Share

Bab 836

Penulis: Hazel
"Eh, mungkin kamu nggak punya gambaran soal uang. Uang 600 miliar itu jumlah yang sangat besar," ujar Leonel dengan nada persuasif, meski raut wajahnya sempat menegang.

Leonel memicingkan mata dan mencoba membujuk lebih lanjut, "Bayangkan, kalau kamu dan polisi wanita ini masing-masing mendapat separuh, itu sudah cukup untuk memastikan hidup kalian nyaman selamanya."

"Mobil mewah, rumah megah, semuanya bisa kamu miliki. Bahkan, kamu akan dikelilingi wanita-wanita cantik yang akan bersimpuh di kakimu sambil memanjakanmu," tambah Leonel.

Leonel melanjutkan, "Sebaliknya kalau kamu bersikeras menjebloskan aku dan istriku ke penjara, apa untungnya bagimu? Nggak ada! Paling-paling kamu cuma dapat sedikit pengakuan palsu sebagai pahlawan. Coba kamu pertimbangkan lagi."

"Ya, benar banget. Nggak ada salahnya kamu berpikir lebih matang. Lagian, di sini nggak ada orang lain. Nggak akan ada yang tahu soal kesepakatan kita," tambah Hera dengan nada mendukung. Dia jelas juga berusaha membujuk.

Tirta
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 837

    Menurut prosedur normal, segala urusan besar maupun kecil di rumah sakit, termasuk pelanggaran hukum dan kasus korupsi, seharusnya berada di bawah pengawasan langsung Dinas Kesehatan.Oleh karena itu, Baron sama sekali tidak gentar terhadap Susanti. Bahkan setelah Baron tiba di lokasi, dia yakin 100% bisa langsung mengusir polisi wanita itu tanpa ampun."Oke. Pak Baron, kalau begitu aku akan menunggu kedatanganmu. Setelah masalah ini selesai, aku akan kasih kamu hadiah besar sebagai ucapan terima kasih!" ujar Leonel sambil menghela napas lega.Baron tidak memberikan tanggapan lebih lanjut dan langsung menutup telepon. Dia segera bersiap dan bergegas menuju Rumah Sakit Kecamatan.Sementara itu, Susanti mendengar seluruh percakapan tadi. Dia mendekat dengan wajah penuh amarah, lalu berujar, "Dengan terang-terangan cari bantuan di hadapan polisi dan berusaha kabur dari jerat hukum?""Pak Leonel, kamu sama sekali nggak menganggap hukum penting. Hari ini, aku tetap akan menangkapmu nggak pe

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 838

    Hera berujar dengan antusias, "Baguslah! Dia bukan siapa-siapa. Aku sudah nggak tahan lihat dia berlagak di sini!""Kalian mau suruh orang lemah itu beri aku pelajaran? Jangan harap!" balas Tirta. Dia tersenyum sinis dan sama sekali tidak menganggap serius ucapan Hera.Sekitar setengah jam kemudian, polisi yang diutus Susanti menelepon. Mereka menemukan uang tunai sebanyak 200 miliar lebih di rumah Leonel.Selain itu, mereka juga menemukan brankas yang dipenuhi emas batangan. Setidaknya nilai semua emas batangan itu tidak kurang dari 100 miliar.Susanti berucap sembari mengernyit, "Seharusnya harta di rumah Leonel bukan cuma itu. Coba kalian cari lagi."Begitu Susanti mengakhiri panggilan telepon, terdengar suara langkah kaki dari luar. Sekelompok orang bergegas masuk ke ruangan kantor.Dua pria memimpin sekelompok orang itu. Pria paruh baya yang memakai jas putih di sebelah kiri adalah direktur Rumah Sakit Seroja, Wiksa.Sementara itu, pria paruh baya di sampingnya yang memakai seraga

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 839

    Melihat masalahnya sudah selesai, Wiksa menghampiri Leonel dan berbisik, "Pak Leonel, kali ini aku sudah bersusah payah bawa Pak Byakta kemari. Nanti kamu harus beri aku dan Pak Byakta imbalan."Leonel menimpali dengan terang-terangan, "Pak Wiksa, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan lupakan kebaikanmu dan Pak Byakta. Aku akan berusaha memenuhi permintaan kalian.""Kalian benar-benar licik," ujar Susanti dengan geram. Namun, ucapan Byakta memang benar. Leonel berasal dari Kabupaten Tamas dan sekarang Byakta yang menjabat sebagai kepala kepolisian Kabupaten Tamas sudah datang.Sudah seharusnya Susanti menyerahkan kasus Leonel kepada Byakta. Namun, Susanti tahu Leonel belum tentu dihukum jika dibawa pergi oleh Byakta."Susanti, kamu nggak usah cemas. Biarkan dia bawa pergi Leonel," hibur Tirta sambil menepuk bahu Susanti.Tirta melanjutkan, "Dia itu cuma kepala kepolisian Kabupaten Tamas. Kalau dia berani membebaskan Leonel, aku tetap punya cara untuk memberi mereka pelajaran!""Siapa

