Share

Bab 206

Author: Hazel
"Kalau begitu ayo lepas. Biar kuperiksa bajumu dan kamu periksa bajuku!"

Pandangan Tirta yang tajam langsung menyadari keanehan pada sorot mata Ghafar. Dia mengira Ghafar pasti tidak akan berani membiarkannya memeriksa bajunya. Apa yang mau dilakukan Ghafar sebenarnya?

Dengan menggunakan mata tembus pandang, Tirta melihat dengan jelas bahwa Ghafar sudah menyembunyikan kartu di tangannya! Jika dia memberikan bajunya kepada Ghafar, pasti Ghafar akan menuduhnya menyembunyikan kartu!

Tirta segera memanfaatkan kesempatan itu, berpura-pura menyerahkan bajunya!

"Haha, coba kuperiksa siapa yang sebenarnya menyembunyikan kartu!" Melihat Tirta jatuh ke dalam perangkapnya, Ghafar berpikir, 'Bocah, kamu berani melawanku dengan trik rendahan begini? Naif sekali!'

Namun sebelum tangan Ghafar menyentuh baju Tirta, Tirta tiba-tiba mengambil dadu yang ada di meja dan memantulkannya seperti peluru. Dadu itu tepat mengenai titik di pergelangan tangan Ghafar yang menyembunyikan kartu!

"Ah!" Tiba-tiba tang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
hans
***** mantap lanjut
goodnovel comment avatar
cv. sikuman
sayang sekali babnya terlalu pendek padahal seru ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 207

    "Aku benar-benar bukan sengaja mau bawa dia datang ke sini untuk permalukan Bos!""Dasar nggak berguna! Tahunya buat aku repot saja!" maki Ghafar. Ingin sekali rasanya dia menendang Ehsan sampai mati sekarang.Setelah itu, dia membentak bawahannya, "Bawa pecundang ini keluar dan patahkan kaki dan tangannya! Kalau aku lihat dia masuk ke sini lagi, kalian yang harus tanggung jawab!""Baik, Bos!" Melihat bos mereka naik pitam, para bawahannya juga tidak peduli lagi terhadap Ehsan yang meminta ampun. Setelah menghajarnya hingga babak belur, mereka menyeret Ehsan keluar dari kasino."Argh ... bocah sialan! Semua ini gara-gara kamu! Aku nggak akan lepaskan kamu!" teriak Ehsan saat diseret keluar dengan kondisi babak belur."Huh, mau balas dendam? Kamu nggak akan punya kesempatan lagi." Tirta sama sekali tidak takut terhadap ancamannya. Sebaliknya, dia menoleh pada Ghafar."Bos Ghafar, sesuai aturanmu, bukankah seharusnya kamu kasih aku semua uangmu itu? Lalu, bukannya jarimu juga harus dipot

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 208

    "Wah, sombong sekali. Kamu kira hanya mereka saja sanggup melawanku?" kata Tirta sambil tertawa sinis. Dia sama sekali tidak peduli dengan Ghafar yang marah."Kamu kira kamu bisa melawan bawahanku sendirian dengan membawa dua wanita ini?" tanya Ghafar sambil menatap Tirta dengan tatapan remeh."Bos, biar kuhadapi bocah ini! Kalau nggak bisa mengalahkannya, Bos nggak perlu turun tangan. Aku yang akan lumpuhkan kaki dan tanganku sendiri!" Entah sejak kapan, Hafid telah mengajukan diri dengan mengambil sebuah pisau."Hehe, oke. Kamu maju saja," jawab Ghafar.Hafid bukan hanya mahir dalam melakukan kecurangan, tetapi juga merupakan seorang petarung yang handal. Ada banyak utang judi yang sulit ditagih, akhirnya berhasil dia selesaikan."Terima kasih, Bos!" Melihat Ghafar telah menyetujuinya, Hafid tersenyum meringis sambil menyerbu ke arah Tirta. "Bocah sialan, lihat saja kamu masih bisa sesombong itu nggak! Berlututlah!"Hanya beberapa langkah lagi, pisau tajam di tangan Hafid sudah hampi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 209

