“Zanara!” pekik Shienna yang dengan sigap berusaha menangkap tubuh saudara kembarnya yang nyaris membentur lantai. Pria yang disangka Brandon oleh Zanara sebelum ia pingsan, turut membantu wanita itu.Pria itu mengangkat tubuh Zanara yang lemah, dibawanya menuju ke ranjang dan dibaringkannya di sana. Sementara itu Shienna berusaha membangunkan saudarinya, pria itu mencari segelas air dan memberikannya pada Shienna yang turut tertegun dan hanya memandangi pria itu dengan tatapan horor.Pria itu tampak bingung, bertanya-tanya dalam hati mengapa Zanara bahkan Shienna memandangnya seperti itu, seolah ia adalah arwah yang bangkit dari kubur.“Apakah kau benar Brandon Nelson?” tanya Shienna, berusaha mencari jawaban atas tanya yang menyergap batinnya, juga saudara kembarnya yang kini dalam keadaan tak sadarkan diri.Pria itu mengernyit. “Brandon? Brandon siapa?” Ia menggeleng tak mengerti.“Sudahlah ... mungkin kami salah orang. Bisakah kau membantunya agar membuka mata? Mempelai pria pasti
Mendengar jawaban Jayme, Zanara tak mampu berkata-kata. Hal itu membuktikan kalau Jayme bahkan tak tahu apa pun mengenai kondisi mobilnya.Bukankah tak mungkin menyewa penyidik hanya untuk menyelidiki perkara yang dibuatnya sendiri?Namun, berbeda cerita jika ini hanyalah sebuah pencitraan agak terkesan seolah ia memang tidak memiliki andil dalam semua ini.Perkataan Gabriel tentu saja masih terngiang di rongga kepalanya, bahwa Jayme pemilik mobilnya, jadi jika terjadi sesuatu pada Zanara, maka hal itu adalah kesalahan pria itu. Entah akibat kelalaian, maupun kesengajaan.Tak mungkin sebuah kesengajaan. Zanara yakin Jayme tulus mencintainya.“Apakah ada yang kau pikirkan?” tanya Jayme. Zanara mengangguk.“Bagaimana kondisi mobilmu saat kau kendarai? Apakah remnya memang tidak berfungsi? Jika iya, mungkin ini memang hanya kecelakaan biasa. Kau tak perlu menyewa detektif, itu membuatku takut,” ucap Zanara, yang membuat Jayme memusatkan perhatian padanya.“Remnya baik-baik saja, Zee. Itu
Ruangan bernuansa putih, dengan aroma pembersih lantai yang menyengat serta selang infus yang kembali tertancap di tangannya, jelas membuktikan bahwa ia kini telah kembali ke rumah sakit ditemani oleh Jayme.Satu hal yang membuat Zanara sedikit bersemangat adalah kehadiran Marion yang—meski beberapa kali bertanya apa yang terjadi pada sang ibu—tetapi cukup menghibur.“Terima kasih telah menjaga Marion untukku, Nyonya Demir. Maaf kalau kami merepotkanmu,” ucap Zanara ketika Minerva menemaninya, sementara Jayme dan Marion sedang berada di kafetaria untuk semangkuk es krim.Minerva menggeleng. “Jangan bicara seperti itu, sayang. Justru aku yang berterima kasih karena akhirnya kau bersedia menerima putraku yang bandel itu. Ia sering bercerita tentangmu dan saat ia mengatakan bahwa dirinya akan menikah denganmu, aku sangat terharu. Terima kasih.”Zanara mengulas senyum mendengar penuturan Minerva. Ia percaya memang itulah yang sebenarnya. Jayme memang sejak lama telah mengharapkannya, buka
