Wajah David semakin memucat saat mendengar ucapan wanita yang merupakan sekretaris Sebastian. "Ada apa?" tanyanya dengan terbata-bata."Saya juga tidak tahu pak," jawab si wanita.David berusaha menutupi rasa gugupnya. Pria itu menarik nafas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Setelah menetralkan detak jantungnya barulah dia beranjak dari duduknya dan mengikuti langkah wanita yang tadi memanggilnya. "Anda silakan masuk dan tunggu sebentar, pak Sebastian masih rapat," jelas si wanita.David menurut dan kemudian duduk di kursi yang ada di depan Sebastian. Dingin suhu udara di dalam ruangan, sudah tidak dirasakannya lagi. Keringat terus saja bercucuran di pelipis kening bahkan tubuhnya. Otaknya terus berfikir dengan apa yang harus dilakukannya. David duduk dengan gelisah sambil terus memijat keningnya. Ancaman yang diberikan oleh orang yang memerintahkannya, sangat mengerikan. Karena mereka mengancam keselamatan istri serta calon anaknya.Berulang kali David me
Zahira memeriksa luka di tubuh Arion. Dokter cantik itu tersenyum saat melihat luka yang sudah mengering dan tidak ada infeksi. "Mulai hari ini, mas sudah bisa mandi. Aku sudah menganti perban dengan perban anti air.""Tapi tangan ku masih sakit Baby." Pria itu meringis kesakitan saat telinganya di jewer Zahira dengan keras. "Auw Baby, ini sakit sekali." "Makanya, jangan kebanyakan modus dan mesum. Kapan mas pergi dari rumah aku. Aku gak mungkin selamanya menyimpan mas di sini." Zahira berkata dengan raut wajah serius. Gadis itu tidak bisa membayangkan jika seandainya ada yang mengetahui bahwa di rumahnya ada seorang laki-laki dan hal ini akan merusak reputasinya sebagai seorang dokter. Warga bisa saja langsung menikahkannya dengan Arion."Kondisiku masih belum stabil baby." Arion berkata seperti ini, karena memang memiliki alasan lain. Namun pria itu tidak mungkin mengatakan yang sesungguhnya, karena takut Aira akan ketakutan jika mengetahui hal tersebut. "Jangan banyak alasan Aku
Wajah David semakin memuncak saat melihat rekaman video istrinya. "Bagaimana, apa kau sudah melihat istri dan calon anak mu, sangat baikkan?" Pria itu tertawa puas.David semakin kesal saat pria itu tertawa. Jika tidak karena haus harta dan kekuasaan, hal buruk ini tidak akan pernah terjadi. "Jangan lukai istri dan calon anak ku." David memohon kepada pria tersebut.Bisa di katakan, inilah kelemahan terbesarnya sebagai laki-laki. Suami mana yang mampu melihat istri dan calon bayinya terluka bahkan harus meregang nyawa. "Aku akan lakukan seperti apa yang sudah aku katakan, jika kau buka mulut. Namun jika kau tutup mulut, hidup istrimu akan tetap terjaga. Dia akan tetap bisa menikmati hidup mewah dengan berbagai fasilitas mewah, meskipun Sebastian sudah menyita semua harta dan membekukan semua rekening mu dan rekening istrimu. Aku akan membiayai semua kebutuhannya bersama dengan calon anak mu. Ha... Ha... Ha.., "David diam dengan hati yang hancur. Bagaimana mungkin dia akan menyera
"Halo tuan," ucap pria di sebrang sana. "Lakukan seperti yang aku perintahkan," perintah Sebastian. "Baik tuan Bas," jawab pria itu. "Aku tidak ingin kau gagal dan dia lolos." "Saya jamin semuanya akan berjalan seperti yang tuan minta. Saya ingin memberitahu bahwa istri David sudah tidak ada di rumahnya.""Tidak apa, aku tidak butuh istrinya yang aku butuhkan dia," kata Sebastian. David akan sangat menyesal karena bermain-main dengan seorang Sebastian. "Baik tuan."Sebastian memutuskan sambungan telepon setelah memberikan perintah kepada orang suruhannya. Setelah itu Sebastian langsung menghubungi sekretaris pribadinya. Pria itu sangat kesal karena keponakannya memberikan pekerjaan yang begitu banyak untuknya. "Zia tolong datang ke ruanganku sekarang.""Baik pak." Sebastian memutuskan sambungan telepon dan menunggu sekretarisnya masuk ke dalam ruangan. "Ada apa pak?" tanya sekretaris Pram yang bernama Zianla. "Apa saya masih memiliki agenda yang penting?" tanya Sebastian."U