    "Nggak ... kami nggak berani. Kak, bukan, Tuan, Anda cepat pergi saja! Sebentar lagi Bos kami akan datang bawa pistol!" ucap seorang bawahan yang cerdas.Orang itu tidak ingin tewas di tangan Tirta, juga tidak ingin Tirta membawa kabur uang mereka. Oleh karena itu, dia menggunakan pistol untuk menggertak Tirta."Tirta, gimana kalau kita pergi saja .... Punya uang memang bagus, tapi nyawa lebih berharga," bujuk Arum."Tirta, sudahlah. Kita pergi saja dari sini ...," timpal Nabila yang juga ketakutan ketika mendengar Ghafar akan mengambil pistol. Sehebat apa pun kemampuan bertarung Tirta, Nabila tetap tidak ingin mengambil risiko."Nggak apa-apa. Kalaupun dia punya pistol, bukannya sama saja nggak berguna kalau nggak bisa dipakai?" Tirta tentu tidak akan pergi begitu saja tanpa melakukan apa pun.Setelah berpikir sejenak, dia langsung menemukan ide bagus. Saat Ghafar keluar nanti, dia akan mengambil sebuah kartu dan melemparkannya untuk memotong tangan Ghafar. Dengan begitu, bukankah sem

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 210

    "Siapa wanita ini? Berani sekali memandang rendah bos kami?" Melihat aura Naura yang begitu berwibawa, para bawahan Ghafar semakin gentar."Tirta, dia ...." Melihat kecantikan Naura, Nabila merasa agak cemburu."Temanku. Aku pernah menolong ayahnya. Kamu jangan banyak pikir, kami nggak ada hubungan apa pun," jelas Tirta. Hati Nabila jadi semakin lega setelah mendengar penjelasannya. Namun, melihat sikap Naura yang tampak keren, Nabila tetap merasa agak iri dan kagum.Pada saat itu, Ghafar kebetulan keluar dari ruang dalam sambil membawa pistol. Dia sudah mendengar suara Naura dari tadi. Emosinya semakin memuncak! Ghafar yang sudah bertahun-tahun menjadi bos di dunia mafia, hari ini harus menghadapi begitu banyak orang yang datang untuk menginjak-injaknya?Mana mungkin dia tidak emosi menghadapi semua ini? Ghafar langsung mengarahkan pistol ke Tirta dan Naura sambil tersenyum dingin."Nak, kamu kira kamu siapa berani ikut campur urusanku? Segera bawa orangmu untuk keluar. Kalau nggak, j

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 211

    "Aku nggak mau kompensasi, aku cuma mau dia menepati janjinya. Berikan semua uang yang kumenangkan padaku, lalu potong satu jarinya. Mengenai masalah dia menyinggung Bu Naura, menurutku ini hal yang lumayan serius. Sebaiknya dipenjara 10 tahun," balas Tirta setelah berpikir sejenak.Ghafar tadi sangat angkuh sampai hendak mengancam Nabila dan Arum. Tirta tentu tidak akan melepaskannya begitu saja."Bu Naura, nggak perlu sampai separah itu, 'kan?" Mendengar penuturan Tirta, wajah Ghafar semakin pucat. Kali ini dia benar-benar rugi besar, bahkan mengorbankan keselamatannya."Ghafar, dari perbuatan yang kamu lakukan ini, menurutku hukuman itu nggak terlalu berat. Kalau kamu nggak puas, aku akan bawa kamu temui ayahku. Biar dia saja yang ambil keputusan. Gimana?" Naura juga tentunya berpihak pada Tirta."Nggak ... nggak usah. Anggap saja aku sial hari ini." Ghafar tahu betul apa yang telah dia lakukan, jadi dia hanya bisa menerima kekalahan dengan patuh. Tanpa perlu berkata apa pun, Tirta

