Hati Tirta langsung memanas. Mana mungkin dia bisa menahan ekspresi Ayu yang begitu menggoda?Tanpa basa-basi, dia langsung mendominasi tubuh Ayu. Melati terkekeh-kekeh di sampingnya. Mendengar suara mereka, Arum terus membolak-balikkan tubuhnya dan tidak bisa terlelap sepanjang malam. Dia merasa penasaran, sekaligus penuh penantian.....Keesokan paginya.Tirta memeluk Ayu dan Melati yang telah terkulai lemas dan terlelap. Setelah mengalami siksaan semalaman, kedua wanita itu sudah tidak sanggup bertahan lagi. Meski demikian, Tirta tetap saja tidak mengampuni mereka. Kedua tangannya masih terus menggerayangi tubuh kedua wanita itu.Pada saat itu, ponsel Tirta berdering. Irene meneleponnya dan berkata dengan tak berdaya, "Tirta, hari ini harus temani Bella untuk melihat giok. Apa kamu sudah bersiap?"Tirta menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Karena aku sudah berjanji, dia nggak usah khawatir."Tirta tentu saja tahu, Bella khawatir Tirta akan ingkar janji karena Bella telah menyinggun
Saat melihat Tirta datang, Bella tak kuasa menghela napas lega. Bagaimanapun, semuanya tidak masalah asalkan Tirta bisa tiba. Di sisi lain, pemuda itu menilai penampilan Tirta yang tampak sangat sederhana.Dengan ekspresi tidak percaya, dia bertanya pada Bella, "Bella, kamu nggak bercanda, 'kan? Bocah ini master batu yang kamu carikan? Pemuda seperti dia tahu apa? Kamu bercanda sama aku ya?"Pemuda itu berkata dengan terus terang di hadapan Tirta tanpa segan-segan, "Nggak usah bawa dia lagi, dia nggak akan bisa selesaikan apa pun. Bawa dia cuma bakal jadi beban. Kali ini aku sudah pilih seorang master yang sangat profesional. Dijamin nggak akan ada masalah."Mendengar ucapannya, Tirta merasa agak kesal karena merasa dipermainkan Bella. Dia langsung mempertanyakan Bella, "Bu Bella, kalau kamu sudah bawa orang, untuk apa lagi kamu cari aku? Memangnya asyik ya mempermainkan orang seperti itu? Apa Bu Bella punya hobi buruk seperti ini?"Bella menarik Tirta ke samping dan menjelaskan dengan
Resnu berjalan menaiki pesawat dengan sikap yang angkuh. Namun saat melangkah ke dalam pesawat, dia berbalik dan melirik Tirta dengan penuh kebencian. Dalam hatinya, Resnu merasakan kebencian yang mendalam terhadap Tirta.Diam-diam dia berpikir, 'Padahal cuma bocah ingusan yang nggak tahu diri, tapi berani sekali bersikap nggak hormat padaku! Huh, nanti aku pasti akan buat perhitungan padanya!'"Pak Tirta, ayo kita naik ke pesawat," ajak Bella.Tirta merasa kesal melihat Resnu, tetapi tidak bisa mengatakan apa pun terhadap Bella. Dalam hatinya sangat paham bahwa Resnu memang memiliki status yang tidak sederhana. Bahkan Bella sekalipun tidak berani menyinggungnya.Meski demikian, siapa pun orangnya, Tirta tetap harus menyelesaikan masalah jika saatnya tiba."Ayo jalan." Dengan ajakan dari Bella, Tirta juga masuk ke kelas bisnis di pesawat. Setelah itu, pesawat tersebut pun mulai mengudara perlahan-lahan ke arah selatan.Seorang pramugari berpakaian rok pendek dengan riasan yang rapi men
