"Berengsek! Beraninya kamu menyerangku! Kamu kira dirimu sudah hebat, ya? Cepat berlutut! Kalau nggak, aku akan menceraikanmu!" pekik Utari. Kemudian, dia hendak membalas tendangan Fajar tanpa merasa takut sedikit pun.Dulu setiap kali Utari mengancam ingin bercerai, Fajar pasti akan langsung mengalah dan bersikap patuh. Namun, kali ini Fajar tidak bisa menerima Utari lagi. Dia sontak berteriak, "Silakan! Kamu kira aku takut? Aku sudah cukup dibohongi jalang sepertimu! Mati saja kamu!"Fajar menarik rambut Utari, lalu menamparnya dari kiri dan kanan. Setiap tamparan itu benar-benar kuat. Tidak berselang lama, wajah Utari membengkak dan memerah. Namun, Fajar masih tidak berhenti. Dia merobek pakaian Utari di depan umum."Kamu suka mencari pria, 'kan? Kamu suka ditiduri, 'kan? Hari ini, aku mengizinkanmu melakukan semua itu! Di sini ada banyak pria! Ayo, lakukan sesuka hatimu!" Saking gusarnya, Fajar menginjak-injak bokong Utari.Kerumunan menjadi heboh kembali. "Dokter Ajaib sudah bilan
Tirta segera memapah kedua orang itu untuk berdiri dan menyahut, "Aku nggak ingin balasan apa pun. Aku cuma nggak tahan melihat wanita itu menindas orang tua. Kamu hanya perlu berbakti kepada ayahmu.""Baik. Kalau begitu, aku akan pergi ke pengadilan untuk menuntut jalang itu dulu. Aku pasti akan membalas kebaikanmu nanti!" Fajar menyuruh ayahnya pulang dulu, lalu membawa Utari dan anak laki-laki itu pergi."Tirta, kamu hebat sekali!""Kamu benar-benar pria sejati!"Melati, Nabila, dan Ayu memuji keberanian dan kehebatan Tirta. Para penduduk desa ikut memuji."Pria ini masih muda, tapi sudah menguasai kemampuan medis yang begitu luar biasa!""Benar, dia juga sangat baik hati!""Aku nggak bakal ke kota lagi kalau sakit. Aku mau ke klinik ini saja!""Pak Tirta, aku sakit. Tolong periksa aku!""Aku juga! Aku mau diobati Dokter Ajaib!"Orang-orang terus mengerumuni dan meminta diperiksa Tirta. Tirta seketika menjadi sangat sibuk sehingga hanya bisa meminta Melati dan Nabila untuk mengatur
"Boris, bukannya kamu mau menghancurkan klinikku? Coba saja kalau berani," tantang Tirta sambil mengangkat alisnya. Dia sungguh emosi karena Boris benar-benar mengajak sekelompok orang untuk membuat keributan di sini."Klinik Pak Tirta mau dihancurkan? Aku orang pertama yang nggak setuju!""Aku juga nggak setuju!"Berhubung Tirta mengatakan bahwa Boris ingin menghancurkan kliniknya, sekelompok warga desa yang datang untuk berobat sontak murka. Mereka hampir saja berkelahi dengan kelompok Boris. Orang-orang yang datang bersama Boris terkejut melihat situasi ini. Dengan kemampuan pengobatan Tirta yang payah, bagaimana bisa dia membuat begitu banyak orang rela membelanya?Boris pun menghasut, "Dia bahkan nggak punya surat izin praktik. Kliniknya ini ilegal. Apa kalian yakin mau berobat di sini? Cepat bawa pulang uang kalian, jangan buang waktu lagi di sini!"Boris tidak suka melihat Tirta yang selalu didukung oleh banyak orang, bahkan menghasilkan cukup banyak uang. Itu sebabnya, dia ber