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 212

    "Kak Arum, kamu nggak mau di kota saja?" tanya Nabila. Tentu saja, dia tidak beranggapan bahwa Arum ingin mengikuti Tirta demi uang."Nggak, nggak ada lagi yang kurindukan dari tempat ini," jawab Arum sambil tersenyum getir. "Toko sudah digadai, beberapa hari lagi waktu tenggatnya sudah tiba. Adikku yang nggak berguna itu ... aku juga nggak bisa urus dia lagi.""Aku merasa kalian ini orang baik. Sudah bertahun-tahun nggak ada orang yang melindungiku seperti yang kalian lakukan," timpal Arum sambil meneteskan air mata. Jika bukan karena bertemu Tirta hari ini, dia sudah pasti akan ditangkap oleh Ehsan untuk melunasi utang."Tirta, Kak Arum kasihan juga. Kalau nggak, biarkan saja dia ikut kita ke desa." Sesama wanita memang lebih sensitif, Nabila merasa sangat simpati terhadap Arum."Bisa saja kalau kamu mau ikut kami ke desa. Tapi, sekarang ini nggak ada tempat tinggal untuk Kak Arum," balas Tirta."Ini ... gimana kalau nginap di rumahku dulu?" usul Nabila setelah berpikir sejenak."Nan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 213

    Tanpa menunggu persetujuan dari Arum, Nabila menariknya masuk ke sebuah toko pakaian bermerek. Karena pakaian Arum telah bolong, Nabila berinisiatif memilihkan pakaian untuknya. Ini adalah pertama kalinya Arum masuk ke toko mewah seperti ini. Dia tampak sangat canggung.Sikap Nabila juga tidak kalah canggungnya dari Arum. Harga pakaian di sini dimulai dari puluhan juta, ada juga yang bahkan mencapai miliaran. Agar mereka tidak dipandang rendah oleh orang, Tirta memanggil seorang pelayan toko dan berkata, "Beli salah satu yang harganya miliaran, kalian bawa mereka berdua untuk coba baju.""Ba ... baik, Pak! Nona-nona sekalian, silakan coba semua baju di sana!"Setelah selesai membayar, tatapan pelayan toko terhadap Nabila dan Arum pun berubah menjadi sangat kagum."Terima kasih, suamiku. Kalau begitu aku nggak sungkan lagi ya!" Melihat Tirta yang begitu murah hati, Nabila merasa kegirangan. Dia bahkan memanggil Tirta sebagai "suamiku" di depan umum."Terima kasih, suamiku ...." Lantaran

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 214

    Pelayan toko itu merasa kesal mendengar Tirta mengatakan dada dan bokong pacarnya bahkan lebih besar daripada dirinya yang berusia 28 tahun ini. Dalam hatinya memaki, 'Anak muda zaman sekarang pintar sekali membual?'Terlebih lagi setelah mendengar Tirta mengatakan hendak membeli ratusan set, dia sontak tertawa. "Nak, sepertinya kamu bahkan belum cukup umur, 'kan? Kamu tahu nggak, berapa harga pakaian dalam di sini? Bahkan gaji pekerja biasa selama sebulan saja belum tentu sanggup membelinya!""Kalau mau beli ratusan set itu setidaknya butuh ratusan juta. Dari mana uangmu mau beli?" tanya pelayan toko.Tampang Tirta memang masih sangat muda. Ditambah lagi dia tidak memiliki aura orang kaya, wajar saja jika dia diremehkan orang. "Baru ratusan juta saja .... Dinilai dari gayamu tadi, kukira harganya entah semahal apa," ejek Tirta sambil tertawa. Setelah punya banyak uang sekarang, dia juga jadi lebih percaya diri."Bilang saja kamu mau jual apa nggak. Kalau nggak mau jual, ya sudah," pu