Mark berjalan perlahan dibantu oleh beberapa perawat, menuju ke mobilnya yang telah menunggu di luar rumah sakit.Gedung dengan cat identik putih itu sudah bukan lagi menjadi rumahnya. Ia sudah menghabiskan sepekan dirawat di sana, karena sebuah kebodohan, mungkin. Namun, ia tak menyesali itu.Satu hal yang ia sesali, ia tak berhasil mendapatkan Zanara kembali.Wanita itu sama sekali tak gentar dengan ancaman dan gertakannya, malah justru mengambil langkah yang lancang dengan menikahi pria lain. Pria yang bahkan tidak ia kenali asal-usulnya.Anggap saja Mark ingin melindungi Zanara, menurut versinya. Namun, kenyataannya ia justru menambah masalah dalam hidup wanita itu.“Apakah kita akan langsung menuju pengadilan, Tuan Anderson?” tanya John, yang telah setia sekian lama mengawal dan menjadi orang kepercayaannya. Meski pada akhirnya ia iba pada Zanara dan membiarkan wanita itu melarikan diri malam itu, tetapi Mark tak bisa menyalahkannya.“Tidak, John. Aku ingin menemui Zanara dulu. T
Zanara duduk di barisan depan berdampingan dengan Jayme dan pengacara yang disewa olehnya untuk menjadi pembela pada persidangan kali ini. Sementara itu, Marion berada di dalam ruangan khusus yang bisa melihat jalannya persidangan, tetapi semua orang yang ada di ruang sidang tak akan bisa melihat keberadaan Marion kecuali jika diizinkan.Mulanya, Zanara dan Jayme tak setuju dengan cara seperti itu, tetapi mereka meyakinkan pada keduanya bahwa cara itu lebih aman agar tak ada intervensi dari pihak mana pun.Mereka menjalani persidangan dengan berdebar. Seolah bukan demi memperebutkan Marion, melainkan karena mereka telah melakukan kesalahan, dan kini Zanara siap menerima vonis dari hakim.Namun, itu hanya pikiran nakal yang menjatuhkan mentalnya hari ini. Apa yang selalu menjadi harapnya adalah ia akan memenangkan Marion untuk kembali padanya dan Jayme.Terlebih ketika Mark memasuki ruangan dengan wajah datar dan dingin. Bagi Zanara seperti melihat kebencian Mark dan seolah pria itu te
“Hak kepengasuhan atas Marionette Miller akan diterima dan dilaksanakan oleh ayahnya, Mark Anderson.”Kalimat dari Hakim disertai ketukan palu sontak membuat hati Zanara dan Jayme remuk redam. Bahkan belum satu hari terlewati oleh mereka, tetapi dengan mudahnya hakim menjatuhkan putusan yang tampak berpihak.Zanara hanya bisa menatap nanar kala hakim turun dari kursinya dan melangkah keluar dari ruang sidang.Ia tak bisa tinggal diam, dan harus melakukan sesuatu demi mempertahankan Marion tetap berada di sisinya. Tetap dalam pelukannya.Zanara berlari dan mengejar langkah sang hakim yang sepertinya tergesa untuk pergi dari tempat itu. Entah dengan alasan apa. Hal itu justru membuat Zanara dan lainnya bisa mencium adanya ketidak adilan dalam persidangan itu.“Tuan Kurtoglu, tunggu.” Zanara tak peduli lagi apa itu malu, apa itu rasa hormat. Ia berdiri menghadang tubuh pria paruh baya yang seharusnya bisa berpikir bijak, tetapi justru sebaliknya.“Tuan, apa dasar anda menjatuhkan putusan
Zanara berjalan dengan langkah gontai menuju halaman Parkir. Jayme masih menggandeng tangan wanita itu, cemas jika Zanara tak sadarkan diri karena masalah hari ini.Jika boleh ia akui, putusan pengadilan memang telah menghancurkan hatinya, terlebih Zanara. Membiarkan wanita itu dengan keputusan untuk menikah lagi dengannya, membuatnya merasa bersalah.Namun, semua sudah terjadi. Ia tak mungkin menyesali pernikahan ini, karena dirinyalah yang sangat menginginkan dan memimpikan bisa memiliki Zanara sejak lama.Meski hanya sebatas status, setidaknya ia masih bisa mengusahakan untuk mengambil hati wanita itu nantinya, tanpa harus menghadapi persaingan dengan pria lain.Sementara Zanara sendiri juga sama sekali tidak menyesali apa yang sudah ia jalani sekarang dengan Jayme. Hanya saja, ia tak habis pikir mengapa Gabriel memberi ide untuk menikah lagi jika nyatanya itu tak menjamin dirinya bisa mempertahankan Marion.Jayme mengemudikan mobil perlahan dan hati-hati. Ia tak ingin mengganggu Z
