Minerva terdiam mendengar perkataan putranya. Ia sadar Jayme telah dewasa dan tahu apa yang harus dilakukannya. Terlebih mengenai perasaan, bukankah tak ada yang bisa tahu kepada siapa hati kita akan berlabuh?Terlebih selama ini Jayme sudah mengatakan dengan jelas, bahwa ia hanya mencintai dan menginginkan Zanara. Ia tak menginginkan yang lain.Oleh karena itu, tak ada lagi yang bisa ia katakan saat pada akhirnya Jayme memutuskan sendiri akan melanggar jika sampai Minerva tak memberi restu bagi Jayme dan Zanara.Tampaknya putranya itu sudah terlalu lama menanti, dan ketika pada akhirnya wanita impiannya membuka pintu hati dan mengizinkannya masuk—meski Minerva tak tahu dengan alasan apa Zanara melakukan itu—Jayme akhirnya tak ingin melepaskan kesempatan itu.Mungkin Jayme sekarang telah bersiap menghadapi apa pun yang menghalangi jalannya. Termasuk Gabriel.Minerva terdengar mendesah di seberang sana.“Memangnya apa yang bisa ibu lakukan? Kau sudah mencintainya sejak lama, dan kini i
Jayme menunggu di luar dengan perasaan gelisah. Meski ia tahu Zanara tak akan mudah terpengaruh, tetapi tetap saja. Track record mungkin akan mempengaruhi penilaian wanita itu.Gabriel bukan pemain wanita seperti Jayme. Bahkan sejak dulu ia memendam rasa untuk Zanara dan selalu kalah telak dibanding pria yang baru hadir dalam hidup wanita itu. Sementara Jayme, jangan ditanya.Andaikan ia lelaki yang sembarangan, mungkin ia sudah memiliki keturunan dari tiap wanita yang pernah dikencaninya dalam semalam.Namun, cukup semalam saja bagi Jayme, kecuali dengan Clara. Dan itu jelas sudah ia kubur dalam-dalam.Jayme adalah benar-benar pribadi yang baru dan semakin matang sekarang. Di usia yang menginjak tiga puluh lima tahun, sudah bukan saatnya untuk bermain-main lagi. Itu sebabnya, Jayme tak lagi pernah melakukan kebiasaan lamanya.Baginya, Zanara adalah wanita suci yang pantas mendapatkan hal baik. Karenanya, Jayme berusaha menjadi pria baik agar pantas untuk wanita itu.Dan kini saat ia t
Jayme tak mampu berkata-kata selain hanya terbelalak mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Zanara. Apakah Zanara benar-benar mengajaknya menikah besok? Besok setelah hari ini? Atau besok kapan?Dadanya seperti berisi kupu-kupu yang beterbangan sekarang. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.Namun, hey! Zanara sedang menanti jawaban sekarang. Apakah ia akan terus diam seperti itu?“Jayme ... Apakah kau baik-baik saja?” Pertanyaan Zanara secara otomatis menyadarkan Jayme dan mengembalikan angannya yang sempat bergentayangan tak tentu arah, beberapa menit lalu.Memang benar, Zanara membutuhkan jawaban atau apa pun yang menandakan bahwa dirinya masih hidup dan tidak terkena serangan jantung mendadak akibat permintaan wanita itu.“Apakah permintaanku membuatmu terkejut?” tanya wanita itu lagi, yang langsung dijawab oleh Jayme dengan anggukan. Dan untuk pertama kalinya, wanita baik hati—yang dikenal olehnya sangat dingin dan tak pernah tersenyum itu—pada akhirnya tampa
“I-ini ....” Zanara tak bisa melanjutkan kalimatnya. Matanya masih terbelalak liar dengan wajah yang menegang. “Apa yang terjadi, Zee?” tanya Shienna, tak mampu menahan rasa keingintahuannya.Zanara menunjukkan layar ponsel pada saudarinya. Menunjuk ke arah waktu yang tertera pada histori panggilan yang terjadi antara Shienna dan Gabriel.Zanara masih ingat, sebelum terjadi kecelakaan yang bahkan terlalu cepat itu, ia masih sempat mengintip jam tangannya dan waktu yang ditunjukkan di sana tak lama berselang dengan yang tertera pada histori panggilan.“Bagaimana mungkin Gabriel bisa tahu apa yang terjadi padaku dengan tepat? Apakah ia memang datang menemuiku seperti yang ia katakan?”Shienna masih tak mengerti ke mana arah pembicaraan Zanara. Ia tak menaruh kecurigaan apa pun terhadap Gabriel karena tahu bahwa pria itu adalah sahabat baik bahkan begitu mencintai Zanara.“Apa yang ia katakan?”“Ia memintaku untuk berhenti dan ia akan menjemputku. Intinya ia melarangmu untuk mengemudi.