Tirta memasukkan uang beberapa juta ke dalam saku Nabila, lalu bertanya kepada Agus, "Pak Agus, ada urusan apa kamu mencari Kak Nabila?""Ah, bukan apa-apa. Ada tamu di rumah, jadi aku ingin suruh Nabila pulang. Karena sedang membantumu, dia pulangnya nanti saja. Kalian bisa lanjutkan. Aku masih ada urusan, jadi duluan ya," jelas Agus. Ekspresinya sudah berubah total. Kini, dia tampak tersenyum lebar dan buru-buru pulang.Setelah ayahnya pergi, Nabila mengembalikan uang itu kepada Tirta seraya menolak, "Tirta, kenapa kamu memberiku uang? Ini semua hasil kerja kerasmu, aku nggak bisa menerimanya.""Aku adalah priamu. Sekarang, aku bisa menghasilkan uang. Memangnya kenapa kalau kasih kamu uang jajan?" tanya Tirta sambil mengedipkan mata."Kamu ... jangan asal bicara. Kak Melati dan Bibi Ayu masih ada di sini!" ujar Nabila yang segera tersipu.Ayu menimpali dengan gembira, "Dasar kamu ini. Kalau dikasih uang, terima saja. Kenapa harus malu-malu?"Melati juga berkata sambil tersenyum, "Ben
"Ternyata kamu," ucap Susanti. Polisi cantik itu juga mengenali Tirta sekarang. Ketika mengingat usulan pria ini untuk mengobati payudaranya, dia pun merasa sedikit malu. Segera setelah itu, Susanti bertanya, "Kamu bilang aku ditipu, apa maksudnya?"Tirta menjelaskan, "Aku mengobati sesuai dengan kondisi pasien dan kasih obat sesuai kebutuhan, tanpa meminta tambahan uang. Bahkan terhadap orang yang nggak punya uang pun, aku kasih pengobatan secara gratis. Mana mungkin aku akan melakukan penipuan?""Apa kamu benar-benar begitu baik hati hingga memberikan pengobatan gratis?" tanya polisi di belakang Susanti yang tampak tidak percaya."Kami bisa bersaksi, apa yang dikatakan Tirta memang benar." Nabila dan Melati segera membelanya.Ayu buru-buru menimpali, "Benar, Bu Polisi. Kalian harus pastikan dulu sebelum tangkap orang. Tirta adalah orang yang jujur. Dia sama sekali nggak mungkin melakukan penipuan."Susanti berpikir sejenak, lalu memberi tahu polisi di belakangnya, "Pergilah ke desa s
Dalam video tersebut, bukan hanya ada adegan Boris yang membuat keributan, tetapi juga ada adegan di mana warga desa sekitar berdiri bersama untuk membela Tirta.Setelah Susanti dan sekelompok polisi menonton video itu, mereka pun percaya pada ucapan Tirta. Susanti segera mengayunkan tangannya. Dua polisi pria yang berbadan kekar langsung mendekati Boris.Susanti berucap, "Kamu diduga melanggar hukum dan mengganggu ketertiban umum. Sekarang, kami harus menahanmu untuk diinterogasi selama lebih dari tujuh hari. Tolong ikut dengan kami!"Berhubung polisi akan menangkap orang, ibu-ibu lainnya pun ketakutan dan melarikan diri. Mereka meninggalkan Boris yang bengong di tempatnya.Di sisi lain, Boris sangat kesal. Bukan hanya gagal memberi pelajaran kepada Tirta, sebaliknya dia malah ditangkap. Dia pun memaki, "Bajingan, tunggu sampai aku keluar. Aku pasti akan bikin perhitungan denganmu!"Susanti memarahi, "Kenapa kamu berteriak? Mau bikin perhitungan apa? Kamu kira ini dunia hitam? Kamu me
Agus dan Betari keluar dari kamar. Begitu mendengar ucapan Joan, mereka merasa sangat malu."Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Nabila yang wajahnya sudah memerah. Ini jelas adalah bentuk penghinaan. Dia menambahkan, "Pacarku juga jago mencari uang. Dia bisa menghasilkan puluhan juta dalam setengah hari.""Berapa banyak yang bisa didapat pacarmu dalam sebulan? Menghasilkan puluhan juta di tempat terpencil ini? Kamu lagi mimpi, ya?" tanya Joan yang tertawa terbahak-bahak.Lukas yang berdiri di sebelahnya juga mencemooh, "Sekalipun mahasiswa di kota, mereka cuma bisa menghasilkan lebih dari 20 juta dalam sebulan. Pacarmu bisa menghasilkan beberapa puluh juta dalam setengah hari? Jangan-jangan, dia seorang pencuri?""Percaya atau nggak, terserah kalian. Aku nggak suruh kalian percaya juga!" marah Nabila.Betari tidak tahan lagi sehingga berucap, "Sudahlah, jangan mengobrol lagi. Ayo, kita makan sekarang. Lauknya sudah hampir dingin."Joan memeluk lengan Lukas, lalu berbicara dengan nada ma