Situasi ini sudah sampai pada titik di mana Bella bahkan lebih rela meminta Tirta yang diundangnya dengan susah payah untuk pulang. Jelas sekali bahwa Bella sangat khawatir dan takut pada Resnu."Nggak mungkin. Kamu yang suruh aku datang, sekarang kamu mau aku pergi begitu saja?" Tirta menjawab dengan tegas, "Apalagi, Resnu yang cari masalah duluan. Sikapnya yang nggak sopan ini harus diberi pelajaran. Aku nggak akan pergi sebelum urusan ini selesai. Urusanmu selesai atau nggak, yang penting aku nggak akan biarkan masalah ini begitu saja.""Masalah ini nggak bisa dikompromi," lanjut Tirta dengan sikap yang sangat tegas. Bagi Tirta, menghadapi Resnu yang menyebalkan ini adalah hal yang tak bisa dihindari. Siapa pun status Resnu, dendam ini harus diselesaikan.Jelas, Tirta bertekad untuk berhadapan langsung dengan Resnu sampai akhir."Baiklah," jawab Bella dengan pasrah. Dalam hatinya, dia mulai berpikir bahwa dirinya harus turun tangan untuk menghentikannya jika sampai terjadi bentrok a
Bella segera memberikan penjelasan karena khawatir Kadir akan salah paham mengenai identitas Tirta. Melihat Tirta yang begitu muda, Kadir tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan alis. Bukankah para ahli batu biasanya adalah orang-orang tua yang sangat berpengalaman? Meskipun tidak terlalu memahami dunia ini, Kadir juga tidak sepenuhnya percaya pada kata-kata Bella.Namun menurut pengalamannya selama bertahun-tahun, Kadir bisa melihat dengan jelas bahwa Resnu sangat tidak menyukai Tirta, sedangkan Bella tampaknya sedang berusaha melindungi reputasi Tirta. Dia juga pernah mendengar tentang kisah Resnu yang mengejar Bella.Dalam hatinya menebak-nebak, apakah Tirta adalah kekasih simpanan Bella, sehingga membuat Resnu tidak menyukainya? Bagaimanapun, dengan kekuasaan Keluarga Purnomo, Kadir tidak merasa heran jika Bella memiliki hobi seperti ini. Dia tidak bisa menyinggung kedua belah pihak."Ternyata Pak Tirta, senang bertemu denganmu." Kadir bersalaman dengan Tirta dengan ekspresi mere
Resnu mendengus dingin. "Ayo pergi," ucapnya.Resnu naik ke mobil pertama bersama Kadir, sedangkan Bella dan Tirta berada di mobil kedua. Di dalam mobil, Tirta duduk dengan wajah muram sambil memandang ke luar jendela tanpa berkata apa pun.Bella tahu bahwa meskipun dia telah berhasil mengundang Tirta untuk membantu, situasinya justru semakin rumit dengan adanya Resnu yang terus-menerus mencerca Tirta. Siapa pun yang diperlakukan seperti itu pasti akan merasa kesal.Dengan perasaan bersalah, Bella berkata, "Tirta, aku minta maaf atas ketidaknyamanan ini. Di sini ada satu triliun sebagai kompensasi. Meskipun nggak terlalu banyak, semoga bisa sedikit meredakan amarahmu."Tirta hanya tersenyum sinis. "Nggak perlu. Uang bukan masalah bagiku. Lakukan saja apa yang perlu dilakukan. Tenang saja, aku nggak akan bertindak gegabah," jawabnya dengan nada datar.Bella mengangguk dan merasa lega. Dia percaya bahwa dengan kemampuan dan posisi Tirta, Tirta memang tidak kekurangan uang. Oleh karena it
Bella langsung menarik tangan Tirta dan berkata, "Tirta, ayo kita pergi. Kita cari tempat untuk makan saja. Aku nggak percaya kita nggak bisa temukan tempat untuk makan dan menginap di Kota Barlin sebesar ini."Tirta tidak menyetujui usul Bella, melainkan langsung menepis tangannya. "Nggak masalah. Makan bersama juga nggak ada buruknya. Aku justru penasaran apa yang mau dilakukan orang ini."Bella juga tidak berdaya melihat Tirta yang bersikeras ingin melawan Resnu. Dia terpaksa mengikuti Tirta masuk untuk makan bersama Resnu dan yang lainnya.Di Hotel Lanuta, semua orang mulai duduk satu per satu di dalam ruang VIP. Namun tentu saja, kursi kehormatan tidak diperuntukkan bagi Tirta. Kadir menyambut dengan antusias, "Pak Resnu, silakan duduk di kursi utama."Dengan senyuman puas, Resnu duduk di kursi utama, sedangkan Kadir dan beberapa bawahannya duduk di sampingnya. Di sisi lain, Bella menarik Tirta untuk duduk di seberang Resnu, di tempat yang paling jauh darinya.Di dalam ruang makan