"Kamu mengejekku baby?" Arion bersikap seakan dirinya kesal. Namun pada kenyataannya, hatinya sangat senang melihat Zahira tertawa seperti ini. Entah seperti apa nanti hari-hari yang akan dijalanin ketika jauh dari gadis tersebut. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Arion takut kehilangan seorang gadis."Siapa yang mentertawakan mas," jawab Zahira dengan wajah tanpa dosa."Kalau tidak menertawakan, apa namanya?" Arion melipat tangannya dengan gaya marah.Zahira sangat gemas ketika melihat tingkah pria tersebut. "Itu bukan mengejek atau menertawakan, Aku hanya berbicara sesuai fakta," Kata Zahira yang kembali tertawa ngakak.Arion hanya diam memandang Zahira. Menatap wajah cantik sang dokter seperti ini membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Suasana hatinya sangat senang setiap kali berada di dekat gadis cantik tersebut."Baby apa aku boleh minta diperiksa?" tanya Arion dengan wajah serius."Apa yang sakit?" Zahira mendekat dan memangkas jarak antara mereka."Dadaku baby." Arion m
"Adik kecil jangan ngambek dong." Si pria kembali menahan pintu."Dokter Zahira nggak ada Om, jadi omnya pulang aja," usir Zahira."Om akan tunggu di dalam." Pria itu langsung menerobos masuk ke dalam rumah.Melihat apa yang dilakukan oleh pria itu membuat Zahira bingung dan juga marah. "Om mau apa?" "Om akan tunggu dokter Zahira di sini." Pria itu duduk di sofa ruang tamu, tanpa di suruh. "Untuk apa?" Zahira sudah kesal luar biasa. "Ada hal penting yang ingin Om bicarakan." Sebastian tersenyum. Dia tahu bahwa keponakannya sedang bersembunyi di belakang pintu. Namun memanggil dan berteriak-teriak ketika si tuan rumah tidak ada, itu tidak sopan namanya. Zahira diam dan membiarkan pintu rumahnya terbuka. Wajahnya memucat saat melihat Arion keluar dari dalam kamar. "Paman." Meskipun sedikit kesal melihat kedatangan pamannya, namun Arion tetap memilih untuk keluar karena tidak mungkin dia terus bersembunyi."Aku lihat kondisi mu tidak parah dan bahkan sangat baik, kenapa tidak mau pu
Sebastian masih diam dengan mulut yang sedikit terbuka. Begitu banyak pertanyaan yang ada di dalam kepalanya dan tidak sabar ingin menunggu jawaban dari semua pertanyaan tersebut."Bagaimana dengan David, paman?" Arion bertanya sambil memandang wajah pamannya yang masih bengong."Dokter Zahira itu yang mana?" Sebastian bertanya dengan rasa penasarannya."Ya itu Zahira." Arion memandang ke arah kamar yang tadi di masukin Zahira. "Cuma dia bohongin aku Paman. Ngakunya nama dia, Ina." Arion sedikit tersenyum. Kebohongan yang dilakukan Zahira kepadanya tidak membuat pria itu marah, karena dia juga melakukan hal yang sama. Apa yang mereka lakukan, membuat dirinya jadi senyum-senyum sendiri dan merasa lucu. "Jangan bercanda kamu." Sebastian memukul lengan keponakannya cukup keras. "Aduh sakit paman." Arion meringis menahan rasa sakit karena pukulan Sebastian yang tepat sasaran di bagian lukanya."Maaf, aku tidak tahu bagian tubuhmu yang terluka." Sebastian tersenyum canggung."Kalau sep
