Share

Bab 196

Author: Hazel
last update Last Updated: 2024-07-05 20:35:17
Begitu Hafid beraksi, peralatan judi sontak bergetar dengan kencang hingga hanya terlihat sisa bayangan.

"Hafid sudah turun tangan. Aku rasa bocah itu akan kalah!"

"Benar. Keterampilan judi Hafid nggak usah diragukan lagi. Kudengar, dia bisa mendapat poin yang diinginkan hanya dengan mengocok dadu asal-asalan!"

"Hais, Hafid nggak seharusnya mengocok dadu. Enam belas miliar itu pasti akan melayang!"

Kerumunan di belakang Tirta tak kuasa menghela napas dan menyayangkan kekalahan Tirta.

"Tirta, kali ini kita bisa menang nggak?" Ketika melihat gerakan tangan Hafid yang terampil, kedua wanita itu mulai merasa cemas.

"Seharusnya bisa." Tirta juga merasa ragu. Meskipun agak lambat saat mengocok dadu, setidaknya Tirta bisa mengontrol jumlah yang diinginkan. Kini, dadu sudah berada di tangan orang lain.

"Seharusnya bisa? Sebenarnya bisa atau nggak?" gumam Nabila yang merasa gugup. Siapa pun akan merasa gugup karena taruhan kali ini bernilai 16 miliar.

"Hehe. Jangan dengarkan omong kosong mereka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 197

    "Pilih kecil? Hahaha! Kamu sudah pasti kalah!" Hafid tahu bahwa tidak peduli apa pilihan Tirta, dirinya sudah pasti akan menang. Jadi, dia langsung mengangkat kaleng untuk menunjukkan dadu di dalam."Lihat baik-baik! Jumlahnya sama! Maaf sekali, dewa keberuntungan nggak memihakmu lagi." Tanpa melihat dadu di atas meja, Hafid langsung menyalakan sebatang rokok dengan santai."Sebentar, kamu yakin kamu menang?" Tirta merasa lucu melihat penampilan Hafid yang dipenuhi kepercayaan diri. Dia pun bersandar di kursi sambil tersenyum sinis."Mana mungkin aku salah." Hafid terkekeh-kekeh. Dia yang mengocok dadu, jadi sudah pasti dirinya yang menang."Hafid, lihat baik-baik dulu. Jelas-jelas dia yang menang. Jumlah dadunya nggak sama lho.""Ya, kamu ini gimana saja? Jelas-jelas sudah kalah, tapi masih menyebut diri sendiri menang."Kerumunan di belakang ingin mentertawakan Hafid, tetapi tidak berani. Jadi, mereka hanya bisa menatapnya dengan ekspresi aneh.Kali ini, mereka sungguh terkagum-kagum

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 198

    "Dik, kamu terlalu meremehkanku. Aku sudah berjudi sejak 6 tahun. Sampai sekarang, aku sudah bermain 20 tahun! Selama bertahun-tahun ini, hanya beberapa yang bisa mengalahkanku. Tapi, itu bukan berarti aku lemah. Kalau kamu menang kali ini, aku akan mundur dari industri ini," ujar Hafid.Wajahnya sampai memerah karena ucapan Tirta. Dia kalah 3 kali berturut-turut dari amatiran seperti Tirta. Bisa dibayangkan, betapa kesalnya Hafid karena masalah ini."Astaga, bocah ini luar biasa. Dia sampai membuat Hafid melontarkan perkataan seperti itu!""Jangan menyebutnya bocah. Dia jelas-jelas dewa judi. Aku rasa dia bakal menang lagi!"Kerumunan berdiskusi dengan lirih dan semua memihak pada Tirta."Aku nggak peduli kamu mau pensiun atau nggak. Aku cuma mau uangmu. Pokoknya kamu harus mengaku kalah kalau memang kalah. Ayo, tunjukkan dadunya," desak Tirta yang menegakkan tubuh."Siapa takut? Kali ini, aku pasti .... Sial! Kok bisa besar! Jelas-jelas kecil kok! Apa yang terjadi? Situasi macam apa