Tirta menggenggam tangan Bella untuk sengaja membuat Resnu kesal. Bukankah Resnu menyukai Bella? Jika ingin menyerang seseorang, seranglah hal yang paling menyakitkan baginya."Bu Bella, cuma penyu saja kok, nggak usah marah."Bella yang hampir tak bisa lagi menahan amarahnya, terkejut melihat Tirta yang masih tetap tenang. Dia pun akhirnya memutuskan untuk duduk kembali sesuai perintah Tirta. Sementara itu, Resnu melihat Tirta memegang tangan Bella.Bahkan dia saja belum pernah menyentuh tangan Bella, tapi Tirta malah sudah menyentuhnya duluan. Api kecemburuan dalam tatapannya semakin membara.Dari luar, Tirta memang terlihat sangat tenang. Namun di dalam hatinya, Tirta sudah memikirkan cara untuk memberi pelajaran kepada Resnu. Diam-diam, Tirta meletakkan tangannya di bawah meja dan mulai mengendalikan aliran energi perak di dalam tubuhnya.Di bawah kendali dari Tirta, penyu yang sudah dimasak hingga empuk tadi malah tiba-tiba bergerak.Resnu dan yang lain terus mengolok-olok Tirta d
Di sisi lain, Tirta menelepon Ayu setelah Idris dan Rasmi pergi. Setelah panggilan terhubung, Ayu yang sudah 2 hari tidak bertemu Tirta tentu merasa khawatir. Dia terus menanyakan kondisi Tirta.Tirta menjelaskan kondisinya dengan singkat, "Bi, Susanti terancam bahaya. Jadi, aku langsung naik pesawat untuk mencari Susanti. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Sekarang semuanya sudah aman."Tirta memberi tahu Ayu pemikirannya, "Aku berencana membawa Susanti menemuimu setelah dia bangun, lalu kita dan Bi Elisa langsung kembali ke Desa Persik. Kita tinggal di sana untuk beberapa waktu."Mendengar ucapan Tirta, Ayu yang khawatir bertanya, "Ha? Tirta, kalau kamu mau kembali ke Desa Persik, tentu saja aku dan Elisa nggak keberatan. Masalahnya, gimana caranya kamu menjelaskan pada Bu Bella?"Ayu menambahkan, "Bagaimana kalau Bu Bella mau ikut kita kembali ke Desa Persik? Aku rasa berdasarkan sifat Bu Bella, dia pasti nggak terima kalau tahu kamu punya banyak kekasih.""Aku yang akan jelaskan pada
"Aku rasa otakmu bermasalah karena terlalu lama tinggal di Provinsi Naru!" bentak Rasmi. Ucapannya menunjukkan dia tidak menyukai Tirta."Rasmi, kenapa kamu bicara seperti itu? Pak Tirta itu saudara Ayah. Bukannya sudah seharusnya kita bersikap hormat padanya? Lagi pula ...," sahut Idris.Idris berniat menceritakan pada Rasmi bahwa Tirta sudah membantunya menyelesaikan masalah mereka yang tidak bisa mempunyai keturunan.Namun, sebelum Idris selesai bicara, Rasmi menyela, "Apa? Aku nggak marah kalau nggak ungkit masalah itu! Ayah sudah pikun, makanya dia mengakui pemuda itu sebagai saudaranya."Rasmi melanjutkan, "Waktu Ayah menceritakan masalah ini padaku, aku sudah sarankan dia cepat batalkan keputusannya. Ayah pikun karena tua, masa kamu juga sama? Kalau waktu itu Ayah mengakui anak 3 tahun jadi saudaranya, apa kamu juga mau memuja anak kecil itu?"Rasmi menambahkan, "Aku nggak peduli! Apa pun caranya, kamu harus usir pemuda itu dari rumah kita secepatnya! Aku nggak mau tinggal di ho