"Tentu saja ini asli! Kelihatannya bahkan lebih mahal dari gelang emas di tanganmu itu!" ujar Betari."Ibu, jangan ngomong lagi. Cepat kembalikan padaku," desak Nabila yang merasa bersalah. Dia benar-benar takut Joan bisa melihat bahwa giok itu palsu."Kalau begitu, kebetulan sekali. Lukas dulu adalah penjual giok. Sayang, coba kamu lihat ini giok asli atau bukan?" Melihat ekspresi Nabila yang aneh, Joan segera menyuruh Lukas untuk menilainya. Jika giok ini terbukti palsu, dia bisa mentertawakan Nabila."Mana mungkin orang desa bisa punya uang untuk beli giok sebesar ini. Menurutku, sepertinya ini palsu," sergah Lukas setelah meliriknya sekilas."Palsu? Nggak mungkin, ini pasti asli! Nak, beri tahu mereka apakah ini giok palsu atau bukan?" Betari mulai mendesak Nabila."I ... ini asli," jawab Nabila bersikeras."Masih mau mengeyel? Lukas, lihat yang baik! Kalau giok ini asli, aku akan makan meja ini!" tantang Joan sambil menunjuk meja di sebelahnya."Baiklah, kalau begitu aku lihat den
"Aku masih harus mengunjungi temanku yang ada di ibu kota. Mungkin nggak akan secepat itu kembali ke desa. Aku khawatir kalian kangen berat, makanya pulang malam-malam hanya untuk menemani kalian," jelas Tirta."Huh! Rupanya kamu punya hati nurani juga. Tapi, kamu nggak boleh pergi begitu saja. Temani kami sebentar lagi dong ...," pinta Arum yang tidak rela berpisah sambil menatap Tirta."Tirta, temani kami sebentar lagi. Selama kamu pergi, aku nggak bisa tidur nyenyak lho," ujar Melati sambil melemparkan diri ke pelukan Tirta. Dia mencoba memulai pertempuran lagi.Ketika melihatnya seperti itu, Tirta pun tidak ingin pergi secepat itu. Setelah melihat jam, dia lantas membuat keputusan."Di mana Kak Farida? Aku cari dia dulu. Kita lanjutkan pertempuran kita. Nanti sore aku baru balik!"....Lagi-lagi, pertempuran yang panjang dan melelahkan terjadi. Melati dan Arum pun tidak meminta Tirta untuk tinggal lagi. Bahkan, mereka berharap Tirta pergi secepat mungkin."Hehe, kalian istirahatlah
Kini, Ayu sedang tidak berada di sini. Agatha dan Susanti juga pergi sehingga tidak ada gangguan apa pun.Sebagai kepala keluarga, Tirta tentu adalah penguasa di sini. Tidak ada yang boleh membantahnya!Meskipun tertangkap basah oleh Melati dan Arum, Tirta tidak menjelaskan terlalu banyak. Bahkan, dia meminta mereka untuk bergabung dalam permainan!Dengan demikian, terjadi pertempuran sengit di dalam vila. Tirta berhasil menaklukkan tiga wanita dengan kemampuannya sendiri. Untungnya, tenaganya tidak ada habisnya. Semakin bermain, dia justru semakin bersemangat. Dia sungguh tak terkalahkan!Sementara itu, Farida masih harus bekerja setelah matahari terbit. Dia juga sudah kelelahan karena ini adalah ronde kedua. Jadi, dia kembali ke kamarnya untuk beristirahat.Tersisa Arum dan Melati yang masih berada di medan tempur. Mereka berdua tentu bukan lawan Tirta sehingga hanya bisa memohon ampun.Sayangnya, Tirta bukan orang yang punya belas kasihan. Dia tidak peduli pada permohonan kedua wan