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 840

    "Apa? Besok Pak Mauri akan dipindahkan ke ibu kota provinsi?" kata Susanti. Ekspresinya berubah drastis setelah mendengar ucapan Byakta.Mauri juga tidak memberi tahu Susanti, jadi ini adalah pertama kalinya Susanti mendengar kabar ini. Tentu saja Susanti sangat terkejut.Namun, Byakta malah mengira Susanti takut padanya. Dia memandangi Susanti sambil membatin, 'Polisi wanita ini cantik sekali! Kalau ada kesempatan, aku harus menaklukkannya!'Wiksa yang mendengar kabar gembira ini berseru, "Wah, ternyata besok Pak Byakta akan mengambil alih kantor polisi di daerah kami! Baguslah! Ke depannya kita punya banyak kesempatan untuk makan dan minum-minum bersama!"Leonel memanfaatkan kesempatan ini untuk menyanjung Byakta, "Pak Byakta baru berusia 40-an tahun, tapi sudah mengurus 2 kantor polisi. Masa depanmu pasti sangat cerah! Ke depannya, kamu pasti bisa naik pangkat lagi."Leonel memutuskan kelak dia harus mendekatkan hubungannya dengan Byakta. Kemudian, Byakta menanggapi ucapan Wiksa dan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 841

    "Temanmu? Pak Mauri, siapa temanmu?" tanya Byakta yang kebingungan. Dia mengira teman Mauri pasti seumuran dengannya. Jadi, dia mengabaikan Tirta.Sementara itu, Wiksa, Leonel, dan Hera mengamati sekeliling. Mereka melihat Tirta sekilas, lalu mengalihkan pandangan mereka."Kalian nggak usah cari lagi. Teman yang dimaksud Pak Mauri itu aku," ujar Tirta. Kemudian, dia menyapa Mauri dengan ramah, "Selamat, Pak Mauri. Ke depannya kamu sudah jadi kepala kepolisian di ibu kota provinsi."Mauri menimpali, "Kamu jangan bilang begitu. Kalau bukan karena kamu, sepertinya aku juga nggak bisa menduduki jabatan ini seumur hidup.""Apa? Kamu kenal dengan Pak Mauri?" seru Byakta dengan ekspresi kaget. Dari ucapan Mauri, sudah jelas Mauri dan Tirta bukan hanya saling mengenal. Bahkan, Mauri bisa naik jabatan karena Tirta.Wiksa mengomentari, "Dia teman Pak Mauri? Nggak mungkin, ini nggak masuk akal. Perbedaan usia mereka sangat jauh. Mana mungkin mereka berteman?"Wiksa, Leonel, dan Hera tampak tidak

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 842

    Setelah mendengar ucapan Tirta, raut wajah Hera dan Leonel makin muram. Mereka ingin berlagak, tetapi Mauri sudah datang. Wiksa dan Byakta yang mereka panggil tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Mauri. Hera dan Leonel tidak bisa berkutik.Mauri yang sudah mengetahui masalahnya menegur Byakta terlebih dahulu, "Pak Byakta, apa kamu kira kamu bisa mengabaikan hukum dan bertindak semena-mena setelah mengurus 2 kantor polisi?"Byakta yang gemetaran menyahut, "Pak ... Pak Mauri, bukan begitu. Ini bukan salahku. Wiksa beri aku uang, makanya aku baru urus masalah ini."Byakta melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, "Leonel yang suruh aku melawan Tirta. Sebenarnya aku sama sekali nggak berniat menyakiti temanmu.""Cukup! Aku nggak peduli siapa yang memberimu instruksi! Tapi, kamu yang melakukan semua ini, 'kan?" bentak Mauri.Mauri melanjutkan, "Sebagai kepala kepolisian kabupaten, kamu memanfaatkan kekuasaanmu karena uang dan memutarbalikkan fakta. Ini kesalahan yang fatal! Bes