Begitu melontarkan perkataannya, Marila baru merasa kurang pantas. Dia berbisik lagi dengan wajah memerah, "Pak Tirta, bukan itu maksudku. Jangan salah paham."Tentu saja Tirta tahu Marila tidak bermaksud seperti itu. Dia tertawa, lalu menanggapi, "Oke. Aku tunggu Bu Marila pulang setelah beli bahan obat-obatan."Sesudah itu, Tirta tidak mengatakan apa pun lagi. Mendengar perkataan Tirta, Marila baru merasa tenang. Kemudian, Marila berpamitan dengan Idris.Tirta merasa bosan saat menunggu Marila. Dia kembali ke kamar untuk menemani Susanti. Tirta duduk di samping tempat tidur. Pikirannya sangat kacau.Tirta mendesah dan bergumam, "Setelah Susanti bangun, aku bawa dia cari Bi Ayu, lalu langsung kembali ke Desa Persik. Kak Nabila, Kak Melati, Kak Arum, Kak Farida, dan lainnya pasti merindukanku."Sebenarnya sebelum Susanti tertimpa masalah, Tirta berencana pergi ke ibu kota setelah meninggalkan Provinsi Dohe. Namun, masalah ini terjadi.Tirta juga memahami satu hal. Dia memang bisa menge
"Aku nggak akan pergi lagi. Jangan tiduri aku, ya?" mohon Selina. Wajahnya memerah setelah mendengar ucapan Tirta.Selina berusaha menggerakkan pinggangnya untuk menjauhi sumber masalah itu. Napas Tirta yang hangat membuat wajah Selina merah padam.Tirta menegaskan, "Aku nggak peduli, pokoknya sekarang aku harus menidurimu sampai puas. Terserah kamu mau pergi atau tetap tinggal, aku tetap akan melakukannya!"Hasrat Tirta membara karena pinggang Selina terus bergerak. Dia segera mengerahkan 2 teknik. Yang pertama adalah Teknik Menghilang untuk menyembunyikan tubuhnya dan Selina. Yang kedua adalah Teknik Senyap untuk menutupi suara yang dikeluarkan Selina selanjutnya.Kemudian, Tirta langsung bersanggama dengan Selina. Sementara itu, Selina memelas, "Tirta ... jangan ... aku benci kamu ...."Biarpun mengeluh, tubuh Selina tetap terangsang. Jelas-jelas Tirta sudah melepaskannya, tetapi Selina tidak melepaskan Tirta dan tidak bergerak sedikit pun. Dia membiarkan Tirta memberinya kompensasi
Tirta menunggu sampai Selina berjalan keluar dari taman bunga kompleks tempat Idris tinggal. Dengan begitu, mereka berdua sudah menjauh dari pandangan Anton dan Yuli.Tirta baru maju dan berkata seraya memeluk Selina, "Bu Selina, aku tahu kamu pasti pergi bukan karena dipanggil atasan. Apa kamu punya masalah? Kamu bisa ceritakan padaku.""Aku nggak punya masalah. Pak Tirta, aku cuma ingin pulang untuk mengurus kasus. Selain itu, aku sudah merasa sangat bangga bisa mengenal tokoh hebat sepertimu. Aku nggak mau terus tinggal di sini dan mengganggu Pak Tirta," sahut Selina.Selina memohon, "Pak Tirta, tolong lepaskan aku. Kita berdua nggak punya hubungan apa pun. Kita lupakan masalah yang sudah berlalu."Mata Selina memerah. Dia berbicara sambil terisak dan ingin melepaskan Tirta.Sementara itu, Tirta yang merasa tidak berdaya mendesah dan menimpali, "Bu Selina, aku sudah paham. Kamu pasti merasa aku cuma berpura-pura dan mempermainkan perasaanmu setelah kamu tahu latar belakangku. Jadi,
Selain itu, perasaan Selina campur aduk saat melihat Tirta. Melihat ekspresi mereka yang terkejut, Idris tertawa dan bertanya, "Apa Pak Tirta nggak pernah beri tahu kalian?"Idris membatin, 'Pak Tirta sangat hebat. Biarpun nggak ada Pak Saba, Pak Tirta bisa mendekati petinggi negara yang lain asalkan dia mau.'Sayangnya, Idris sudah berjanji kepada Tirta tidak akan mengungkapkan kehebatannya. Kalau tidak, Idris akan menjadi pelindung Tirta dan memamerkan kehebatannya.Yuli masih merasa antusias. Bahkan, dia sangat bangga hingga memandangi Tirta seraya tersenyum lebar dan menjawab, "Nggak. Pak Tirta, kenapa kamu nggak beri tahu kami hal sepenting ini?"Sekarang Tirta terpaksa harus mengakuinya. Dia berdeham, lalu menanggapi dengan ekspresi tenang, "Karena aku merasa hal seperti ini nggak perlu diumbar. Aku juga nggak ingin memanfaatkan status Pak Saba untuk bertindak semena-mena."Kenyataannya memang seperti itu. Tirta tidak pernah berinisiatif mengatakan dirinya adalah saudara Saba.Yu
