Share

Bab 620

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 18:00:00
"Berengsek! Kamu sudah bosan hidup ya! Percaya atau nggak, aku bisa membunuhmu sekarang juga!" Begitu mendengar makian Mahanta, Agus langsung maju dan menendangnya beberapa kali dengan murka.

"Keterlaluan sekali! Kamu anak siapa? Kenapa nggak punya sopan santun sedikit pun? Kalau kamu berani macam-macam dengan Nabila, kami nggak bakal mengampunimu!" Betari meludah di wajah Mahanta.

Nabila menggertakkan giginya. Matanya berkaca-kaca. Tirta pun tidak menyangka Mahanta akan makin merajalela setelah dihajar. Bahkan, dia berniat menyakiti Nabila.

Tirta tidak mungkin melindungi Nabila 24 jam. Jadi, dengan tatapan dingin, dia membuat keputusan. Tirta menendang Mahanta, membuatnya telungkup di tanah, lalu mengeluarkan jarum perak dan menancapkannya ke titik akupunktur area kandung kemih serta kepalanya.

Salah satu jarum akan membuat Mahanta menjadi impoten, salah satunya lagi akan membuatnya menjadi idiot. Jadi, setelah Tirta mencabut jarumnya, Mahanta masih berbaring di lantai dan tidak tahu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 621

    Seketika, ekspresi Lukman dan istrinya langsung berubah menjadi terkejut, sekaligus marah."Anakku sudah terluka begini, kenapa kalian masih memborgolnya?" bentak Lukman terhadap beberapa polisi tersebut."Pak Lukman, ini ... Bapak lihat saja sendiri," jawab seorang polisi paruh baya sambil menghela napas."Aku lihat sendiri? Mau lihat apanya?" Lukman mengerutkan alisnya dengan kebingungan."Mahanta! Ada apa denganmu? Siapa yang mukul kamu sampai begini? Ibu akan cari orang untuk balaskan dendammu!" Pada saat ini, Naraya berlari ke hadapan Mahanta dan menggenggam tangannya dengan erat sambil berlinang air mata."Dada ... aku mau dada besar!" seru Mahanta. Dia sama sekali tidak memedulikan ucapan Naraya, melainkan hanya memelototi dadanya sambil meneteskan air liur. Dia tampak benar-benar bodoh dan linglung. Jika bukan karena diborgol, mungkin dia sudah mencoba meraih tangan ke arah ibunya."Mahanta, kamu ngomong apaan? Aku ini ibumu, kamu nggak kenal aku lagi?" Naraya tiba-tiba merasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 622

    "Tirta, apa yang mau kamu bilang? Katakan saja, nggak apa-apa. Lagi pula, lauknya masih belum disajikan," tanya Nabila dengan penasaran."Ya, Tirta, katakan saja langsung. Kita semua sekeluarga, nggak ada yang perlu dirahasiakan," pungkas Betari sambil terkekeh-kekeh."Baiklah, kalau begitu aku terus terang saja. Bukankah Kak Nabila sudah mau kembali ke kuliah dalam waktu dekat?" Tirta mulai menjelaskan pemikirannya, "Aku mau belikan sebuah rumah untuknya di kota. Dengan begitu, ke depannya dia akan lebih mudah ke kampus dan nggak usah bolak-balik pulang ke desa lagi.""Kalau Paman dan Bibi khawatir Kak Nabila tinggal seorang diri di kota dan nggak ada yang rawat dia, aku bisa belikan satu rumah lagi di sebelahnya untuk kalian."Sebenarnya, ini adalah cara yang terpikirkan oleh Tirta untuk membuat Nabila tidak kembali ke desa. Dengan begitu, Nabila tidak akan tahu tentang masalahnya dan Melati."Wah, sebenarnya Paman memang sudah berniat untuk belikan dia rumah dari dulu. Sayangnya, ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 623

    "Mau dari mana aku dapat uang?" sergah Agus."Apa maksudmu? Kamu ngeluh karena aku nggak kerja ...?" Baru saja Betari hendak mengatakan sesuatu lagi, Tirta telah melambaikan tangannya dan menyela."Pertimbangan Paman memang ada benarnya, tapi Paman dan Bibi sudah lelah bekerja selama ini. Begini saja, Paman nggak usah jadi kepala desa lagi. Biar aku saja yang berikan biaya hidupnya setiap bulan. Kalian hidup nyaman saja di kota."Meskipun Nabila tidak pulang, jika Agus bersikeras ingin pulang ke desa, masalah Tirta dengan Melati pasti akan ketahuan. Tirta tentu tidak bisa membiarkan hal itu terjadi, jadi dia memutuskan untuk menggunakan uang untuk menyelesaikan masalah.Mendengar hal itu, mata Agus langsung berbinar penuh semangat. Dia bertanya dengan penuh antusias, "Haha, Tirta, kamu benar-benar perhatian sama Paman. Jadi, rencananya kamu mau kasih Paman berapa banyak?""Sebenarnya, Paman nggak butuh banyak. Yang penting cukup buat hidup nyaman saja," lanjutnya."Nggak termasuk banya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 624