Marion menangis sejadinya mendengar perkataan Mark yang sebenarnya sama sekali belum ia pahami. Mengapa pria itu mengatakan kalau dirinya adalah ayah kandung Marion? Mengapa Jayme bukan ayahnya sementara selama ini Jayme-lah yang ia kenal sebagai pria yang selalu ada dan menyayangi juga melindungi dirinya.Bahkan ia bisa merasakan betapa Jayme menyayanginya.Kini ketika Mark mengatakan hal semacam itu, secara tak sadar ia telah menghancurkan perasaan gadis kecil itu. Mark bukan bermaksud membuat Marion bersedih, karena ia sendiri sudah cukup pening menghadapi urusan persidangan yang juga tak pernah diinginkannya.Satu hal yang ia mau adalah bisa berkumpul kembali bersama Zanara.Namun, karena wanita itu begitu keras kepala dan terlanjur membencinya, mark terpaksa melakukan ini semua. Dan ternyata taktiknya membawa Marion bukanlah ide yang bagus. Gadis kecil itu justru begitu merepotkannya.Mark menyukai anak-anak, tetapi ia akan kebingungan setiap kali seorang anak menangis, karena en
Satu tahun kemudian.“Jayme, apakah balon yang kemarin sudah dipasang semuanya?” tanya Zanara sembari membawa beberapa kotak besar berwarna biru. Ia tampak mondar-mandir mengatur semua yang akan mereka gunakan untuk pesta hari ini.Marion tampak bersemangat membantu sang ibu dengan memasang beberapa ornamen di sekitar meja yang di atasnya telah tertata makanan kecil dan kue tart.Sesekali ia mengedar pandangan di seluruh penjuru ruangan. Sudah cantik dengan banyak hiasan, balon, serta pernah-pernik berwarna biru dan putih. Bahkan kue yang tertata di meja pun berwarna biru. Ia sudah mengintipnya tadi dan sekarang kue itu tertutup hiasan dengan warna putih.Hari ini bukanlah hari ulang tahun Marion, atau pun Jayme dan Zanara. Bukan pula perayaan pernikahan keduanya, melainkan pesta baby shower yang terlambat mereka laksanakan dengan terpaksa—karena sempat terjadi perdebatan antara Jayme dan Zanara mengenai apakah mereka akan mengadakan pesta itu atau tidak.Di saat Jayme menginginkannya
Hari-harinya bahkan terasa kosong tanpa kehadiran Marion. Ia dan Jayme seharian hanya menghabiskan waktu di hotel, sekadar piknik di balkon atau bercinta yang akhir-akhir ini menjadi hal yang Zanara hindari.Tragedi pengaman yang terlupakan menimbulkan kecemasan di hati Zanara, bagaimana kalau itu lantas menimbulkan bibit di dalam rahimnya? Apakah ia sudah siap dengan itu?Kini Shienna dan lainnya sudah pergi dan meninggalkan Jayme dan Zanara berdua kembali. Keduanya tengah berbaring di lantai balkon dengan memandangi langit yang cerah. Semuanya sudah selesai dan ia, juga Jayme tak perlu lagi berurusan dengan masalah yang mungkin akan membuat kehidupan keduanya begitu rumit.Urusan yang harus diselesaikan oleh Zanara saat ini adalah perbincangan mengenai bayi yang kembali diulang-ulang oleh Jayme.“Berarti ini kesempatan untuk kita membuat bayi?” godanya di sela percakapan mereka sembari melakukan piknik di balkon seperti yang biasa dilakukan oleh keduanya selama tak ada Marion.“Tida