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 199

    Arum berpikir, seandainya adiknya yang tidak berguna itu memiliki setengah kemampuan Tirta, mana mungkin dia akan kalah setelak itu?"Dasar nggak berguna! Kamu kalah telak! Gimana kamu akan menjelaskannya kepada Bos?" tegur Ehsan yang merasa senang di atas penderitaan Hafid."Aku nggak percaya kamu bisa menang terus. Kamu pasti main curang! Cepat katakan, kamu main curang nggak!" pekik Hafid dengan mata memerah. Dia bahkan melompat ke atas meja. Saking emosinya, dia sampai tidak bisa mendengar hinaan Ehsan."Kamu yang mengocok dadu tadi. Aku nggak menyentuhnya sedikit pun. Jadi, gimana aku bisa main curang? Aku cuma beruntung. Tadi kamu sudah berjanji. Kamu nggak bakal ingkar janji, 'kan?" balas Tirta sambil tersenyum tipis."Aku nggak bilang mau ingkar janji. Aku cuma mau tahu, gimana kamu bisa menang secara berturut-turut begini?" jelas Hafid."Apa yang harus ditanyakan? Dia sama sekali nggak pegang dadunya. Kamu yang mengocok sendiri. Masa nggak mau mengaku kalah?""Kamu mau bersika

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 200

    "Wow! Bos Ghafar mengerikan sekali! Dia langsung bertaruh besar!""Seratus miliar? Aku nggak pernah mendengar taruhan sebesar ini!""Bos Ghafar nggak tahan lagi, makanya turun tangan sendiri! Dia akan mengambil kembali semua uangnya!""Kudengar, Bos Ghafar hanya pernah kalah sekali dalam hidupnya. Selain itu, dia menang terus!""Bos Ghafar akan menjadi lawan yang sulit untuk pemuda itu!"Begitu Ghafar melayangkan tantangan, suasana langsung menjadi heboh. Mereka sangat penasaran siapa yang akan menjadi pemenangnya!'Bos kasino ini pasti lebih hebat dari Hafid. Entah tipu muslihat seperti apa yang akan dimainkannya,' batin Tirta sambil merenung.Pada akhirnya, Tirta mengangguk dan menyetujui, "Seratus miliar per ronde? Boleh saja. Tapi, aku nggak melihat uangmu. Kamu nggak mugkin bermain tanpa uang, 'kan?"Jantung Nabila dan Arum seketika berdetak kencang mendengar Tirta menyetujuinya. Hanya saja, mereka tidak bersuara karena memercayai kemampuan Tirta."Hehe, tenang saja. Uang di kasin

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 201

    "Tirta, kamu telepon siapa?" Pendengaran Nabila sangat tajam. Begitu mendengar suara wanita dari telepon, dia langsung menanyakannya kepada Tirta."Kamu tenang saja, aku nggak kenal dekat dengannya. Cuma suruh dia datang untuk membantu," ujar Tirta setelah melihat Nabila yang agak cemburu."Benarkah?" Nabila tentu saja tidak percaya. Baginya, Tirta adalah pria yang sangat hebat sekarang. sekarang. Oleh karena itu, dia sangat takut Tirta akan direbut wanita lain."Bos, uang yang kamu minta sudah datang!" Pada saat itu, para penjudi segera bubar ketika orang yang mengambil uang untuk Ghafar kembali. Belasan orang yang terbagi menjadi dua kelompok muncul berturut-turut dengan membawa koper kulit berukuran besar."Letakkan saja," perintah Ghafar."Di setiap koper ini ada 20 miliar, total semua koper di sini ada 200 miliar. Hampir semua ini adalah harta yang kukumpulkan selama bertahun-tahun berbisnis. Hari ini kukeluarkan semuanya untuk bermain denganmu!"Ghafar menghentikan percakapan ant

