dengan nada datar, "Maaf, aku nggak bisa menyetujui pinjaman untukmu. Kami cuma memberikan pinjaman untuk keperluan pertanian dan jumlahnya terbatas."Pria besar itu menyeringai, tapi senyumnya penuh dengan kepalsuan. "Pak Galih, aku dengar kamu punya dana lebih dari dua miliar. Aku cuma butuh 400 juta. Nominal 400 juta bagi kamu itu kan cuma recehan?"Galih tertawa dingin. "Siapa yang bilang aku punya dana dua miliar? Kalau memang ada, suruh dia yang kasih kamu uang, karena aku nggak punya."Pria itu menggeleng sambil tetap tersenyum. "Pak Galih, kita ini sudah

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 55

    Bruk!"Sialan ...." Bilham terhuyung mundur dua langkah hingga punggungnya menabrak dinding. Dia meringis kesakitan dan tangan kirinya terus dia kibaskan karena nyeri.Sementara itu, Rafa tetap berdiri tenang dan tertawa, "Bos Bilham, pukulanmu ini bahkan masih lebih lemah daripada milik Angga.""Bajingan! Kubunuh kau!"Bilham marah besar. Seketika, niat membunuhnya membeludak. Tangan kanannya meraih pisau pemotong daging dari atas meja dan menikamkan langsung ke arah dada Rafa! Bilham benar-benar kehilangan kendali. Tusukan ini jelas ingin membunuh Rafa.Galih terkejut dan berteriak, "Rafa, cepat lari!"Namun, Rafa tetap bergeming. Saat pisau itu hampir menyentuh tubuhnya, Rafa memiringkan tubuhnya. Pada saat bersamaan, tangan kirinya mencengkeram pergelangan tangan Bilham yang memegang pisau dan memelintirnya ke arah berlawanan!"Argh ...!"Bilham menjerit kesakitan. Pisau pemotong daging itu terlepas dari genggamannya dan jatuh ke lantai.Rafa menendang Bilham hingga terjatuh, lalu

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 56

    Petrus dan yang lainnya terkejut, lalu serentak menoleh ke arah pintu. Di dalam ruangan, selain Petrus, Tono, dan Karno, ada dua pria muda lainnya."Rafa ...." Begitu melihat Rafa, mata Hana langsung berbinar. Namun, detik berikutnya, wajahnya dipenuhi amarah. "Rafa, bunuh mereka semua!" teriaknya.Melihat Rafa, Petrus juga naik pitam dan langsung meraih besi panjang di sampingnya. "Berengsek! Lagi-lagi kamu ikut campur! Kali ini, aku akan membunuhmu, mencincang tubuhmu, dan menuangkannya ke dalam beton!"Tono yang sudah dua kali dihajar oleh Rafa, refleks melangkah mundur. Dalam hatinya masih merasa takut. Dia bergerak mundur dan memberi perintah kepada dua pria muda di sampingnya. "Serang sama-sama, habisi dia!"Bam!Begitu ucapannya dilontarkan, Rafa telah melayangkan tinjunya untuk melempar tongkat besi di tangan Petrus.Setelah itu, Rafa berubah menjadi badai yang mengamuk. Dalam ruangan sempit itu, tubuhnya memelesat seperti kilatan petir ...."Argh!""Sialan ...."Di tengah teri

Latest chapter

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 100

    Wanita itu mengira Rafa tidak puas, jadi berkata dengan nada menyesal, "Aku tahu kamu mungkin kurang puas, tapi aku cuma bisa kasih segitu. Tapi, aku bisa menambahkan 20 juta sebagai tanda terima kasih karena sudah membantuku tadi.""Nggak, nggak ... aku sangat puas." Rafa berbicara jujur. Dia tersenyum dan meneruskan, "Dalam bisnis, memang harus begitu, harus adil. Soal uang terima kasih, aku nggak bisa terima. Aku bantu bukan karena uang.""Jarang sekali ada orang baik sepertimu." Wanita itu tersenyum. "Baiklah, aku antar kamu ke pasar, biar aku langsung kasih uangnya."Mobil pun melaju menuju pasar obat tradisional."Namaku Karina. Kamu bisa panggil aku Kak Karina." Sambil menyetir, wanita itu bertanya, "Siapa namamu? Dari mana asalmu?""Aku Rafa, dari Desa Kenanga.""Oh, oh ...." Karina mengambil sebuah kartu nama dan tersenyum. "Kalau nanti kamu datang ke kota ini lagi, hubungi saja aku kalau butuh bantuan. Mau jual atau beli obat, aku bisa bantu. Aku jamin kamu bisa jual dengan h