"Pantas saja, hampir semua pasien menolak ketika aku menjadi dokternya. Mereka tidak yakin dengan kemampuan aku," gumam Zahira.Zahira sangat ingat saat pasien banyak yang menuduh dirinya sebagai siswa SMK jurusan kesehatan yang magang di rumah sakit. Tidak hanya satu kali Zahira menghadapi kemarahan keluarga pasien yang di tanganinya. Keluarga pasien dengan sangat tegas menolaknya dan meminta untuk di ganti dokter yang sudah berpengalaman. "Apa aku kuliah lagi aja ya, ambil spesialis, tapi biayanya besar dan aku belum punya tabungan. Lagian nanti pasien pasti gak percaya lagi. Masak iya umur 26 atau 27 tahun sudah jadi dokter spesialis." Zahira semakin pusing dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Arion masih saja berdebat dengan sang paman. "Kau harus pulang bersama dengan aku," Sebastian berkata dengan tegas. Arion sudah tidak bisa menolak. Setelah perdebatan dengan sang Paman akhirnya dia memutuskan untuk pulang hari ini. Begitu banyak permasalahan yang harus diselesaikannya.
Setelah selesai menjenguk sang Papi, Shelina berpindah ke lapas perempuan. Ia di kursi tunggu sambil menunggu kedatangan sang Mami dan juga Kakaknya. Shelina tersenyum ketika melihat Ema dan Alina datang secara bersama. "Mami, Shelin bahwa dimsum." Dengan senyum ceria Shelina memeluk Ema. Setelah seluruh keluarganya ditahan, Shelina kehilangan semangat dalam hidupnya. Ia juga tidak bisa bebas keluar, karena pembencinya yang begitu banyak. Dimanapun Shelina berada, Jika berjumpa dengan masyarakat, pasti langsung di hujat. Tak jarang juga, ia dipukul dan dipermalukan di depan umum. Karena statusnya anak seorang pembunuh. Naman Irwan yang melekat di belakang namanya, membuat Shelina tidak bisa bekerja di manapun. Namun walau seperti kondisinya, Shelina tetap tidak mengeluh dan menyalakan orang tuanya."Wah enak sekali, apa ini Shelin yang masak?" Ema langsung membuka kotak makanan dan mencicipi masakan yang dibawakan Shelina."Iya dong mi," jawab Shelina dengan bangga."Enak sekali k
Shelina tidak kuasa menahan tangisnya ketika melihat berita. Pemberitaan diberitahukan bahwa tanggal eksekusi mati untuk 3 orang terpidana pembunuhan sadis sudah di tetapkan. Tanggal 25 Januari 2025, tiga orang terpidana akan dieksekusi. Terpidana itu adalah Heru Irawan 50 tahun, Ema Sari 47 tahun, Alina Irawan, 25 tahun. Itu artinya hanya satu Minggu lagi. Seharusnya Heru sudah di hukum mati sejak tanggal 10 November 2024. Namun ternyata diundang hingga tanggal 25 Januari. Shelina duduk termenung sambil memandang foto keluarga. Foto ini diambil ketika Alina baru kembali dari Paris. Ia tidak menduga bahwa inilah foto terakhirnya bersama keluarga. Kuat tidak kuat, ia harus tetap menghadapinya dan mencoba untuk iklas menerima kematian orang-orang yang disayanginya dengan cara seperti ini. Mungkin dengan cara kematian seperti ini dosa-dosa mereka dapat sedikit terampuni. Tubuh Shelina semakin lama semakin lemah. Kesehatannya juga semakin memburuk. Seharusnya dia sudah menjalani operasi
"Apa?"tanya Jhon. Pria itu terlalu polos dan tidak bisa memikirkan hal yang menarik seperti Arion."Balas dendam terbaik dengan menjadikan Mereka manusia sampah. Dipandang hina dan menjijikan. Hidup segan mati tak mau," bisik Arion "Maksudmu?" tanya Jhon yang masih tidak paham. "Kau bisa memotong kedua tangan mereka. Memotong kaki, cungkil juga matanya. Jika tidak ingin mereka berbicara dan bernyanyi, potong lidahnya juga," kata Arion.Tubuh Agus dan tiga orang rekannya yang lain langsung gemetar bahkan sampai kencing di celana. Meskipun anggota tubuhnya masih utuh, namun dia sudah bisa membayangkan jika tidak memiliki kaki. Lalu bagaimana dengan nasib anak istrinya.Jhon menganggukkan kepalanya tanda setuju. Bahkan pria itu terlihat sangat bersemangat. Apa yang dikatakan Arion benar-benar menarik. "Aku akan potong tangan, kaki, congkel mata dan potong pisangnya juga." Ha... Ha .... Suara tertawa Jhon memenuhi seisi ruangan tersebut. "Kau suruh orang gila bertindak?" Sebastian yan