    Last Updated : 2024-07-26
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 202

    "Kamu yakin?" Ghafar tetap merasa waswas terhadap orang asing."Aku yakin, Bos. Orang itu adalah kakak Daud, aku tahu semuanya tentang dia. Dia nggak pernah berjudi sama sekali," jawab Ehsan."Baiklah, kalau begitu suruh dia yang bagikan kartu," balas Ghafar menyetujuinya."Tirta .... Aku nggak bisa bagi kartu, gimana kalau kartu yang kubagikan itu membuatmu kalah?" Mendengar dirinya yang ditetapkan untuk membagikan kartu, Arum merasa sangat gugup hingga hampir saja menangis.Perjudian kali ini bernilai 100 miliar! Jika dia sampai membuat Tirta kalah, Arum tidak akan bisa ganti rugi sama sekali!""Nggak masalah kalau kalah. Lagian uang ini juga kudapatkan cuma-cuma," ujar Tirta dengan tak acuh."Tirta, aku ... nggak bisa. Gimana kalau Nabila yang bagi kartunya?" tolak Arum."Aku juga nggak bisa, aku nggak tahu caranya ...," pinta Nabila dengan ragu-ragu."Dia sudah pasti nggak boleh! Kamu saja yang bagikan kartunya!" Ehsan mengetahui bahwa Nabila adalah pacar Tirta, sehingga dia menola

    Last Updated : 2024-07-26
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 203

    "Nggak apa-apa, Kak. Tenang saja!" ujar Tirta lagi sambil menepuk pundaknya saat melihat Arum terkejut."Ya ... aku akan tenang!" Tiba-tiba, muncul sebuah pemikiran dalam benak Arum! Tirta yang mengocok kartu ini dengan menggunakan tangannya! Meski Arum sendiri tidak mengerti bagaimana caranya, dia tahu ini bukan waktunya untuk menanyakan hal tersebut.Pada akhirnya, dia bersikap kooperatif untuk mengocok kartu itu. Dengan kerja sama antara kedua orang itu, Ghafar sama sekali tidak bisa menemukan kejanggalannya.Tak lama kemudian, Tirta mulai berkeringat. Ternyata cukup menguras tenaga baginya untuk mengendalikan tangan orang lain dengan energi perak! Sepertinya dia harus banyak berhubungan badan lagi setelah pulang nanti untuk menambah energi."Sudah selesai ... apa sudah boleh dibagikan?" tanya Arum dengan gugup setelah tangannya berhenti."Bos Ghafar, gimana kalau kamu mulai duluan?" tanya Tirta yang berpura-pura gugup."Hehe, ambil satu kartu saja. Siapa yang kartunya lebih besar b

    Last Updated : 2024-07-26
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 204

    Hanya terlihat dua kartu di tangan Ghafar, satu adalah dua klub, dan satunya lagi adalah as wajik. Kedua kartu ini hanya berjumlah tiga poin! Bahkan tanpa kecurangan sekalipun, Ghafar tidak pernah mendapatkan kartu sekecil ini seumur hidup.Tidak mungkin dia bisa menang dari Tirta jika menggunakan kartu sekecil ini!"Bos Ghafar, kenapa wajahmu kelihatannya buruk sekali? Apa kartumu juga nggak bagus?" tanya Tirta yang berpura-pura tidak tahu."Hehe, kamu terlalu banyak pikir, Nak. Kartuku bagus sekali kok!" Begitu ditanyakan oleh Tirta, Ghafar langsung merubah raut wajahnya.Hanya dengan kemampuan mengubah ekspresi ini saja, Tirta merasa salut terhadap Ghafar.Setelah itu, Ghafar terlihat seperti menutup kedua tangannya dengan santai. Dia sedang menyembunyikan kartunya itu seolah-olah takut terlihat oleh orang lain. Namun, di sudut yang tidak terlihat oleh orang lain, Ghafar diam-diam mengganti kartunya dengan kartu yang disembunyikan di lengan bajunya.Semua ini terjadi begitu cepat, b