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 99

    Perampok yang satunya marah besar! Dia mengayunkan kunci inggrisnya ke arah kepala Rafa!"Matilah!" Rafa dengan sigap mengayunkan ranselnya, memukul kunci inggris itu hingga terlempar. Kemudian, dia menyusul dengan satu tendangan tepat ke perut perampok itu!"Aaaarrgh ... ughhh ...." Perampok kedua langsung jatuh berlutut, wajahnya pucat pasi, keringat bercucuran."Berani-beraninya kalian menindas wanita!" Rafa masih dipenuhi amarah. Dia kembali melayangkan tendangan bertubi-tubi, membuat wajah kedua perampok itu penuh luka lebam.Wanita yang memakai rok pendek itu ketakutan. Dia bergegas bangkit dan berteriak cemas, "Dik, cukup! Kalau terus dipukul, mereka bisa mati!"Rafa baru menghentikan aksinya. Dua perampok itu merangkak ke mobil mereka dengan tubuh penuh darah. Dengan sempoyongan, mereka masuk ke mobil, menyalakan mesin, lalu kabur."Fiuh ...." Wanita itu menghela napas lega. Dia merapikan rambut dan pakaiannya, lalu mengangguk ke arah Rafa. "Terima kasih banyak ya.""Sama-sama.

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 98

    "Ke pemandian ... bisa lihat apa?" Rafa bingung."Lihat apa? Lihat burung! Di pemandian banyak burung, silakan lihat sepuasnya!" sahut pria tua itu dengan ketus."Buset! Begini caramu berdagang?" Rafa murka, menatap tajam pria itu. "Ya sudah! Aku nggak akan pergi ke pemandian hari ini. Aku akan tetap di sini, melihat burung tuamu!"Tiga pegawai wanita di toko itu saling melirik dan menahan tawa. Mereka memberi isyarat agar Rafa segera pergi."Sial, pagi-pagi sudah bertemu iblis. Sial sekali!" Rafa memelototi pria tua itu, menggerutu sambil berjalan pergi.Awalnya, Rafa masih merasa ada kedekatan dengan tanah leluhurnya. Namun, hari ini dia bukan hanya diincar pencuri, tetapi juga bertemu dengan kakek menyebalkan ini. Perasaan hangat itu lenyap seketika.Dia bahkan mulai berpikir, mungkin nenek moyangnya yang pindah ke Desa Kenanga dulu telah mengambil keputusan yang tepat! Tempat ini benar-benar buruk!Rafa masuk ke toko di seberang. Karena telah belajar dari pengalaman, kali ini dia l

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 97

    Mata Rafa juga sedikit panas, tetapi dia menahan air matanya. Dia menghapus air mata Miko dan berucap, "Kak, tenang saja. Aku tahu tanggung jawabku, aku nggak akan mengecewakanmu."Miko mengangguk, lalu perlahan melepaskan pelukannya. Dia melihat Rafa pergi semakin jauh.Di timur, langit mulai memancarkan sinar fajar. Rafa berjalan cepat melewati jalan setapak menuju Kota Muara. Sesampainya di sana, dia menyewa sebuah mobil van dan langsung menuju stasiun kereta api kota kabupaten.Lima jam perjalanan dengan kereta api. Akhirnya sebelum tengah hari, Rafa tiba di Kota Obat, pusat perdagangan herbal terbesar!Di kota kecil biasa, paling-paling hanya ada satu atau dua toko obat. Di kota besar, mungkin hanya ada satu pasar obat. Namun di sini, bukan sekadar pasar, melainkan kota khusus untuk obat!Dari namanya saja, sudah terasa perbedaan skala yang luar biasa. Sebagai keturunan langsung dari tabib legendaris, Rafa merasa bersemangat.Dia berjalan sambil mengamati suasana hingga akhirnya t

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 96

    Rafa sungguh kehabisan kata-kata. Dia mengayunkan tangannya, lalu jarum peraknya langsung menusuk punggung tangan Arumi."Aaaahhh ...!" Arumi menjerit kesakitan.Sebelum Arumi pergi, beberapa warga desa mulai berdatangan. Sorenya, semakin banyak yang datang berobat. Ini karena makan daging kerbau, lalu mengalami panas dalam.Rafa akhirnya menjual habis semua ramuan herbalnya untuk meredakan panas dalam, juga semua persediaan pil.Inilah yang disebut efek domino. Kerbau tua milik Rahman mati, membuat seluruh desa menderita panas dalam, tetapi justru memberi Rafa keuntungan kecil.Satu pasien bisa menghasilkan 20 ribu, jadi totalnya dia berhasil mendapatkan 400 ribu. Uang receh tetap uang!Saat makan malam, Rafa berdiskusi dengan Miko. "Kak, besok aku harus pergi jauh. Aku mau ke Kota Obat, kampung halamanku, untuk beli beberapa bahan obat."Dia harus menjual batu empedu kerbau itu, menukarnya dengan uang, lalu membeli obat untuk menyembuhkan Diah."Kampung halaman?" Miko tidak mengerti,