"Kau tidak dengar apa yang aku katakan." Arion meninju perut Agus dengan keras. Hingga pria itu menjerit kesakitan."Aku." Agus ingin berbicara namun tidak bisa. Kakinya sudah gemetar lebih dulu. Bahkan ia sangat ketakutan untuk mengakui semua perbuatan bejatnya terhadap Cecilia.Setelah peristiwa itu, Cecilia menjadi gila. Itu artinya tidak ada yang akan mengetahui apa sebenarnya yang terjadi terhadap wanita itu. Ia sangat yakin bahwa perbuatannya tidak akan pernah diketahui oleh siapapun. Terbukti selama 7 tahun ini ia bisa hidup nyaman tanpa ada yang mengetahui apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Agus juga memiliki istri serta dua orang anak. Bisa dikatakan hidupnya sangat bahagia. "Jelaskan apa maksudmu." John sudah mulai marah. Kepalanya pusing ketika menebak apa yang sebenarnya terjadi."Kau tidak bisa jelaskan?" Arion menunjuk wajah pria itu dengan keras. "Barang milik mu ini sudah menghancurkan hidup seorang gadis, hingga dia gila dan bahkan melahirkan anak. Apa kau ta
"Kau devil, setelah apa yang kau lakukan terhadap adikku, kau katakan tidak mengenalinya?" John begitu sangat marah dan ingin meninju Arion. Namun sayang Arion tak bernyali melawannya. Bahkan sengaja mengingat tangan serta kakinya. "Aku tidak pernah mengelak dengan apa yang telah kulakukan. Aku memang dulunya sering melakukan hal seperti itu dengan para wanita. Namun asal kau tahu, aku tidak pernah memperlakukan wanita dengan cara menjijikan seperti itu. Perbuatan yang seperti itu bukan aku banget. Pada umumnya para wanita bodoh yang menyerahkan tubuhnya secara sukarela. Dan mereka juga melakukannya dalam keadaan sadar. Mereka juga yang memaksaku untuk menyentuhnya. Jadi aku tidak pernah membuat hal memalukan seperti itu. Aku juga tidak pernah meminta lawan main ku untuk menutup mata seperti sedang bermain Lu-lu China buta." Tak ada ekspresi apapun dari raut wajahnya. Dan hal ini yang membuat John semakin marah."Kau tidak perlu berbohong?" Jangan tersenyum mengejek. Kondisinya saat
Alex beserta anak buahnya sudah berada di parkiran mobil. Saat ini mereka berada di perusahaan milik John. Sesuai jadwal, pria dengan rambut plontos itu keluar dari kantornya dan langsung ke parkiran mobil. John berjalan dengan santai menuju ke parkiran. Jika dilihat gaya serta gerak-geriknya tidak ada sedikitpun mencerminkan bahwa dia salah seorang pembunuh yang ikut serta dalam misi Heru. Tempat parkiran khusus untuk pemilik perusahaan ini memang termasuk sepi, karena hanya ada satu mobilnya yang terparkir di sana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan Alex dengan baik. Dalam waktu singkat mereka sudah berhasil melumpuhkan John. Pria bertubuh tinggi itu tidak sadarkan diri ketika tekuk lehernya dipukul dengan keras. Alex meminta kepada anak buahnya untuk memasukkan John ke dalam mobil. Setelah itu mengikat tangan serta kaki pria tersebut dan membawanya ke markas yang sudah ditentukan oleh Arion. Didalam markas ini sudah ada 4 orang pria yang merupakan Agus beserta 3 orang rekannya.