Jayme sudah mengancingkan lengan kemejanya, memakai jas maroon persis seperti yang diperintahkan oleh calon saudara iparnya. Ini akan menjadi hari bersejarah baginya, juga bagi Zanara.Mungkin akan lebih berpengaruh bagi kehidupan Jayme, karena ini merupakan apa yang diimpikannya sejak lama. Meski mungkin Zanara tak memiliki ketertarikan sebesar rasa yang ia miliki sekarang mengenai acara ini, Jayme tak lagi peduli.Meski kegelisahan mengganggu pikirannya sejak semalam.Jika boleh jujur, ia bahkan tak mampu terpejam. Antara bersemangat sekaligus gundah. Ia percaya Zanara adalah wanita yang akan memegang teguh perkataannya, tetapi bagaimana dengan pria yang berada di sekelilingnya? Akankah mereka tinggal diam kala wanita istimewa itu telah memilih, dan bukan mereka yang menjadi pilihannya?Namun ... Bagaimana pun, ia harus singkirkan perasaan ini. Ia harus berbahagia agar bisa membahagiakan Zanara yang telah menjadi istrinya nanti.Wanita itu sudah setuju, bahkan semua ini bisa terjadi
“Zanara!” pekik Shienna yang dengan sigap berusaha menangkap tubuh saudara kembarnya yang nyaris membentur lantai. Pria yang disangka Brandon oleh Zanara sebelum ia pingsan, turut membantu wanita itu.Pria itu mengangkat tubuh Zanara yang lemah, dibawanya menuju ke ranjang dan dibaringkannya di sana. Sementara itu Shienna berusaha membangunkan saudarinya, pria itu mencari segelas air dan memberikannya pada Shienna yang turut tertegun dan hanya memandangi pria itu dengan tatapan horor.Pria itu tampak bingung, bertanya-tanya dalam hati mengapa Zanara bahkan Shienna memandangnya seperti itu, seolah ia adalah arwah yang bangkit dari kubur.“Apakah kau benar Brandon Nelson?” tanya Shienna, berusaha mencari jawaban atas tanya yang menyergap batinnya, juga saudara kembarnya yang kini dalam keadaan tak sadarkan diri.Pria itu mengernyit. “Brandon? Brandon siapa?” Ia menggeleng tak mengerti.“Sudahlah ... mungkin kami salah orang. Bisakah kau membantunya agar membuka mata? Mempelai pria pasti
Mendengar jawaban Jayme, Zanara tak mampu berkata-kata. Hal itu membuktikan kalau Jayme bahkan tak tahu apa pun mengenai kondisi mobilnya.Bukankah tak mungkin menyewa penyidik hanya untuk menyelidiki perkara yang dibuatnya sendiri?Namun, berbeda cerita jika ini hanyalah sebuah pencitraan agak terkesan seolah ia memang tidak memiliki andil dalam semua ini.Perkataan Gabriel tentu saja masih terngiang di rongga kepalanya, bahwa Jayme pemilik mobilnya, jadi jika terjadi sesuatu pada Zanara, maka hal itu adalah kesalahan pria itu. Entah akibat kelalaian, maupun kesengajaan.Tak mungkin sebuah kesengajaan. Zanara yakin Jayme tulus mencintainya.“Apakah ada yang kau pikirkan?” tanya Jayme. Zanara mengangguk.“Bagaimana kondisi mobilmu saat kau kendarai? Apakah remnya memang tidak berfungsi? Jika iya, mungkin ini memang hanya kecelakaan biasa. Kau tak perlu menyewa detektif, itu membuatku takut,” ucap Zanara, yang membuat Jayme memusatkan perhatian padanya.“Remnya baik-baik saja, Zee. Itu