    Last Updated : 2024-07-26

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 945

    Di sisi lain, di dalam kantor polisi.Wali Kota Hamza, Pinot, bersama dengan kepala kepolisian, Ladim, duduk dengan santai di aula utama. Mereka mulai bertanya kepala polisi yang berjaga di depan, Niko."Kapan atasan kalian keluar? Cuma menyerahkan penjahat, sepertinya nggak perlu terlalu lama, 'kan?" Yang berbicara adalah Ladim. Dia menerima banyak hadiah dari Karsa. Ketika ada masalah, dia tentu harus turun tangan."Huh, Bu Susanti sedang sibuk dan nggak punya waktu untuk bertemu dengan kalian. Kalian bisa kembali saja. Lagian, para penjahat itu ditangkap di wilayah kami. Tanpa izin dari Bu Susanti, aku nggak akan melepaskan mereka!"Niko jelas bisa merasakan bahwa mereka datang dengan niat buruk. Makanya, dia mendengus dan berkata dengan kesal."Hehe, memang benar kalian yang tangkap, tapi mereka semua berasal dari Kota Hamza. Jadi, sudah seharusnya diserahkan ke Kepolisian Kota Hamza untuk diproses. Kalian nggak punya hak untuk bernegosiasi denganku. Suruh atasan kalian keluar dan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 944

    "Kak Tirta, yang kamu tulis ini benar? Benaran ada efek seperti itu?" Setelah melihat resep untuk pembesaran bokong dengan teliti, ekspresi Shinta penuh kegembiraan.Dengan resep pembesaran payudara dan bokong ini, dia akan menjadi wanita sempurna di masa depan!"Tentu saja benar, untuk apa aku menipumu?" sahut Tirta mengangguk."Tirta, aku tentu percaya dengan keahlian medismu, bahkan kamu bisa dibilang setara dengan dewa. Tapi, apa benaran khasiatnya sebagus itu? Orang mati bisa dibangkitkan kembali?" tanya Saba yang semakin terkejut setelah melihat resep itu."Itu juga benar. Selama nggak ada kerusakan otak, jantung hancur, atau berusia lebih dari 100 tahun, resep ini bisa menyelamatkan mereka. Kalau kamu nggak butuh, keluarga atau temanmu juga bisa menggunakannya. Cukup ikuti resep di atas untuk membuatnya," jelas Tirta."Oke, ini baru namanya kebal dari apa pun! Kalau digunakan di kemiliteran, ini akan sangat berguna! Tirta, terima kasih!" Ini pertama kalinya Saba menunjukkan eksp

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 943

    "Kak Saba, hadiah ini terlalu berharga. Aku nggak bisa menerimanya!" Mendengar itu, tangan Tirta sampai gemetaran. Dia hendak mengembalikan kotak hitam kecil itu.Meskipun belum pernah mendengar tentang Nagamas, dari namanya saja, Tirta bisa menebak bahwa yang tinggal di sana pasti orang-orang besar seperti Saba!Tirta merasa, sebagai orang biasa yang tidak memiliki jabatan atau kekuasaan, dirinya tidak layak tinggal di tempat seperti itu.Sementara itu, buku kecil biru itu seperti semacam surat pengampunan yang sangat berharga!Tirta merasa dirinya hanya mengobati penyakit orang, secara logika, dia tidak pantas menerima hadiah sebesar ini."Tirta, kenapa sungkan begitu sama aku? Vila itu sudah terdaftar atas namamu. Terima saja. Lagi pula, kalau aku mengundangmu untuk jalan-jalan ke ibu kota, kamu butuh tempat untuk tinggal, 'kan?" Saba melambaikan tangan dan tersenyum."Benar, barang-barang ini nggak ada artinya bagi kakek. Kak Tirta, terima saja. Kalau nggak, kamu nggak boleh mencar