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 95

    "Kak, ini klinik. Kita ... bicarakan soal pengobatan." Rafa mulai berkeringat. Matanya menghindar, tidak berani menatap wajah Hana. "Sebenarnya ... apa yang sakit?"Baru saat itu, Hana melepaskan tangannya dari pipi dan mendekatkan wajahnya. "Gigiku sakit."Rafa mengangguk, mengambil senter untuk memeriksa mulut Hana, lalu meraba nadinya. "Nggak apa-apa, Kak. Kamu cuma kepanasan ....""Kepanasan?" Hana tersenyum. "Ya, aku memang kepanasan. Bisa nggak kamu bantu meredakan?""Ten ... tentu bisa ...." Rafa langsung gugup dan terbata-bata. "Kak, kamu makan apa dua hari ini?""Apa lagi? Ya daging kerbau yang kamu kasih 1,5 kilo kemarin, karena kamu kasihan padaku," sahut Hana dengan nada penuh keluhan."Daging kerbau?" Rafa langsung paham.Di cuaca panas seperti ini, makan daging kerbau berlebihan memang bisa menyebabkan panas dalam. Niat baiknya justru membawa masalah untuk diri sendiri."Nggak apa-apa. Aku akan bantu kamu redain panasnya .... Eh, maksudku, aku akan racik obat untukmu." Ka

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 94

    Setelah mendengar analisis Rafa yang begitu logis dan masuk akal, Miko akhirnya merasa tenang. Namun, dia masih bertanya, "Rafa, apa Pak Dika ... benar-benar akan mati?""Kak, coba ingat-ingat. Aku sudah menangani pasien selama setengah bulan ini, apa pernah aku salah mendiagnosis?" tanya Rafa balik."Memang benar yang kamu katakan ...." Miko mengangguk, lalu menghela napas. "Sayangnya, Pak Dika nggak mau mendengarkanmu. Satu nyawa hilang begitu saja."Rafa hanya mengangkat bahunya. Kalau orang memang ingin mati, apa yang bisa dia lakukan?Setelah kembali ke kamar, Rafa mengambil batu empedu yang didapatkannya. Di mana dia bisa menjual barang berharga ini?Di kota kecil? Tidak mungkin. Tempat kecil seperti itu tidak akan ada orang yang bisa menilai harganya. Selain itu, jika kabar ini bocor dan Rahman tahu, pasti akan muncul masalah lagi.Ke Kota Obat saja! Tanah kelahiran leluhur mereka, sang tabib legendaris, pusat perdagangan obat tradisional terbesar di negara ini!Namun, bukan sek

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 93

    "Baik, baik." Dika mengangguk dan melambaikan tangan ke sekeliling. "Hari ini, dengan kesaksian warga desa, Pak Galih, serta Pak Hansen, aku bertaruh dengan Rafa. Hari ini aku biarkan dia lolos, tapi 3 hari kemudian, aku akan datang lagi. Jangan sampai ada yang bilang aku menindasnya!"Galih, Hansen, dan warga desa terdiam menatap Rafa. Taruhan ini terlalu besar!Rafa juga melambaikan tangan dan berseru dengan lantang, "Hari ini aku bertaruh dengan Pak Dika! Tiga hari kemudian, kalau beliau masih bisa muncul dengan sehat di depan rumahku, aku sendiri yang akan membakar klinikku dan menyerahkannya kepadanya!"Kerumunan mulai berbisik-bisik.Rafa menatap Dika dan berkata, "Pak Dika, aku sarankan kamu jangan mempertaruhkan nyawa dalam taruhan ini. Aku akan memberimu resep. Pergilah ke rumah sakit di ibu kota provinsi, jalani operasi. Gunakan ramuan herbal coptis chinensis dan houpoea officinalis, seduh dengan teh, dan minum setiap hari. Itu bisa menyelamatkan nyawamu.""Terima kasih! Tiga

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 92

    "Aku beli untuk dimakan sendiri, boleh 'kan? Badanku kurang sehat, jadi aku memang suka makan obat."Rafa tersenyum, lalu meneruskan, "Kamu menuduhku membuka klinik, mengobati pasien, mencari uang secara ilegal. Silakan tunjukkan buktinya. Siapa yang kuobati? Aku menerima uang dari siapa? Tolong tunjukkan bukti itu."Kemudian, Rafa menoleh ke arah warga desa yang berkumpul di depan pintu dan melambaikan tangan. "Saudara-saudara sekalian, apa ada di antara kalian yang pernah sakit dan mencariku untuk berobat?"Orang-orang tertawa serempak. "Semua penduduk Desa Kenanga sehat walafiat!""Kamu ...!" Dika terdiam, tidak bisa membalas. Dia menoleh ke Hansen dan membentak, "Pak Hansen! Kemari dan bersaksi! Ini urusan desa kalian!"Hansen menggaruk kepalanya dan mendekat. "Bersaksi gimana?""Bersaksi kalau Rafa menghasilkan uang dengan mengobati orang!""Oh, oh ...." Hansen berpikir sejenak, lalu menghela napas. "Kalau soal mengobati orang, memang ada. Ayahnya dulu seorang tabib, jadi meningga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status