    "Ya, benar juga. Lihat saja, aku memang sudah pikun. Kalau begitu, Paman yang minum sendiri saja." Agus merasa dirinya seolah-olah sedang bermimpi.Nasi sudah menjadi bubur, Nabila juga tidak bisa banyak berkomentar lagi. Hanya saja, dalam hatinya tak kuasa berpikir bahwa Tirta benar-benar memperlakukannya sangat baik. Berpacaran dengan Tirta adalah keputusan yang benar.Setelah selesai makan, Tirta memanggil pelayan dan mencari tahu tentang beberapa lokasi tempat tinggal di sekitar kampus Nabila. Kemudian, mereka pun bergegas ke tempat itu dengan mengendarai mobil."Gedung Prima, tempat ini cukup bagus ya. Ayo, Kak Nabila, kita masuk dan lihat-lihat," kata Tirta sambil berjalan bersama Nabila dan yang lainnya setelah setengah jam berkendara. Mereka berhenti di area parkir sebuah kompleks perumahan mewah yang asri dan penuh dengan gedung-gedung tinggi.Tirta dan rombongan kemudian berjalan menuju kantor penjualan."Selamat datang, ada yang bisa kami bantu? Apakah Anda sedang mencari ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 625

    Dari seberang telepon, terdengar suara yang kebingungan, "Ada masalah, Pak Lukman?""Aku mengerti. Segera kirim orang untuk kepung mereka. Jangan biarkan mereka kabur sebelum aku tiba!" ujar Lukman tegas, lalu langsung menutup telepon.Di kantor penjualan, meskipun merasa bingung, mereka tetap tidak berani melanggar perintah Lukman."Pak Lukman, apa kami butuh mengirimkan orang untuk membantu Bapak?" Melihat Lukman bangkit dari tempat duduknya, petugas patroli paruh baya itu mencoba menawarkan bantuan dengan nada menjilat."Nggak perlu, biar aku sendiri yang tangani masalah ini. Apa pun yang terjadi, anggap saja kalian nggak pernah tahu," jawab Lukman dengan nada tegas, lalu meninggalkan kantor patroli dengan cepat."Kelihatannya, anak muda yang bernama Tirta itu benar-benar dalam masalah besar. Terserah dia mau cari masalah sama siapa saja, tapi kenapa harus dengan anaknya Lukman? Lukman dulu orang dari dunia mafia!"Petugas patroli paruh baya itu menghela napas karena merasa simpati

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 626

    Sementara semua ini terjadi, Tirta masih belum mengetahui apa yang sedang berlangsung di luar. Saat ini, dia bersama Nabila dan keluarganya sedang melihat-lihat sebuah rumah yang sudah direnovasi dengan dipandu oleh Herlina.Rumah tersebut memiliki tiga kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur, dan satu kamar mandi. Luasnya sekitar 140 meter persegi, dengan balkon besar di ujung ruang tamu yang memberikan pemandangan indah.Hal yang paling menarik perhatian adalah rumah ini sudah dilengkapi dengan perabotan dan peralatan elektronik, sehingga pembeli tidak perlu membeli apa pun lagi.Bahkan, Nabila yang awalnya enggan membiarkan Tirta membeli rumah, akhirnya merasa kagum dengan tempat ini."Wah, lihat TV besar ini! Lebih besar dari meja di rumah kami!""Lihat sofa dan ranjang besar ini, nyaman sekali! Bak mandi ini juga bisa masuk dua orang!""Rumah ini benar-benar cantik dan mewah!"Betari dan Agus terus-menerus melontarkan pujian sambil berjalan ke sana kemari mengagumi setiap sudutny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 627