Di atas tempat tidur yang empuk dan luas, Melati berbaring sendirian, memegang ponselnya. Dia gelisah, terus membolak-balikkan tubuhnya, tidak bisa tidur sama sekali.“Andai aku tahu Tirta akan pergi begitu lama, aku pasti ikut dengannya. Aku nggak akan seperti sekarang, hanya bisa diam-diam menonton video Tirta untuk mengobati rasa rindu."Melati sudah menonton video sejak tadi. Tubuhnya terasa semakin panas, bahkan keringat mulai bermunculan."Nggak bisa. Kalau begini terus, besok aku nggak akan punya tenaga untuk kerja. Sebaiknya aku mandi air dingin dan cepat tidur."Melati mematikan ponselnya, lalu berjalan ke luar kamar. Dia berniat menghirup udara malam sebelum mandi.Namun, saat dia sampai di ujung ruang tamu, di balkon yang diterangi cahaya bulan samar, dia melihat sosok lain yang juga berdiri sendirian."Arum? Kenapa kamu belum tidur tengah malam begini?" Ketika melihat bahwa itu adalah Arum, Melati maju dan bertanya dengan penasaran."Kak Melati, vila ini terlalu luas dan se
"Hahaha ...."Begitu wanita paruh baya itu selesai berbicara, para pekerja langsung tertawa terbahak-bahak. Namun, mereka hanya bercanda karena melihat hubungan Tirta dan Farida yang tampak tidak biasa."Kak, jangan sembarangan bicara! Tirta sudah punya pacar! Kalau omonganmu ini sampai menyebar, aku memang nggak akan marah.""Tapi, kalau pacar Tirta tahu dan minta putus, Tirta bisa marah. Mungkin, kamu harus menyerahkan putrimu sebagai ganti pacarnya nanti."Wajah Farida langsung merona. Dia buru-buru memperingatkan para pekerja, terutama wanita paruh baya itu."Aduh, anak perempuanku cantik sekali! Kalau Bos benar-benar tertarik padanya, aku pasti akan tertawa bahagia seumur hidupku!" Wanita paruh baya itu malah semakin tergelak dan terus menggoda Farida."Hahaha, Kak, sudahlah. Jangan bercanda dengan Kak Farida lagi! Kamu nggak takut dia mengadu nanti karena kamu berkata yang bukan-bukan?"Setelah bercanda sebentar, para pekerja segera bersikap serius dan berjanji kepada Tirta dan F
Setelah keluar dari Desa Persik, kesadaran Filda mulai pulih. Dia duduk di kursi belakang sambil terus menyeringai dingin menatap Tirta."Kamu terlalu banyak bicara! Kamu pikir aku akan memberimu kesempatan untuk melapor polisi?" Tirta tiba-tiba menginjak rem, menghentikan mobilnya.Kemudian, dia turun dan menarik Filda keluar dari kursi belakang. Tepat di sebelah mereka adalah sebuah waduk besar!Melihat waduk itu serta ekspresi dingin Tirta, Filda benar-benar panik! Dia menggigil dan bertanya dengan suara gemetar, "Kamu mau apa? Kamu nggak boleh membunuhku! Itu melanggar hukum! Hentikan!""Membunuhmu? Jangan mimpi! Membunuhmu hanya akan mengotori tanganku!" cela Tirta dengan dingin. Kemudian, dia mengeluarkan jarum perak dari saku.Dengan menggunakan teknik akupuntur untuk menghilangkan ingatan, Tirta menghapus ingatan Filda tentang kejadian malam ini. Sebentar lagi, Filda akan melupakan segalanya.Setelah mencabut jarum perak, Tirta segera melangkah ke mobil. Sebelum kesadaran Filda
Setelah kebohongannya terbongkar, Filda tidak lagi memiliki kesempatan untuk mendekati Tirta. Karena itu, dia begitu marah hingga tak bisa menahan diri untuk memaki Farida!"Berhenti! Barusan kamu bilang siapa yang menjijikkan?" Namun, setelah mendengar ucapannya, Tirta segera melangkah ke depan, menghalangi Filda, lalu menatapnya dingin."Kamu benar-benar nggak tahu diri. Justru perempuan seperti kamu yang sebenarnya paling menjijikkan! Kalau nggak minta maaf, jangan harap bisa pergi hari ini!"Sejak tadi, ketika Filda membolak-balikkan fakta, Tirta sudah merasa tidak senang padanya. Kini, setelah semuanya jelas, bukan hanya tidak meminta maaf, Filda malah menghina Farida! Jelas, Tirta tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja!"Aku sudah bilang aku nggak mau kerja lagi! Aku juga sudah kembalikan uang kalian! Aku sudah nggak ada hubungan apa pun dengan kalian, jadi aku nggak akan minta maaf padanya!""Memangnya kamu bisa apa padaku? Jangan kira cuma karena punya uang, kamu bisa bert
