Tanpa menunggu persetujuan dari Arum, Nabila menariknya masuk ke sebuah toko pakaian bermerek. Karena pakaian Arum telah bolong, Nabila berinisiatif memilihkan pakaian untuknya. Ini adalah pertama kalinya Arum masuk ke toko mewah seperti ini. Dia tampak sangat canggung.Sikap Nabila juga tidak kalah canggungnya dari Arum. Harga pakaian di sini dimulai dari puluhan juta, ada juga yang bahkan mencapai miliaran. Agar mereka tidak dipandang rendah oleh orang, Tirta memanggil seorang pelayan toko dan berkata, "Beli salah satu yang harganya miliaran, kalian bawa mereka berdua untuk coba baju.""Ba ... baik, Pak! Nona-nona sekalian, silakan coba semua baju di sana!"Setelah selesai membayar, tatapan pelayan toko terhadap Nabila dan Arum pun berubah menjadi sangat kagum."Terima kasih, suamiku. Kalau begitu aku nggak sungkan lagi ya!" Melihat Tirta yang begitu murah hati, Nabila merasa kegirangan. Dia bahkan memanggil Tirta sebagai "suamiku" di depan umum."Terima kasih, suamiku ...." Lantaran
Pelayan toko itu merasa kesal mendengar Tirta mengatakan dada dan bokong pacarnya bahkan lebih besar daripada dirinya yang berusia 28 tahun ini. Dalam hatinya memaki, 'Anak muda zaman sekarang pintar sekali membual?'Terlebih lagi setelah mendengar Tirta mengatakan hendak membeli ratusan set, dia sontak tertawa. "Nak, sepertinya kamu bahkan belum cukup umur, 'kan? Kamu tahu nggak, berapa harga pakaian dalam di sini? Bahkan gaji pekerja biasa selama sebulan saja belum tentu sanggup membelinya!""Kalau mau beli ratusan set itu setidaknya butuh ratusan juta. Dari mana uangmu mau beli?" tanya pelayan toko.Tampang Tirta memang masih sangat muda. Ditambah lagi dia tidak memiliki aura orang kaya, wajar saja jika dia diremehkan orang. "Baru ratusan juta saja .... Dinilai dari gayamu tadi, kukira harganya entah semahal apa," ejek Tirta sambil tertawa. Setelah punya banyak uang sekarang, dia juga jadi lebih percaya diri."Bilang saja kamu mau jual apa nggak. Kalau nggak mau jual, ya sudah," pu
Namun, Lilies tidak memperhatikan bahwa ekspresi Irman tampak sangat panik saat mendengar hal itu."Bocah sialan, aku nggak akan perhitungan denganmu. Cepat minta maaf sama pacarku, lalu enyah dari sini! Kalau nggak, jangan salahkan aku nggak sungkan-sungkan!"Melihat Tirta yang bisa langsung menilai giok pemberiannya itu adalah barang palsu, Irman marah besar dan ingin mengusir Tirta. Dia tidak ingin Tirta menemukan kejanggalan lainnya."Kamu dengar itu? Kalau pacarku sampai marah, akibatnya bakal sangat parah! Masih nggak mau minta maaf dan keluar?" Lilies merasa puas melihat ada yang berpihak padanya. Ucapannya juga menjadi sangat sombong."Aku nggak salah, kenapa harus minta maaf?" tanya Tirta dengan tenang."Kamu memfitnah pacarku dan mengataiku bodoh. Menurutmu itu salah nggak?" teriak Lilies yang merasa difitnah."Aku cuma bicara fakta. Kamu memang bodoh. Bukan cuma bodoh, yang lebih mengerikan lagi, dadamu rata!" timpal Tirta dengan nada datar."Kamu ... masih berani maki aku?"