    Mendengar hal itu, Tirta langsung mengingat kembali apa yang dikatakan Nabila sebelumnya. Dia bertanya kepada kepala petugas keamanan, "Bos kalian namanya Lukman dan anaknya Mahanta, ya?""Betul, kamu kenal bos kami?" tanya kepala keamanan dengan sedikit bingung."Nggak kenal dan nggak perlu kenal. Kalau aku mau pergi, kalian nggak akan bisa menghentikanku. Tapi, kalau bos kalian mau selesaikan urusan ini, suruh dia cepat datang. Jangan buang waktuku."Tirta sudah bisa menebak bahwa dia pasti tidak sengaja membeli rumah di bawah kepemilikan ayah Mahanta. Berhubung hal ini melibatkan Lukman, Tirta langsung memutuskan untuk tidak melanjutkan pembelian, meskipun rumah itu memang sangat bagus. Setelah urusan dengan Lukman selesai, dia berniat membawa Nabila dan keluarganya untuk mencari rumah di tempat lain."Kamu ini sombong sekali! Bos kami sedang dalam perjalanan, sebentar lagi dia sampai. Tunggu saja!" jawab kepala keamanan dengan nada meremehkan sambil menatap Tirta dari atas ke bawah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 628

    Anak buah Lukman yang setia dan patuh, tidak ragu-ragu sedikit pun saat mendengar perintah dari bos mereka. Dalam sekejap, salah satu dari mereka telah maju dan hendak mendorong Agus ke samping."Paman, sebaiknya Paman, Nabila, dan Bibi masuk ke kamar untuk berlindung dulu. Nanti akan kupanggil kalian kalau sudah beres," kata Tirta sambil menarik Agus kembali."Oke, Tirta, hati-hati. Kami sembunyi dulu," jawab Agus dengan ketakutan. Dia tidak ingin mengambil risiko lagi dan buru-buru membawa Nabila serta Betari ke dalam ruangan untuk bersembunyi.Kini, belasan anak buah Lukman telah mengepung Tirta. Setengah dari mereka bahkan membawa pisau yang tajam dan berkilauan, membuat siapa pun yang melihatnya merasa gentar."Herlina, cepat keluar, ini bukan urusanmu!" Satu-satunya orang yang tidak ada kaitannya di sana adalah Herlina. Kepala keamanan lantas menariknya keluar dari ruangan."Hei, bocah! Berani-beraninya kamu mukul anak bos kami sampai jadi idiot. Sudah siap mati?" tanya salah sat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 867

    Tirta menyalakan mobil dan mengantar Nia meninggalkan klinik."Wah, ini mobil Mercedes Maybach ya? Aku dengar harganya bisa sampai beberapa miliar. Tirta, aku benar-benar nggak sangka, ternyata kamu ini orang kaya yang diam-diam menyembunyikan kekayaanmu!" seru Nia dengan kagum sambil duduk di kursi belakang.Tirta membalas sambil tersenyum, "Aku bukan orang kaya seperti yang kamu bayangkan. Tapi kalau kamu bekerja dengan baik dan nanti kebun buah kita berkembang besar, kamu juga bisa beli mobil seperti ini."Nia menjulurkan lidahnya sambil membalas, "Benarkah? Kamu ini benar-benar jago bercanda. Bisa duduk di mobil seperti ini saja, aku sudah merasa cukup puas. Sepertinya, seumur hidupku aku nggak akan mampu membeli mobil seperti ini.""Jangan terlalu pesimis. Apa pun bisa terjadi kalau kita berusaha," jawab Tirta santai, lalu tidak melanjutkan pembicaraan.....Sementara itu, Arum baru saja tiba di rumah Yanti. Sebelum sempat mengucapkan apa pun, Yanti langsung menariknya ke kamar da

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 866

    "Tentu. Kalau punya waktu luang, aku juga bisa bantu kalian mengelola kebun buah. Mungkin aku bisa cari beberapa pekerja. Kalian cukup mengawasi mereka saja," ucap Tirta sambil tersenyum.Nia menambahkan dengan nada santai, "Benar. Lagian, kalian semua wanita-wanita cantik dan anggun. Pekerjaan berat seperti itu nggak perlu kalian lakukan sendiri."Komentarnya membuat Ayu dan Melati tertawa. Salah satu dari mereka berujar, "Aduh, dia benar-benar pintar omong!""Aku rasa, nggak perlu cari pekerja," tanggap Arum yang baru saja datang sambil membawa dua piring lauk terakhir. Dia melanjutkan, "Kami bertiga terlalu sering menganggur, sampai hampir sakit karena bosan. Melakukan sedikit pekerjaan fisik juga bagus untuk melatih tubuh.""Tapi, ada syaratnya ya. Kami harus jadi orang pertama yang mencicipi buah-buahan yang matang nanti!" tambah Arum sambil bercanda."Tentu saja itu bukan masalah!" balas Nia sambil tertawa lepas. Dia memang memiliki kepribadian yang ceria dan mudah akrab. Dalam w