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 843

    Mauri yang merasa tidak rela berujar, "Besok jam 10 pagi, aku akan membawa anggota inti Black Gloves ke ibu kota provinsi. Kalau kamu ada waktu, datang ke kantor polisi untuk antar aku. Kalau ada kesempatan, kita baru berkumpul lagi."Tirta mengangguk dan menimpali, "Tenang saja, Pak Mauri. Jarak dari sini ke ibu kota provinsi juga nggak jauh. Kelak kita masih bisa sering bertemu. Besok pagi aku akan mengantarmu."Susanti memandang Mauri seraya bertanya, "Pak Mauri, Tirta bilang kamu nggak beri tahu aku kamu dipindahkan karena takut aku sedih. Apa benar begitu?"Mauri tertawa dan menyahut, "Tentu saja, sejujurnya aku selalu menganggapmu sebagai putriku. Aku juga ingin membawamu pergi. Tapi, nanti Tirta pasti akan menyalahkanku. Jadi, lebih baik aku tetap biarkan kamu temani Tirta."Susanti melirik Tirta sekilas, lalu tertawa dan menanggapi, "Tirta nggak akan menyalahkan Pak Mauri. Tapi, kalau kamu bawa aku pergi, aku juga nggak rela tinggalkan Tirta. Jadi, aku nggak bisa ikut kamu ke i

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 844

    "Anak Muda, jangan bicara sembarangan," tegur Baron. Dia melihat Tirta dengan sinis, lalu melanjutkan, "Apa kamu berhak mengaturku? Kamu mau bawa aku ke kantor polisi? Coba kamu tanya wakil kepala kepolisian di sampingmu ini, apa dia berani bertindak? Hati-hati, kamu bisa tertimpa masalah!"Selesai bicara, Baron tidak memedulikan Tirta lagi. Dia tidak melihat Leonel di dalam ruangan, jadi dia hendak menelepon Leonel.Namun, sebelum Baron sempat mengeluarkan ponsel, Shinta yang datang bersama Lutfi maju dan menegur, "Lancang! Kamu itu cuma kepala Dinas Kesehatan, apa kamu berhak meremehkan adik angkat Kakek Saba?"Lutfi malas berbicara panjang lebar dengan orang yang tidak penting seperti Baron. Dia langsung mengeluarkan dokumen yang diberikan Badan Perlindungan Negara dan menunjukkannya kepada Baron."Astaga! Ternyata kamu itu anggota Badan Perlindungan Negara! Ini ...," ucap Baron. Setelah melihat jelas isi dokumen, Baron pun ketakutan dan matanya terbelalak.Baron baru teringat denga

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1407

    Di sisi lain, Tirta menelepon Ayu setelah Idris dan Rasmi pergi. Setelah panggilan terhubung, Ayu yang sudah 2 hari tidak bertemu Tirta tentu merasa khawatir. Dia terus menanyakan kondisi Tirta.Tirta menjelaskan kondisinya dengan singkat, "Bi, Susanti terancam bahaya. Jadi, aku langsung naik pesawat untuk mencari Susanti. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Sekarang semuanya sudah aman."Tirta memberi tahu Ayu pemikirannya, "Aku berencana membawa Susanti menemuimu setelah dia bangun, lalu kita dan Bi Elisa langsung kembali ke Desa Persik. Kita tinggal di sana untuk beberapa waktu."Mendengar ucapan Tirta, Ayu yang khawatir bertanya, "Ha? Tirta, kalau kamu mau kembali ke Desa Persik, tentu saja aku dan Elisa nggak keberatan. Masalahnya, gimana caranya kamu menjelaskan pada Bu Bella?"Ayu menambahkan, "Bagaimana kalau Bu Bella mau ikut kita kembali ke Desa Persik? Aku rasa berdasarkan sifat Bu Bella, dia pasti nggak terima kalau tahu kamu punya banyak kekasih.""Aku yang akan jelaskan pada

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1406

    "Aku rasa otakmu bermasalah karena terlalu lama tinggal di Provinsi Naru!" bentak Rasmi. Ucapannya menunjukkan dia tidak menyukai Tirta."Rasmi, kenapa kamu bicara seperti itu? Pak Tirta itu saudara Ayah. Bukannya sudah seharusnya kita bersikap hormat padanya? Lagi pula ...," sahut Idris.Idris berniat menceritakan pada Rasmi bahwa Tirta sudah membantunya menyelesaikan masalah mereka yang tidak bisa mempunyai keturunan.Namun, sebelum Idris selesai bicara, Rasmi menyela, "Apa? Aku nggak marah kalau nggak ungkit masalah itu! Ayah sudah pikun, makanya dia mengakui pemuda itu sebagai saudaranya."Rasmi melanjutkan, "Waktu Ayah menceritakan masalah ini padaku, aku sudah sarankan dia cepat batalkan keputusannya. Ayah pikun karena tua, masa kamu juga sama? Kalau waktu itu Ayah mengakui anak 3 tahun jadi saudaranya, apa kamu juga mau memuja anak kecil itu?"Rasmi menambahkan, "Aku nggak peduli! Apa pun caranya, kamu harus usir pemuda itu dari rumah kita secepatnya! Aku nggak mau tinggal di ho