Wajah Farida kembali merona. Dia menggigit bibirnya, lalu menatap Tirta dan berkata, "Tirta, aku tahu kamu khawatir padaku, tapi aku benaran nggak lelah. Aku bisa bekerja sampai pagi tanpa masalah.""Besok kamu harus kembali ke ibu kota provinsi, lebih baik kamu pergi ke vila dan istirahat. Aku akan tetap di sini untuk menanam beberapa bibit pohon buah lagi. Kalau aku sudah nggak kuat, aku akan diam-diam menyusulmu."Saat mengatakan itu, Farida berbisik di telinga Tirta, "Selama dua hari ini kamu nggak ada, Agatha dan Nabila juga nggak datang. Melati dan Arum hampir sakit karena terlalu rindu padamu. Cepat pergi temui mereka.""Kak Farida, kamu sendiri nggak merindukanku? Aku akan menemanimu dulu, setelah itu baru aku temui mereka." Tirta menggeleng dengan tegas, nada bicaranya terdengar sedikit mendominasi."Ya sudah kalau begitu." Farida lebih tua satu atau dua tahun dari Ayu. Dia sendiri adalah wanita dewasa yang cerdas dan anggun.Namun, saat mendengar ucapan Tirta, dia menjadi beg
"Tirta, tentu saja aku mengatakan yang sebenarnya." Di bawah cahaya malam yang samar, Filda tidak bisa melihat ekspresi Tirta dengan jelas. Dia terus berakting."Kamu telah menyelamatkan nyawa anak kakakku dan juga membantu mengurus bisnisnya. Kamu begitu baik kepada keluargaku, mana mungkin aku berbohong padamu?""Baiklah, kalau memang Kak Farida seburuk yang kamu katakan, aku pasti akan menyuruhnya minta maaf padamu. Naik mobil, ikut aku ke sana dan kita tanyakan ke Kak Farida langsung!""Tapi kalau ternyata kamu cuma bohong padaku, kamu yang harus memberi penjelasan pada Kak Farida!" Nada suara Tirta mengandung sedikit kemarahan.Menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam nada bicara Tirta, Filda sontak merasa gelisah dan tidak berani naik mobil.“Kenapa malah bengong? Ayo naik mobil," desak Tirta dengan tidak sabar."Tirta, aku ... aku tiba-tiba sakit perut. Gimana kalau kamu saja yang pergi? Beri tahu saja aku cara keluar dari sini. Aku nggak mau ikut. Aku harus cepat pulang ke
Wajahnya langsung memerah, merasa malu sekaligus marah. Filda mengumpulkan keberanian, lalu kembali melangkah ke arah belakang.Kali ini, dia memang tidak kembali ke tempat Farida dan para pekerja, tetapi dia tersesat."Jangan-jangan aku benar-benar mengalami fenomena terjebak di jalur hantu? Saat masuk tadi, semuanya baik-baik saja. Kenapa sekarang malah nggak bisa keluar? Aku harus meminta Kakak datang menjemputku!"Filda gemetar ketakutan. Dia mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon kakaknya, pemilik bibit pohon buah.Tiin! Tiin! Tiba-tiba, dari kejauhan, cahaya lampu yang menyilaukan menerangi tempat itu!Criiit! Suara rem yang tajam terdengar. Sebuah Mercedes-Maybach berhenti tepat di depan Filda.“Bukankah kamu adik pemilik bibit pohon buah? Malam-malam bukannya tidur, kenapa malah berada di sini?" Tirta membuka pintu mobil dan turun. Begitu melihat Filda, dia langsung ingat siapa gadis itu dan bertanya dengan penasaran."Kamu ... kamu Tirta? Syukurlah! Tirta, kamu datang tep