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1390

    Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1389

    Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1388

    "Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1387

    Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1386

    Duar!Mendengar itu, Hafiz langsung merasa jantungnya seperti ditusuk, seakan-akan petir menyambar di siang bolong, menggema dalam benaknya. Bahkan, napasnya pun tertahan sejenak!'Petinggi ibu kota .... Aku bersusah payah selama seluruh hidupku, tapi hanya bisa menjadi bawahan kelas menengah di Provinsi Naru!''Apa aku punya kemampuan untuk menarik dukungan dari orang sehebat itu di ibu kota? Jangan-jangan bocah ini keturunan dari salah satu bos besar di sana?'Begitu pikiran itu muncul, wajah Hafiz menjadi semakin pucat, seolah-olah dadanya ditimpa sesuatu. Ketakutan dalam hatinya bahkan lebih dahsyat daripada rasa sakit dari jarinya yang remuk."Pak Tirta, Bu Susanti baik-baik saja, 'kan?" Saat itu, Marila bergegas menghampiri Tirta. Melihat Tirta tidak mengalami cedera, dia pun merasa lebih lega. Namun, begitu melihat ekspresi Susanti yang kacau, wajahnya menegang."Susanti nggak mengalami luka serius, tapi dia sangat syok. Tolong bantu aku carikan tempat yang tenang dan tak tergan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1385

    Ternyata Marila dan Idris membawa anggota kemari. Orang yang ikut Idris turun memegang senapan. Sebelum helikopter mendarat, orang itu sudah membidik Hafiz. Jadi, Hafiz tidak bisa kabur lagi.Hafiz terpaksa maju dan menyambut Idris sambil tersenyum, "Pak Idris ... kenapa kamu naik helikopter datang ke sini?"Hafiz tahu identitas dan latar belakang Idris. Bahkan, bisa dibilang alasan utama Hafiz ingin kabur belakangan ini adalah tindakan Idris untuk membasmi kejahatan sangat mengerikan.Sekarang Hafiz langsung menghadapi Idris. Dia hanya bisa berbohong untuk melewati pemeriksaan Idris.Idris merasa geram saat melihat Hafiz yang sangat jahat. Ekspresinya sangat muram. Dia mencibir, lalu menyahut, "Hafiz, menurutmu apa alasannya? Tentu saja aku datang karena kamu, orang jahat yang tersisa di Provinsi Naru!"Tentu saja Hafiz tidak ingin mengakui perbuatannya. Dia malah berlutut di tanah dan berpura-pura menangis sambil bicara, "Pak Idris, jangan bilang begitu. Itu cuma rumor, aku nggak per

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1384

    Melihat Hafiz kabur, para bawahan yang panik ingin membuang senjata mereka dan mengejar Hafiz. Mereka berkomentar."Bos ... kabur! Sialan!""Sialan! Biarkan saja. Setelah mendapatkan uang, kita juga bisa bersenang-senang di luar negeri!"Kemudian, seorang pria paruh baya yang cukup berpengaruh maju. Tampak bekas goresan pisau di wajahnya dan dia hanya mempunyai satu mata.Pria itu berteriak, "Teman-teman, nggak ada gunanya kalau cuma beberapa orang yang menembak! Kita tembak dia sama-sama! Nggak masalah kalau mati! Kalau masih hidup, kita lanjut minta uang!"Begitu pria tersebut bersuara, semua orang pun setuju. Mereka membidik Tirta. Terdengar suara tembakan beruntun bak suara petasan."Mantra Perisai Cahaya Emas!" seru Tirta. Dia sedikit gugup saat menghadapi situasi seperti ini.Tirta bukan takut pada peluru, tetapi dia takut Susanti terluka. Tirta segera membentuk segel tangan, lalu lapisan cahaya yang tak terlihat secara kasatmata melindungi Tirta dan Susanti. Semua peluru diadang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status