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 865

    Pada akhirnya, Nia hanya bisa tersenyum pahit tanpa daya. Setelah berpikir sejenak, Tirta berucap, "Masalahnya cuma ini? Ayahmu terlalu pilih kasih pada anak laki-laki.""Kak Nia, kalau kamu benaran yakin bisa mengelola kebun buah dengan baik, aku bisa keluarkan uangnya untuk modal. Kita kerja sama saja. Di Desa Persik, masih banyak tanah kosong. Untuk menyewanya juga nggak terlalu mahal," lanjut Tirta.Sebenarnya, Tirta punya pemikiran praktis. Jika ada kebun buah di dekat Desa Persik, nanti Ayu dan yang lainnya tidak perlu repot-repot pergi ke kota kecil untuk membeli buah. Ini bisa sangat memudahkan.Nia ragu sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Ide itu sih bagus. Masalahnya kalau untung nanti, gimana kita bagi hasilnya?""Aku cuma mau jadi investor yang lepas tangan. Kalau ada untung, kamu ambil bagian terbesar. Aku cuma minta sedikit saja. Selain itu kalau nggak ada kesibukan, aku mau bawa bibiku dan yang lainnya ke kebun untuk makan buah segar. Itu saja sudah cukup," jawab Tirta d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 864

    Tirta bertanya dengan nada terkejut, "Waktu kecil aku menepuk pantatmu? Serius? Kok aku nggak ingat sama sekali?"Nia membalas, "Tentu saja kamu nggak ingat. Waktu itu, kamu baru 3 atau 4 tahun. Kamu masih pakai celana berlubang pula. Aku lebih tua sedikit darimu, jadi masih ingat kejadian itu.""Kalau dipikir-pikir, kita ini sebenarnya sudah kenal dari lama, 'kan?" jelas Nia yang menutup mulutnya sambil tertawa geli. Dada putihnya sedikit bergetar."Uhuk, uhuk ...." Tirta berdeham, lalu menggaruk kepalanya dengan sedikit canggung.Tirta melanjutkan, "Sepertinya memang ada kejadian seperti itu. Waktu kecil, aku suka nggak tahu aturan. Hampir semua anak perempuan yang datang ke klinik untuk suntik, pasti pernah aku tepuk pantatnya. Gara-gara kebiasaan buruk itu, aku sering kena marah dan dipukul orang tuaku.""Wajar saja kamu kena pukul. Oh ya, orang tuamu di mana sekarang? Kok aku nggak melihat mereka?" tanya Nia. Dia menghentikan tawanya dan terlihat sedikit serius."Orang tuaku menin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 863

    Tirta tetap menunjukkan ekspresi tenang dan santai ketika berucap, "Lagian kalau kamu tetap di luar, aku juga nggak bisa mengobatimu. Lebih baik kita masuk bareng.""Itu memang harimau, aku nggak mungkin salah lihat ...." Nia bersikeras dengan pendapatnya. Namun, dia tahu bahwa menerima perawatan Tirta di luar bukanlah pilihan. Jadi meskipun dengan hati berat, dia mengikuti Tirta dan Melati masuk ke dalam klinik.Ketika mereka masuk, Ayu keluar dari dapur karena mendengar suara mereka. Dia bertanya, "Tirta, mana bajumu? Wanita ini sudah aku suruh masuk dari tadi, tapi dia tetap nggak mau. Dia datang untuk mengobati penyakit apa sih? Apa Bibi perlu membantumu nanti?"Mendengar ucapan Ayu, wajah Nia langsung memerah. Jelas sekali dia tidak ingin orang lain tahu bahwa dia mencari Tirta untuk mengobati dadanya."Bajunya kotor, jadi aku buang. Nia cuma ada masalah kecil kok. Nggak perlu bantuan, Bibi. Aku bisa menyelesaikannya sendiri," jawab Tirta sambil menggeleng. Pria itu bisa memahami