"Mungkin kau bisa ingat ketika melihat fotonya." Sebastian menunjukkan foto seorang gadis yang disimpannya di galeri. Arion memandang foto itu dengan serius namun tetap menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengingat gadis itu. "Apa benar dia pernah tidur denganku? Aku saja baru melihat wajahnya.""Kau tidak mengingatnya?""Sama sekali tidak paman. Jika si John itu bekerja sama dengan paman Heru sejak 6 tahun terakhir, kemungkinan aku mengenal adiknya lebih dari 6 tahun."Sebastian menganggukkan kepalanya. "6, 7 bahkan 10 tahun yang lalu sekalipun, aku bukanlah pria brengsek. Aku baru menjadi seperti itu sejak 5 tahun terakhir, dan tobat setelah mengenal Zahira." Arion mengingat kembali dosa masa lalunya."Ya mana aku tahu kalau masalah di atas ranjang kau," jawab Sebastian.Arion menggelengkan kepalanya. "Apa benar dia tidur denganku?"Sebastian mengambil handphonenya dan menghubungi orang yang selama ini diperintahkan nya menyelidiki tentang Jhon. "Coba kau selidiki kapa
"Aku merasa menjadi anak yang durhaka, paman. Mereka yang sudah membunuh papi, mami serta calon adikku. Namun aku justru menjadi dia raja. Aku beri saham yang cukup tinggi. Dengan tujuan dia, istri dan anak-anaknya hidup serba berkecukupan. Aku beri dia jabatan yang tinggi, agar semua orang menghormatinya." Arion tertawa sumbang. Meskipun hukuman mati sudah di tentukan untuk mengakhiri hidup Heru berserta keluarganya, tetap saja Arion merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan dia tidak akan pernah memaafkan orang itu. Jangankan untuk memaafkan, melihat wajahnya pun tak sudi."Ya sudahlah kalau kau tidak mau berjumpa dengan orang itu. Aku hanya menyampaikan pesan Briptu Ambri. Jika aku jadi kau, aku juga tidak akan mau berjumpa dengan dia." Sebastian mengangkat kedua bahunya dan dengan gaya acuh tak acuh. Sudah berulang kali Heru meminta untuk berjumpa dengannya. Namun Arion tidak mau menerima bertemu dengan pria bejat tersebut. Ia juga tidak tertarik untuk mendengar drama kesedihan He
Arion sibuk dengan handphone ditangannya, sedangkan mata melirik ke arah Zahira yang sedang memakai baju. Perut istrinya itu sudah semakin besar, namun mengapa Zahira terlihat semakin menggoda. Bobot berat tubuhnya bertambah hingga 15 kg, membuat tubuhnya terlihat berisi dan semok. "Hubby, tolongin." Zahira berkata ketika kesulitan memasukkan kakinya ke dalam kaki celana. "Tolong apa?" Arion berpura-pura sibuk dengan handphone nya sehingga tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zahira. "Hobi, Hira susah pakai celana," kata Zahira dengan kesal."Kalau begitu tidak usah dipakai sweet heart. Arion melepaskan handphone di tangannya dan langsung mendekati istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur. "Hobi mau ngapain?" Zahira memandang Arion dengan mata terbelalak. "Kata dokter agar pembukaan cepat maka si botak harus sering-sering lihat anak." Arion tersenyum mesum memandang perut buncit Zahira. Sebagai seorang dokter, Zahira tidak bisa membantah Perkataan suaminya. "Iya, t