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1405

    Begitu melontarkan perkataannya, Marila baru merasa kurang pantas. Dia berbisik lagi dengan wajah memerah, "Pak Tirta, bukan itu maksudku. Jangan salah paham."Tentu saja Tirta tahu Marila tidak bermaksud seperti itu. Dia tertawa, lalu menanggapi, "Oke. Aku tunggu Bu Marila pulang setelah beli bahan obat-obatan."Sesudah itu, Tirta tidak mengatakan apa pun lagi. Mendengar perkataan Tirta, Marila baru merasa tenang. Kemudian, Marila berpamitan dengan Idris.Tirta merasa bosan saat menunggu Marila. Dia kembali ke kamar untuk menemani Susanti. Tirta duduk di samping tempat tidur. Pikirannya sangat kacau.Tirta mendesah dan bergumam, "Setelah Susanti bangun, aku bawa dia cari Bi Ayu, lalu langsung kembali ke Desa Persik. Kak Nabila, Kak Melati, Kak Arum, Kak Farida, dan lainnya pasti merindukanku."Sebenarnya sebelum Susanti tertimpa masalah, Tirta berencana pergi ke ibu kota setelah meninggalkan Provinsi Dohe. Namun, masalah ini terjadi.Tirta juga memahami satu hal. Dia memang bisa menge

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1404

    "Aku nggak akan pergi lagi. Jangan tiduri aku, ya?" mohon Selina. Wajahnya memerah setelah mendengar ucapan Tirta.Selina berusaha menggerakkan pinggangnya untuk menjauhi sumber masalah itu. Napas Tirta yang hangat membuat wajah Selina merah padam.Tirta menegaskan, "Aku nggak peduli, pokoknya sekarang aku harus menidurimu sampai puas. Terserah kamu mau pergi atau tetap tinggal, aku tetap akan melakukannya!"Hasrat Tirta membara karena pinggang Selina terus bergerak. Dia segera mengerahkan 2 teknik. Yang pertama adalah Teknik Menghilang untuk menyembunyikan tubuhnya dan Selina. Yang kedua adalah Teknik Senyap untuk menutupi suara yang dikeluarkan Selina selanjutnya.Kemudian, Tirta langsung bersanggama dengan Selina. Sementara itu, Selina memelas, "Tirta ... jangan ... aku benci kamu ...."Biarpun mengeluh, tubuh Selina tetap terangsang. Jelas-jelas Tirta sudah melepaskannya, tetapi Selina tidak melepaskan Tirta dan tidak bergerak sedikit pun. Dia membiarkan Tirta memberinya kompensasi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1403

    Tirta menunggu sampai Selina berjalan keluar dari taman bunga kompleks tempat Idris tinggal. Dengan begitu, mereka berdua sudah menjauh dari pandangan Anton dan Yuli.Tirta baru maju dan berkata seraya memeluk Selina, "Bu Selina, aku tahu kamu pasti pergi bukan karena dipanggil atasan. Apa kamu punya masalah? Kamu bisa ceritakan padaku.""Aku nggak punya masalah. Pak Tirta, aku cuma ingin pulang untuk mengurus kasus. Selain itu, aku sudah merasa sangat bangga bisa mengenal tokoh hebat sepertimu. Aku nggak mau terus tinggal di sini dan mengganggu Pak Tirta," sahut Selina.Selina memohon, "Pak Tirta, tolong lepaskan aku. Kita berdua nggak punya hubungan apa pun. Kita lupakan masalah yang sudah berlalu."Mata Selina memerah. Dia berbicara sambil terisak dan ingin melepaskan Tirta.Sementara itu, Tirta yang merasa tidak berdaya mendesah dan menimpali, "Bu Selina, aku sudah paham. Kamu pasti merasa aku cuma berpura-pura dan mempermainkan perasaanmu setelah kamu tahu latar belakangku. Jadi,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1402