Zanara menghubungi Shienna, memintanya agar menjaga Marion sehari lagi, karena dirinya dan Jayme masih ada keperluan yang harus mereka selesaikan. Meski rindu, setidaknya ia yakin akan bertemu dengan Marion.Sementara dengan Kenneth, tak ada hari esok. Detik ini juga pria itu harus menjelaskan segalanya.Kenneth memaksa untuk pulang, saat Zanara dan Jayme tiba di rumah sakit. Dengan lengan yang patah dan beberapa luka di tubuhnya, Kenneth tak bisa pergi ke mana pun.Jayme menyeret pria itu kembali ke kamarnya, diikuti Zanara, lalu mengunci pintu ruangan tempat dirinya dirawat.“A-apa yang kalian mau? Jayme ... mengapa kau tampak aneh, kawan?”“Jangan berpura-pura lagi, Ken. Atau ... aku harus memanggilmu Brandon?”Kenneth terhenyak kala mendengar todongan Jayme terhadapnya. Ia kemudian menoleh ke arah Zanara, lalu Jayme, secara bergantian.“Apa yang kau katakan?”“Sudahlah, penipu, kau tidak bisa lari lagi. Sekarang katakan, apa tujuanmu menyamar sebagai Kenneth si detektif swasta ini
Zanara menyeret langkah keluar dari bangunan itu. Ia menguap beberapa kali, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang. Ia masuk ke dalam pelukan Jayme dan menyandarkan kepala di dada pria yang memilih untuk menunggunya di luar.“Bagaimana?” tanya Jayme, seolah ingin tahu akan hasil yang didapat sang istri mengenai Kenneth, yang ia yakini memang adalah Kenneth yang asli.“Aku harus datang menemui Kenneth. Namun, sepertinya tidak malam ini. Kita kembali ke hotel saja, Jayme ... aku mengantuk.”Jayme mengangguk, kemudian menuntun Zanara masuk ke dalam taksi dan membiarkan wanita itu tidur sepanjang perjalanan.Tiba di hotel, giliran Jayme yang tak bisa terlelap. Ia memikirkan kecurigaan Zanara mengenai Kenneth, tetapi dirinya tak percaya. Kini, rasa ingin tahu yang sebelumnya hanya dirasakan Zanara pada akhirnya juga menggelitik perasaan Jayme.Ia mengambil ponsel Zanara yang sejak tadi berdering. Nama Mark tertera di layarnya. Apa yang dilakukan pria itu menghubungi istrinya selarut ini? A
“Gabriel? Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau cari? Dan bagaimana—“ Zanara tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia teringat perkataan Kenneth mengenai seseorang yang mengikuti mereka.Lalu ingatan Zanara tertuju pada kertas yang berisi pelaku sabotase mobilnya, bahkan penculikan Marion pun melibatkan Gabriel di dalamnya.Ia selama ini tak percaya itu, tetapi tak ingin memulai pertengkaran dengan mengatakan bahwa Kenneth mungkin saja berdusta entah dengan tujuan apa.Kini, setelah melihat sendiri buktinya, masihkah Zanata meragukan hasil analisa dan investigasi Kenneth?Mungkin tidak, tetapi Zanara masih yakin bahwa Kenneth adalah Brandon yang menyamar. Namun, apa motif Brandon menyamar dan terus mengikuti Zanara? Dan mungkinkah dirinya akan mengakui setelah semua masalah ini menemui titik terang?Zanara mendekat pada Gabriel yang hanya menunduk, menghindari tatapan tak percaya dari wanita yang sungguh ia cintai itu. Ia tak bisa ... tak bisa jika Zanara lantas membencinya. Namun, e
Zanara berteriak, tetapi yang keluar hanya suara tak beraturan. Ia berusaha menghalangi apa pun yang akan dilakukan oleh pria misterius itu. Entah bagaimana keamanan hotel itu hingga pria asing ini bisa masuk dan melakukan ... entah apa, di kamarnya.Berbagai kemungkinan terus mengganggu pikiran Zanara.Jayme masih terlelap, bagaimana jika penyusup itu lantas ... ah! Sungguh Zanara ingin melakukan sesuatu, tetapi tangan dan kakinya sudah terikat dan tali yang mengikatnya terhubung pada trail yang ada di kamar mandi.Zanara berusaha melepaskan ikatan itu, tetapi tak bisa. Ia masih berusaha memanggil nama Jayme, dan suaranya hanya terasa seolah tenggelam dan tak terdengar.Sementara itu, si penyusup melanjutkan apa yang ia lakukan sebelumnya, mencari sesuatu entah apa. Bahkan Zanara yang sejak tadi berusaha untuk mengira-ngira pun tak menemukan jawaban hingga penyusup itu terlanjur mengikatnya seperti sekarang.“Sial!” umpatnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, hanya tersangkut di