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 942

    Tirta tersenyum dan berkata, "Ya sudah, besok kamu temani aku beli sayuran."Dengan mata yang berkilat, Tirta langsung menyetujui dengan cepat. Melihat Tirta setuju, Ayu merasa senang. Dia mulai memikirkan, apa yang harus dikenakan besok.....Setelah makan, sekitar setengah jam kemudian, Ayu membawa para wanita menyiram tanaman di kebun.Tirta dengan beberapa anak harimau di pelukannya, sedang duduk santai di depan pintu menikmati sinar matahari.Tiba-tiba, beberapa mobil jeep hitam berhenti perlahan di depan klinik. Pintu mobil terbuka. Shinta adalah yang pertama keluar dari mobil.Gadis itu berkata dengan girang kepada seorang pria tua di dalam mobil, "Kakek, ini tempat tinggal Tirta. Namanya Desa Persik. Ada gunung dan ada air, pemandangannya sangat indah.""Desa Persik ... bagus, bagus. Benar-benar tempat yang bagus untuk menenangkan diri. Pantas saja orang sehebat Tirta tinggal di sini." Saba turun dari mobil dan memandang sekitar.Di depan matanya, ada pegunungan hijau dan air y

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 941

    "Bi Ayu, aku sudah bawa Tirta kembali! Waktu aku sampai, dia sedang makan nasi kotak di vila!" Setelah kembali ke klinik, Arum melepaskan Tirta dan menepuk tangannya sambil berkata dengan tidak puas."Tirta, Arum sudah masak banyak makanan bergizi untukmu. Kenapa nggak dimakan dan malah pergi ke vila untuk makan nasi kotak?" tanya Ayu dengan bingung."Kenapa lagi?" Agatha tertawa dan menyela, "Karena dia nggak ingin makan kemaluan sapi!"Di sudut meja makan, Nia yang mendengar ini merasa agak malu."Tirta, terakhir kali kamu menghabiskan sepiring penuh kemaluan sapi dalam dua hingga tiga menit. Kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Arum dengan kesal. "Aku kira kamu suka makan itu, jadi aku masak dua batang kali ini!""Ya, Tirta, kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Melati dengan bingung."Aku ... hais, aku sebenarnya nggak butuh makan itu. Tubuhku sehat-sehat saja, makanan seperti itu berlebihan untukku," timpal Tirta dengan lesu."Kenapa berlebihan? Makanan itu sangat b

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 940

    Farida menebak Tirta pasti menyembunyikan sesuatu. Dia mengambil nasi kotak dari mobil, lalu memberikannya kepada Tirta. Farida berkata, "Nggak ada nasi kotak yang tersisa lagi. Kalau kamu nggak keberatan, ini nasi kotakku."Farida yang membawa nasi kotak. Di atasnya terdapat gambar kartun kucing berwarna merah muda. Gambar itu juga terdapat di pakaian dalam yang sering dikenakannya. Siapa sangka, Farida yang lebih tua daripada Ayu menyukai barang lucu seperti ini."Kak Farida, kalau kamu berikan nasi kotakmu padaku, kamu makan apa?" tanya Tirta. Dia merasa malu. Apalagi setelah melihat gambar kucing di nasi kotak itu.Farida melihat tatapan Tirta tertuju pada gambar kucing itu. Dia takut Tirta mentertawakannya. Farida menyahut dengan gugup, " Aku nggak lapar, anggap saja aku lagi diet. Kamu makan saja.""Oke. Terima kasih, Kak Farida. Oh, iya. Bagaimana perkembangan renovasi vila? Apa malam ini aku bisa tinggal di vila?" timpal Tirta.Tirta tidak sungkan lagi. Dia membuka nasi kotak,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 939