    Selain itu, perasaan Selina campur aduk saat melihat Tirta. Melihat ekspresi mereka yang terkejut, Idris tertawa dan bertanya, "Apa Pak Tirta nggak pernah beri tahu kalian?"Idris membatin, 'Pak Tirta sangat hebat. Biarpun nggak ada Pak Saba, Pak Tirta bisa mendekati petinggi negara yang lain asalkan dia mau.'Sayangnya, Idris sudah berjanji kepada Tirta tidak akan mengungkapkan kehebatannya. Kalau tidak, Idris akan menjadi pelindung Tirta dan memamerkan kehebatannya.Yuli masih merasa antusias. Bahkan, dia sangat bangga hingga memandangi Tirta seraya tersenyum lebar dan menjawab, "Nggak. Pak Tirta, kenapa kamu nggak beri tahu kami hal sepenting ini?"Sekarang Tirta terpaksa harus mengakuinya. Dia berdeham, lalu menanggapi dengan ekspresi tenang, "Karena aku merasa hal seperti ini nggak perlu diumbar. Aku juga nggak ingin memanfaatkan status Pak Saba untuk bertindak semena-mena."Kenyataannya memang seperti itu. Tirta tidak pernah berinisiatif mengatakan dirinya adalah saudara Saba.Yu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1401

    Tirta tertawa licik, lalu membalas, 'Oke. Kak, aku akan pergi. Nanti malam jangan berpikiran untuk menghabisiku lagi.'Kemudian, Tirta keluar dengan perasaan gembira. Dia melihat Idris yang antusias sedang duduk tegak sambil mengobrol dengan Marila, Yuli, dan Selina.Begitu Tirta keluar, Idris langsung berhenti bicara. Dia berdiri, lalu menyambut Tirta, "Pak Tirta ...."Yuli juga menghampiri Tirta dan menimpali sembari tersenyum, "Pak Tirta, apa kita bisa bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan padamu.""Ada apa? Tentu saja boleh," sahut Tirta.Yuli sangat senang melihat Tirta menyetujui permintaannya. Dia segera menarik Tirta kembali ke kamar. Namun, sebelum Yuli membawa Tirta masuk ke kamar, Anton yang keberatan menghentikan Yuli, "Aduh, berhenti! Yuli, kamu gila, ya? Kenapa kamu nggak langsung bertanya pada Pak Tirta di sini saja? Untuk apa kamu bawa dia ke kamar? Kamu kira ini rumahmu?"Anton berucap pada Tirta dengan ekspresi canggung, "Pak Tirta, begini. Ibunya Susanti ingin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1400

    Namun, bagian tubuh yang telah dipijat oleh Tirta terasa hangat dan nyaman, membuat Idris sangat rileks."Sudah beres. Pak Idris, masalahmu berasal dari kelelahan berkepanjangan ditambah dengan faktor bawaan, menyebabkan kondisi tubuhmu lebih lemah dari orang lain, makanya sulit menghasilkan sperma.""Dengan metode kedokteran barat, masalah seperti ini sangat sulit ditangani, bahkan sering kali tak terdeteksi.""Tapi di tanganku, ini bukan masalah besar. Kalau kondisi tubuh istrimu juga memungkinkan, aku jamin malam ini kamu bisa langsung tepat sasaran."Saat mengatakan itu, alis Tirta tiba-tiba berkerut. Dia baru teringat satu hal. Dia sudah berhubungan intim dengan begitu banyak wanita, tetapi sejauh ini belum ada satu pun yang hamil."Wah, terima kasih banyak, Pak Tirta! Kalau aku dan istriku benar-benar bisa punya anak, aku pasti akan undang kamu ke acara syukuran!"Idris yang tenggelam dalam euforia itu sama sekali tidak menyadari ekspresi aneh di wajah Tirta. Dia sangat bersyukur

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1399

    "Pak Idris, kalau memang ada sesuatu, lebih baik berdiri dan bicarakan saja. Selama bukan hal yang melanggar nurani dan hukum, aku pasti akan bantu." Melihat keadaan itu, Tirta hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Benarkah? Kamu benaran bersedia membantuku, tanpa mengungkit kesalahan masa lalu? Tapi, permintaanku ini .... Aku ingin kamu membantuku dan istriku agar bisa punya seorang anak.""Kami sudah menikah 20 tahun, sampai sekarang belum juga punya keturunan. Aku dan istriku sudah pergi ke rumah sakit di seluruh negeri, tapi nggak ada yang bisa menemukan penyebab pastinya ...."Idris akhirnya berdiri dari lantai, tetapi suaranya masih penuh emosi dan sedikit tidak percaya. Dia merasa Tirta yang seperti dewa hidup pasti sulit didekati dan tak mudah diajak bicara. Itu sebabnya, sikapnya terhadap Tirta sangat sungkan."Kenapa nggak? Pak Idris, kamu dan Bu Marila sudah susah payah membantuku mencari Susanti. Aku tentu harus membantumu semaksimal mungkin.""Lagi pula, sekalipun buka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status