Jayme baru saja keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ‘tritmen’ spesial bersama Zanara. Tak lama berselang, terdengar suara ketukan di pintu, yang tentu saja tak perlu lama menunggu, Jayme sudah menyambut siapa pun tamu yang datang mengunjungi mereka.Tak mungkin sebotol sampanye, karena ia tak memesan apa pun. Namun, yang ia pikirkan mustahil, justru terjadi. Seorang pegawai hotel datang dengan troli berisi makanan dan sebotol wine.“Maaf, apakah benar ini kamar Tuan Demir?” tanya pegawai hotel tersebut dengan bahasa Inggris yang fasih.“Ya, benar.”“Ini ada pesanan sajian makan malam dan sebotol wine untuk Tuan dan Nyonya Demir.”Jayme terdiam sejenak, bertanya pada pegawai tersebut, siapa yang memesan makan malam spesial untuk mereka. Namun, pria itu mengatakan bahwa tak disebutkan siapa pengirimnya.Jayme hendak menolak, tetapi bersamaan dengan Zanara yang keluar dari kamar mandi dan mengetahui sang suami yang tengah berbincang dengan seseorang di luar.Zanara menghampiri
“Ada satu hal yang kubingungkan darimu, Zee. Mengapa kau begitu ingin tahu mengenai pria, yang dari namanya saja sudah jelas kalau ia adalah orang lain? Tidakkah itu akan membuang waktumu?” tanya pria yang tengah bicara dengannya di seberang. “Nikmati saja bulan madumu dengan Jayme, Zee.”Zanara menghela napas, menoleh sebentar ke arah kamar Kenneth, sejenak, kemudian kembali memutar tubuhnya kembali ke posisi semula.“Bagaimana lagi? Kau tahu, kan bagaimana jahatnya ia? Kau sudah pernah merasakan juga, dia adalah psikopat,” ucap Zanara, setengah berbisik. “Dan kita tak pernah tahu apa tujuan pria itu mendekati Jayme dan aku.”Pria di seberang mengangguk, kemudian kembali memusatkan perhatiannya pada Zanara yang tengah didera kegundahan.Wajar saja, karena dulu Brandon-lah yang menyekapnya dan menghajar Mark hingga babak belur hanya demi sebuah obsesi. Jika memang semua yang ia lakukan adalah demi memiliki Zanara, mengapa ia memutuskan pertunangan begitu saja, dulu?“Sudahlah, Mark ...
Jayme dan Zanara tengah menikmati semilir angin di pantai Lido, keduanya berjemur sebagaimana layaknya turis asing lain yang melakukan hal sama.Suasana di tempat mereka berada tidak terlalu ramai, karena musim gugur baru saja tiba. Langit tidak terlalu cerah, bahkan justru tampak mendung. Namun, baik Jayme maupun Zanara tak terganggu akan cuaca apa pun. Mereka duduk dan berbincang seolah tak akan pernah habis pembahasan mereka mengenai banyak hal.Wajar saja, meski mereka telah bersama selama lebih dari tiga tahun, tetapi itu hanya kebersamaan tanpa status yang tak mungkin bagi Jayme untuk mengorek banyak hal tentang wanita itu, pun sebaliknya.Zanara bahkan tidak tertarik akan kehidupan Jayme sebelumnya. Mengenai kehidupan pribadinya, keluarganya, terlebih kehidupan asmara pria itu.Untuk bagian itu, Jayme memilih untuk tidak membahasnya dengan Zanara. Tak ada yang menarik bagi pria itu mengenai kehidupan cintanya selain dengan wanita yang kini telah menjadi istrinya itu.Sementara