    Tiba-tiba, terdengar suara batuk Agatha. Dia bertanya, "Tirta, apa maksudmu?"Tirta terkejut. Dia segera menyimpan mata tembus pandang, lalu membuka pintu dan berkata seraya tersenyum, "Kak Agatha, maksudku Kak Nia sangat kompeten. Ke depannya pria yang bersamanya pasti bahagia."Agatha yang curiga bertanya, "Kenapa kamu tiba-tiba bicara seperti itu? Bukannya kamu lagi melakukan akupunktur pada Kak Nia? Apa yang dia lakukan?"Tirta menjawab dengan tenang, "Maksudku untuk urusan kebun buah. Tadi kami membahas masalah kebun buah waktu melakukan terapi akupunktur. Kak Nia bisa mengurus semuanya tanpa bantuanku. Dia sangat kompeten."Agatha mengangguk sambil menanggapi, "Kak Nia memang kompeten. Aku pun nggak bisa melakukannya sendiri. Aku pasti kewalahan."Agatha bertanya lagi, "Mana Kak Nia? Apa terapi akupunktur sudah selesai?"Tirta menyahut, "Sudah. Dia lagi ganti baju."Agatha berusaha menahan tawanya dan menimpali, "Makanannya sudah siap. Kamu cuci tangan dulu sebelum makan. Kak Aru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 938

    Tirta berkata sebelum memulai akupunktur, "Kak Nia, terapi akupunktur kali ini mungkin berbeda dengan sebelumnya. Aku akan menambahkan pijatan agar efeknya lebih bagus."Tirta melanjutkan, "Sebaiknya kamu persiapkan mentalmu. Tentu saja, aku nggak berniat mengambil kesempatan dalam kesempitan. Kalau kamu keberatan, aku hanya melakukan akupunktur.""Pijatan?" ujar Nia. Dia menghela napas, lalu mengangguk dan menambahkan, "Itu ... nggak masalah. Lagi pula, semua itu untuk mengobati penyakitku. Aku bisa terima, yang penting bisa menyembuhkanku.""Oke, Kak Nia. Mungkin nanti akan sedikit gatal. Tahan sebentar, ya," timpal Tirta. Selesai bicara, dia langsung menusukkan jarum ke bagian dada Nia.Kali ini, Tirta melakukan terapi akupunktur pada Nia untuk menyembuhkan sesak napas yang dideritanya. Setelah Tirta mencabut jarum, Nia belum merasakan gatal.Kemudian, Tirta melakukan terapi akupunktur sesi kedua. Begitu Tirta menusukkan jarum, Nia merasa gatal hingga mengeluarkan desahan. Dia bergu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 937

    Kemudian, Ayu kembali sibuk di dapur. Agatha keluar dari klinik, lalu bertanya kepada Tirta, "Tirta, Bibi Ayu bilang apa denganmu? Kenapa kalian kelihatan misterius?"Tirta menjawab dengan tenang, "Nggak apa-apa. Bibi Ayu tanya kenapa Kak Nia tiba-tiba tinggal di klinik.""Oh. Kamu cepat lihat dulu, nanti malam Kak Nia tidur di mana?" timpal Agatha. Dia menarik Tirta masuk ke klinik, lalu melanjutkan dengan ekspresi khawatir, "Selain itu, kita bertiga ... kita tidur di mana? Nggak ada tempat lagi."Nia yang berdiri di depan pintu klinik berujar dengan canggung, "Tirta, apa aku merepotkan kalian? Kalau nggak, aku tinggal di hotel saja."Tirta menepuk dadanya sambil menjamin, "Nggak usah, Kak Nia. Aku sudah atur semuanya. Klinik ini cukup untuk ditempati kita semua.""Kalau begitu, kamu lakukan akupunktur pada Kak Nia. Aku lihat Bibi Ayu butuh bantuan atau nggak," ucap Agatha. Selesai bicara, dia masuk ke dapur.Tirta menutup pintu klinik, lalu mengambil jarum dan berkata kepada Nia, "Ka

DMCA.com Protection Status