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 862

    Setelah berpikir sejenak, Melati membalas, "Aku juga nggak tahu di mana Bu Yanti tinggal .... Di gunung ini nggak ada sinyal. Gimana kalau nanti setelah kita turun gunung, aku telepon Arum? Dia pasti tahu di mana Bu Yanti tinggal.""Ya sudah, kita langsung turun gunung sekarang saja. Jangan pikirkan dua harimau itu lagi, seharusnya nggak akan ada masalah," jawab Tirta sambil menempatkan Yanti di kursi belakang mobil. Melati pun membantu menjaga Yanti selama perjalanan.Setelah mobil turun gunung dan mendapatkan sinyal, Melati segera menghubungi Arum melalui telepon. Suara Arum segera terdengar."Apa? Bu Yanti mau lapor ke polisi biar dua harimau itu ditangkap?""Biarkan saja kalau sudah lupa. Bu Yanti tinggal di ujung barat desa, di rumah yang ....""Oh ya, di klinik datang seorang wanita muda. Katanya, dia mau cari Tirta untuk berobat. Kak Melati, tolong sampaikan ke Tirta ya ...."Setelah mendapatkan alamat rumah Yanti dari Arum, Tirta langsung mengarahkan mobil menuju rumah tersebut

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 861

    "Tirta, apa lukaku sudah bisa dibalut sekarang?" tanya Yanti. Dia akhirnya menyadari bahwa sikapnya tadi kurang wajar. Matanya menghindar, bahkan tak berani menatap Tirta secara langsung.Tirta menjawab, "Bisa, Bu Yanti. Lagian, bajumu sudah rusak dan nggak bisa dipakai lagi. Lebih baik dilepaskan saja. Aku akan cuci bajumu ini, lalu pakai kainnya untuk membalut lukamu.""Setelah selesai, kamu bisa pakai bajuku untuk sementara kalau nggak keberatan," ujar Tirta sambil mencuci tangannya di aliran sungai kecil."Oke, terserah kamu. Lagian, bajuku memang sudah nggak bisa dipakai lagi," jawab Yanti sambil mengangguk pelan. Dia berusaha mengatasi rasa malunya dan perlahan melepaskan pakaian tipis yang dikenakannya.Meski berat badan Yanti sekitar 55 kilogram, pinggangnya tetap terlihat ramping dan memberikan kontras tajam dengan bagian atas tubuhnya yang montok.Bahkan Tirta yang sudah terbiasa menghadapi berbagai situasi, tak kuasa meliriknya sejenak sebelum akhirnya tersadar kembali.Sete

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 860

    "Uhuk, uhuk. Nggak usah begitu gugup, Bu. Mungkin agak perih waktu dioleskan obat nanti. Kamu harus tahan ya," ucap Tirta untuk menenangkan Yanti. Ketika memeriksa luka itu, Tirta tak kuasa merasa takjub dengan ukuran payudara Yanti. Besar sekali!"Tirta, gimana kalau aku oles sendiri? Kalau kamu yang oles, aku ... aku malu ...." Suara Yanti terdengar lirih. Dia masih tidak berani membuka matanya. Wajah dan lehernya sampai memerah."Boleh saja. Tapi, kamu nggak bisa membalut lukamu sendiri. Aku tetap harus membantumu. Sebaiknya serahkan saja kepadaku. Kalau cepat beres, kita juga cepat turun. Langit sudah mau gelap lho," sahut Tirta sambil membersihkan tanaman obat dengan air sungai."Ya sudah, kamu saja yang bantu aku." Yanti mengiakan. Lagi pula, Tirta sudah pernah melihatnya. Jika terus menolak, dia hanya akan terkesan terlalu manja. Makanya, Yanti akhirnya membulatkan tekadnya.Setelah membersihkan tanaman obat, Tirta mencari dua buah batu bulat yang agak bersih. Setelah mencucinya

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 859

    "Hais, memang nggak bagus kalau ada yang tahu. Pokoknya, aku nggak bakal beri tahu siapa pun tentang masalah hari ini," balas Tirta sambil melangkah dengan stabil. Dia bisa merasakan payudara besar di punggungnya.Setelah mendengarnya, Yanti pun mengiakan dan tidak merespons lagi. Dia tidak pernah bersentuhan dengan pria. Kini, Tirta malah menopang bokongnya dan bajunya rusak. Hal ini tentu membuat perasaannya campur aduk dan tak kuasa berpikir sembarangan.'Waktu itu, dia nggak sengaja menyemprotku. Kali ini, dia malah melihat dadaku. Jangan-jangan ... semua ini adalah takdir?'Tirta tentu tidak tahu apa-apa tentang pemikirkan Yanti ini. Sambil menggendong Yanti, dia terus mencari tanaman obat yang bisa digunakan untuk menghilangkan bekas luka.Sekitar tujuh atau delapan menit kemudian, mereka tiba di depan air terjun itu. Di bawahnya adalah air bersih.Tirta berjongkok untuk menurunkan Yanti, lalu berujar, "Bu, kamu bersihkan diri dulu di sini. Tadi aku melihat tanaman obat yang bisa

DMCA.com Protection Status