Ruangan bernuansa putih, dengan aroma pembersih lantai yang menyengat serta selang infus yang kembali tertancap di tangannya, jelas membuktikan bahwa ia kini telah kembali ke rumah sakit ditemani oleh Jayme.Satu hal yang membuat Zanara sedikit bersemangat adalah kehadiran Marion yang—meski beberapa kali bertanya apa yang terjadi pada sang ibu—tetapi cukup menghibur.“Terima kasih telah menjaga Marion untukku, Nyonya Demir. Maaf kalau kami merepotkanmu,” ucap Zanara ketika Minerva menemaninya, sementara Jayme dan Marion sedang berada di kafetaria untuk semangkuk es krim.Minerva menggeleng. “Jangan bicara seperti itu, sayang. Justru aku yang berterima kasih karena akhirnya kau bersedia menerima putraku yang bandel itu. Ia sering bercerita tentangmu dan saat ia mengatakan bahwa dirinya akan menikah denganmu, aku sangat terharu. Terima kasih.”Zanara mengulas senyum mendengar penuturan Minerva. Ia percaya memang itulah yang sebenarnya. Jayme memang sejak lama telah mengharapkannya, buka
Satu tahun kemudian.“Jayme, apakah balon yang kemarin sudah dipasang semuanya?” tanya Zanara sembari membawa beberapa kotak besar berwarna biru. Ia tampak mondar-mandir mengatur semua yang akan mereka gunakan untuk pesta hari ini.Marion tampak bersemangat membantu sang ibu dengan memasang beberapa ornamen di sekitar meja yang di atasnya telah tertata makanan kecil dan kue tart.Sesekali ia mengedar pandangan di seluruh penjuru ruangan. Sudah cantik dengan banyak hiasan, balon, serta pernah-pernik berwarna biru dan putih. Bahkan kue yang tertata di meja pun berwarna biru. Ia sudah mengintipnya tadi dan sekarang kue itu tertutup hiasan dengan warna putih.Hari ini bukanlah hari ulang tahun Marion, atau pun Jayme dan Zanara. Bukan pula perayaan pernikahan keduanya, melainkan pesta baby shower yang terlambat mereka laksanakan dengan terpaksa—karena sempat terjadi perdebatan antara Jayme dan Zanara mengenai apakah mereka akan mengadakan pesta itu atau tidak.Di saat Jayme menginginkannya
Hari-harinya bahkan terasa kosong tanpa kehadiran Marion. Ia dan Jayme seharian hanya menghabiskan waktu di hotel, sekadar piknik di balkon atau bercinta yang akhir-akhir ini menjadi hal yang Zanara hindari.Tragedi pengaman yang terlupakan menimbulkan kecemasan di hati Zanara, bagaimana kalau itu lantas menimbulkan bibit di dalam rahimnya? Apakah ia sudah siap dengan itu?Kini Shienna dan lainnya sudah pergi dan meninggalkan Jayme dan Zanara berdua kembali. Keduanya tengah berbaring di lantai balkon dengan memandangi langit yang cerah. Semuanya sudah selesai dan ia, juga Jayme tak perlu lagi berurusan dengan masalah yang mungkin akan membuat kehidupan keduanya begitu rumit.Urusan yang harus diselesaikan oleh Zanara saat ini adalah perbincangan mengenai bayi yang kembali diulang-ulang oleh Jayme.“Berarti ini kesempatan untuk kita membuat bayi?” godanya di sela percakapan mereka sembari melakukan piknik di balkon seperti yang biasa dilakukan oleh keduanya selama tak ada Marion.“Tida
Zanara menghubungi Shienna, memintanya agar menjaga Marion sehari lagi, karena dirinya dan Jayme masih ada keperluan yang harus mereka selesaikan. Meski rindu, setidaknya ia yakin akan bertemu dengan Marion.Sementara dengan Kenneth, tak ada hari esok. Detik ini juga pria itu harus menjelaskan segalanya.Kenneth memaksa untuk pulang, saat Zanara dan Jayme tiba di rumah sakit. Dengan lengan yang patah dan beberapa luka di tubuhnya, Kenneth tak bisa pergi ke mana pun.Jayme menyeret pria itu kembali ke kamarnya, diikuti Zanara, lalu mengunci pintu ruangan tempat dirinya dirawat.“A-apa yang kalian mau? Jayme ... mengapa kau tampak aneh, kawan?”“Jangan berpura-pura lagi, Ken. Atau ... aku harus memanggilmu Brandon?”Kenneth terhenyak kala mendengar todongan Jayme terhadapnya. Ia kemudian menoleh ke arah Zanara, lalu Jayme, secara bergantian.“Apa yang kau katakan?”“Sudahlah, penipu, kau tidak bisa lari lagi. Sekarang katakan, apa tujuanmu menyamar sebagai Kenneth si detektif swasta ini