Tirta tertawa licik, lalu membalas, 'Oke. Kak, aku akan pergi. Nanti malam jangan berpikiran untuk menghabisiku lagi.'Kemudian, Tirta keluar dengan perasaan gembira. Dia melihat Idris yang antusias sedang duduk tegak sambil mengobrol dengan Marila, Yuli, dan Selina.Begitu Tirta keluar, Idris langsung berhenti bicara. Dia berdiri, lalu menyambut Tirta, "Pak Tirta ...."Yuli juga menghampiri Tirta dan menimpali sembari tersenyum, "Pak Tirta, apa kita bisa bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan padamu.""Ada apa? Tentu saja boleh," sahut Tirta.Yuli sangat senang melihat Tirta menyetujui permintaannya. Dia segera menarik Tirta kembali ke kamar. Namun, sebelum Yuli membawa Tirta masuk ke kamar, Anton yang keberatan menghentikan Yuli, "Aduh, berhenti! Yuli, kamu gila, ya? Kenapa kamu nggak langsung bertanya pada Pak Tirta di sini saja? Untuk apa kamu bawa dia ke kamar? Kamu kira ini rumahmu?"Anton berucap pada Tirta dengan ekspresi canggung, "Pak Tirta, begini. Ibunya Susanti ingin
Namun, bagian tubuh yang telah dipijat oleh Tirta terasa hangat dan nyaman, membuat Idris sangat rileks."Sudah beres. Pak Idris, masalahmu berasal dari kelelahan berkepanjangan ditambah dengan faktor bawaan, menyebabkan kondisi tubuhmu lebih lemah dari orang lain, makanya sulit menghasilkan sperma.""Dengan metode kedokteran barat, masalah seperti ini sangat sulit ditangani, bahkan sering kali tak terdeteksi.""Tapi di tanganku, ini bukan masalah besar. Kalau kondisi tubuh istrimu juga memungkinkan, aku jamin malam ini kamu bisa langsung tepat sasaran."Saat mengatakan itu, alis Tirta tiba-tiba berkerut. Dia baru teringat satu hal. Dia sudah berhubungan intim dengan begitu banyak wanita, tetapi sejauh ini belum ada satu pun yang hamil."Wah, terima kasih banyak, Pak Tirta! Kalau aku dan istriku benar-benar bisa punya anak, aku pasti akan undang kamu ke acara syukuran!"Idris yang tenggelam dalam euforia itu sama sekali tidak menyadari ekspresi aneh di wajah Tirta. Dia sangat bersyukur
"Pak Idris, kalau memang ada sesuatu, lebih baik berdiri dan bicarakan saja. Selama bukan hal yang melanggar nurani dan hukum, aku pasti akan bantu." Melihat keadaan itu, Tirta hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Benarkah? Kamu benaran bersedia membantuku, tanpa mengungkit kesalahan masa lalu? Tapi, permintaanku ini .... Aku ingin kamu membantuku dan istriku agar bisa punya seorang anak.""Kami sudah menikah 20 tahun, sampai sekarang belum juga punya keturunan. Aku dan istriku sudah pergi ke rumah sakit di seluruh negeri, tapi nggak ada yang bisa menemukan penyebab pastinya ...."Idris akhirnya berdiri dari lantai, tetapi suaranya masih penuh emosi dan sedikit tidak percaya. Dia merasa Tirta yang seperti dewa hidup pasti sulit didekati dan tak mudah diajak bicara. Itu sebabnya, sikapnya terhadap Tirta sangat sungkan."Kenapa nggak? Pak Idris, kamu dan Bu Marila sudah susah payah membantuku mencari Susanti. Aku tentu harus membantumu semaksimal mungkin.""Lagi pula, sekalipun buka