"Ke ... kenapa kamu memukulku ...." Lilies yang ditampar merasa murka sekaligus malu. Namun, ketika melihat Nabila mengenakan pakaian mahal, dia tidak berani melawan karena bisa menebak Nabila bukan orang biasa."Huh! Kenapa memangnya? Siapa suruh kamu menindas pacarku?" Setelah bereaksi kembali, Nabila tahu dirinya sudah ceroboh. Namun, Lilies memang harus diberi pelajaran karena menindas Tirta. Nabila tidak menyesali perbuatannya.Meskipun Arum tidak berbicara, bisa dilihat bahwa dia menyetujui tindakan Nabila. Sementara itu, Tirta tidak bisa menahan senyuman saat melihat Nabila yang seperti harimau kecil. Dia bergumam, "Wanita ini makin hebat saja.""Irman, lihat! Dia mengejekku!" Ketika mendengar Tirta meledeknya, Lilies menjadi makin kesal. Dia hanya bisa menaruh harapan pada pacarnya yang merupakan anak orang kaya. Dia berharap Irman bisa membalaskan dendamnya."Lilies, sudahlah. Lagian, memang kita yang salah," ujar Irman. Dia awalnya sangat sombong, tetapi sekarang menjadi kehi
"Bukan masalah, yang penting uangnya kembali. Lanjutkan saja pekerjaanmu," sahut Tirta sambil melambaikan tangannya. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa."Baik, Pak. Kalau ada masalah, hubungi saja aku. Aku siap membantu kapan saja." Staf membungkuk dan meninggalkan kartu nama, lalu kembali bekerja."Tirta, kenapa kamu ceroboh sekali? Kamu kira uang itu daun?" tegur Nabila."Tirta, lain kali harus hati-hati kalau beli barang," ujar Arum untuk memperingatkan.Tirta menggaruk kepalanya sambil tersenyum. Sementara itu, Lilies terkejut. "Gimana bocah ini bisa punya uang sebanyak itu ...."Lilies semula mengira Tirta dihidupi oleh Nabila, tetapi ternyata pemikirannya ini salah. Yang benar-benar kaya adalah Tirta! Dilihat dari gaya Tirta, uang 20 miliar bahkan seperti tidak bernilai!Ketika teringat bagaimana dirinya memaki dan menghina Tirta barusan, Lilies merasa dirinya sangat bodoh. Wajahnya sampai memerah!Setelah dipikir-pikir, Tirta memang datang untuk membeli pakaian
Nabila tidak tahu bahwa Tirta masih punya wanita lain. Jadi, dia mengira semua pakaian dalam seksi itu untuknya. Bagaimana bisa dia menghabiskan lebih dari 100 pakaian dalam seksi itu? Ketika saat itu tiba, bukankah Tirta akan seperti kuda liar yang tak terkendalikan?Tirta tahu bahwa Nabila sudah salah paham. Namun, dia tidak bisa menjelaskan sehingga hanya tersenyum mesum. Nabila pun berkata, "Aduh, Tirta, kamu menyebalkan sekali!"Nabila merasa malu sekaligus kesal. Sementara itu, Arum merasa lucu melihat tingkah Tirta. Ketika melihat pakaian dalam seksi di dalam toko, wajah Arum pun memerah. Dia bergumam, "Tirta ini ... terlihat polos, tapi ternyata ...."Arum adalah orang yang sangat tertutup. Jika menyuruhnya memakai pakaian dalam seperti itu, dia pasti tidak akan berani!Namun, Arum tidak akan menyangka bahwa suatu hari nanti, dia akan memakai pakaian dalam seksi di dapur dan terbang ke awang-awang bersama Tirta ....Ketika Arum masih merasa terkejut, Nabila membentak Tirta, "Ti
"Tentu saja! Kak Arum sendirian dan masih asing dengan lingkungan di desa. Aku tentu harus menemaninya. Aku akan tidur dengan Kak Arum malam ini. Aku nggak akan mencarimu lagi," sahut Nabila sambil mengerlingkan mata.Nabila tahu apa yang dipikirkan Tirta. Kemarin, seluruh tulangnya hampir remuk dibuat Tirta. Dia bahkan masih merasa sakit hari ini. Itu sebabnya, Nabila menolak untuk bercinta malam ini."Nabila, Tirta, maaf sudah merepotkan kalian. Setelah vila kalian selesai dibangun, aku akan bangun ladang sayur dan kolam supaya bisa masak makanan enak untuk kalian setiap hari!" ujar Arum yang merasa agak malu.Arum merasa sangat tidak enak hati karena Tirta dan Nabila begitu merawatnya, padahal dia tidak melakukan apa-apa untuk mereka. Jadi, cara terbaik untuk membalas kebaikan mereka adalah membuatkan masakan enak setiap hari."Oke, kami akan menantikannya." Selesai berbicara, Tirta pun masuk ke mobil.Dalam perjalanan pulang, Tirta mendapat panggilan dari Ayu. "Tirta, kamu sudah de
"Kamu memanggilnya Pak? Dia cuma bocah tengik! Aku bibinya! Masa aku harus terus menunggu di sini? Kurang ajar sekali!" bentak Elvi sambil menunjuk Farida dengan angkuh."Elvi, kamu sudah lama nggak datang ke desa, bahkan selalu menghindar dari Tirta. Sekarang kamu malah membuat keributan karena dia mau membangun rumah. Apa maksudmu?" Agus yang berada di tengah-tengah kerumunan tiba-tiba maju untuk bersuara.Kini, Tirta adalah calon menantu Agus. Dia tentu harus membela calon menantunya!"Apa urusanmu? Kamu kira jadi kepala desa sudah hebat? Kamu kira kamu bisa ikut campur urusan keluargaku?" Elvi sama sekali tidak takut. Dia bahkan menunjuk Agus dan menghardiknya."Dasar wanita gila! Kamu kira aku ingin meladeni orang sepertimu?" sahut Agus. Dia tidak mungkin berdebat dengan Elvi di depan publik seperti ini. Nama baiknya akan tercoreng! Jadi, dia kembali ke kerumunan."Huh! Kamu kira aku mau meladenimu? Sekalipun dewa turun dari langit, mereka juga nggak berhak ikut campur urusan kelu
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu
"Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir
Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak
Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang
Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den
Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai
Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati
Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg
Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di