Zanara menyeret langkah keluar dari bangunan itu. Ia menguap beberapa kali, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang. Ia masuk ke dalam pelukan Jayme dan menyandarkan kepala di dada pria yang memilih untuk menunggunya di luar.“Bagaimana?” tanya Jayme, seolah ingin tahu akan hasil yang didapat sang istri mengenai Kenneth, yang ia yakini memang adalah Kenneth yang asli.“Aku harus datang menemui Kenneth. Namun, sepertinya tidak malam ini. Kita kembali ke hotel saja, Jayme ... aku mengantuk.”Jayme mengangguk, kemudian menuntun Zanara masuk ke dalam taksi dan membiarkan wanita itu tidur sepanjang perjalanan.Tiba di hotel, giliran Jayme yang tak bisa terlelap. Ia memikirkan kecurigaan Zanara mengenai Kenneth, tetapi dirinya tak percaya. Kini, rasa ingin tahu yang sebelumnya hanya dirasakan Zanara pada akhirnya juga menggelitik perasaan Jayme.Ia mengambil ponsel Zanara yang sejak tadi berdering. Nama Mark tertera di layarnya. Apa yang dilakukan pria itu menghubungi istrinya selarut ini? A
“Gabriel? Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau cari? Dan bagaimana—“ Zanara tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia teringat perkataan Kenneth mengenai seseorang yang mengikuti mereka.Lalu ingatan Zanara tertuju pada kertas yang berisi pelaku sabotase mobilnya, bahkan penculikan Marion pun melibatkan Gabriel di dalamnya.Ia selama ini tak percaya itu, tetapi tak ingin memulai pertengkaran dengan mengatakan bahwa Kenneth mungkin saja berdusta entah dengan tujuan apa.Kini, setelah melihat sendiri buktinya, masihkah Zanata meragukan hasil analisa dan investigasi Kenneth?Mungkin tidak, tetapi Zanara masih yakin bahwa Kenneth adalah Brandon yang menyamar. Namun, apa motif Brandon menyamar dan terus mengikuti Zanara? Dan mungkinkah dirinya akan mengakui setelah semua masalah ini menemui titik terang?Zanara mendekat pada Gabriel yang hanya menunduk, menghindari tatapan tak percaya dari wanita yang sungguh ia cintai itu. Ia tak bisa ... tak bisa jika Zanara lantas membencinya. Namun, e
Zanara berteriak, tetapi yang keluar hanya suara tak beraturan. Ia berusaha menghalangi apa pun yang akan dilakukan oleh pria misterius itu. Entah bagaimana keamanan hotel itu hingga pria asing ini bisa masuk dan melakukan ... entah apa, di kamarnya.Berbagai kemungkinan terus mengganggu pikiran Zanara.Jayme masih terlelap, bagaimana jika penyusup itu lantas ... ah! Sungguh Zanara ingin melakukan sesuatu, tetapi tangan dan kakinya sudah terikat dan tali yang mengikatnya terhubung pada trail yang ada di kamar mandi.Zanara berusaha melepaskan ikatan itu, tetapi tak bisa. Ia masih berusaha memanggil nama Jayme, dan suaranya hanya terasa seolah tenggelam dan tak terdengar.Sementara itu, si penyusup melanjutkan apa yang ia lakukan sebelumnya, mencari sesuatu entah apa. Bahkan Zanara yang sejak tadi berusaha untuk mengira-ngira pun tak menemukan jawaban hingga penyusup itu terlanjur mengikatnya seperti sekarang.“Sial!” umpatnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, hanya tersangkut di
Jayme baru saja keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ‘tritmen’ spesial bersama Zanara. Tak lama berselang, terdengar suara ketukan di pintu, yang tentu saja tak perlu lama menunggu, Jayme sudah menyambut siapa pun tamu yang datang mengunjungi mereka.Tak mungkin sebotol sampanye, karena ia tak memesan apa pun. Namun, yang ia pikirkan mustahil, justru terjadi. Seorang pegawai hotel datang dengan troli berisi makanan dan sebotol wine.“Maaf, apakah benar ini kamar Tuan Demir?” tanya pegawai hotel tersebut dengan bahasa Inggris yang fasih.“Ya, benar.”“Ini ada pesanan sajian makan malam dan sebotol wine untuk Tuan dan Nyonya Demir.”Jayme terdiam sejenak, bertanya pada pegawai tersebut, siapa yang memesan makan malam spesial untuk mereka. Namun, pria itu mengatakan bahwa tak disebutkan siapa pengirimnya.Jayme hendak menolak, tetapi bersamaan dengan Zanara yang keluar dari kamar mandi dan mengetahui sang suami yang tengah berbincang dengan seseorang di luar.Zanara menghampiri
“Ada satu hal yang kubingungkan darimu, Zee. Mengapa kau begitu ingin tahu mengenai pria, yang dari namanya saja sudah jelas kalau ia adalah orang lain? Tidakkah itu akan membuang waktumu?” tanya pria yang tengah bicara dengannya di seberang. “Nikmati saja bulan madumu dengan Jayme, Zee.”Zanara menghela napas, menoleh sebentar ke arah kamar Kenneth, sejenak, kemudian kembali memutar tubuhnya kembali ke posisi semula.“Bagaimana lagi? Kau tahu, kan bagaimana jahatnya ia? Kau sudah pernah merasakan juga, dia adalah psikopat,” ucap Zanara, setengah berbisik. “Dan kita tak pernah tahu apa tujuan pria itu mendekati Jayme dan aku.”Pria di seberang mengangguk, kemudian kembali memusatkan perhatiannya pada Zanara yang tengah didera kegundahan.Wajar saja, karena dulu Brandon-lah yang menyekapnya dan menghajar Mark hingga babak belur hanya demi sebuah obsesi. Jika memang semua yang ia lakukan adalah demi memiliki Zanara, mengapa ia memutuskan pertunangan begitu saja, dulu?“Sudahlah, Mark ...
Jayme dan Zanara tengah menikmati semilir angin di pantai Lido, keduanya berjemur sebagaimana layaknya turis asing lain yang melakukan hal sama.Suasana di tempat mereka berada tidak terlalu ramai, karena musim gugur baru saja tiba. Langit tidak terlalu cerah, bahkan justru tampak mendung. Namun, baik Jayme maupun Zanara tak terganggu akan cuaca apa pun. Mereka duduk dan berbincang seolah tak akan pernah habis pembahasan mereka mengenai banyak hal.Wajar saja, meski mereka telah bersama selama lebih dari tiga tahun, tetapi itu hanya kebersamaan tanpa status yang tak mungkin bagi Jayme untuk mengorek banyak hal tentang wanita itu, pun sebaliknya.Zanara bahkan tidak tertarik akan kehidupan Jayme sebelumnya. Mengenai kehidupan pribadinya, keluarganya, terlebih kehidupan asmara pria itu.Untuk bagian itu, Jayme memilih untuk tidak membahasnya dengan Zanara. Tak ada yang menarik bagi pria itu mengenai kehidupan cintanya selain dengan wanita yang kini telah menjadi istrinya itu.Sementara