Share

Bab 141

Author: Hazel
"Tirta?" Agatha membuka mata mendengar suara itu. Ketika melihat Tirta menyerbu ke arahnya, Agatha pun merasa terkejut sekaligus gembira.

"Agatha, jangan takut. Aku akan membalas perbuatannya." Selesai berbicara, Tirta langsung menerjang ke depan dan mencengkeram tangan Baskoro yang terangkat dengan kecepatan kilat.

"Bocah, siapa kamu? Beraninya kamu ikut campur urusanku?" bentak Baskoro. Dia merasa harga dirinya terinjak-injak karena Tirta menegurnya di depan publik seperti ini.

Tangan Tirta bak capitan besi. Baskoro mengerahkan tenaga besar, tetapi tidak bisa melepaskan diri dari Tirta. Hal ini membuat Baskoro merasa makin malu dan geram.

"Kamu Baskoro?" Tirta mengamatinya, lalu terkekeh-kekeh dan meneruskan, "Agatha adalah teman masa kecilku. Beraninya kamu memukulnya!"

Plak! Begitu melepaskan tangan Baskoro, Tirta langsung melayangkan tamparan keras. Sekarang, pukulan Tirta bisa menghancurkan sebuah batu besar dengan mudah.

Jadi, ketika terkena tamparan itu, Baskoro merasa seluruh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
hans
***** semakin seru jalan ceritanya lanjut
goodnovel comment avatar
Bah Ruhiyat
mantaf seru banget
goodnovel comment avatar
ADarmawi Mawi
sangat memuaskan ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 142

    "Ini keren sekali. Seseorang yang tak dikenal menghajar Presdir Farmasi Santika!" Sebagian besar orang mengeluarkan ponsel untuk merekam kejadian ini, lalu mengunggahnya di internet. Ini akan menjadi berita besar!"Cepat panggil direktur rumah sakit. Beri tahu dia Pak Baskoro dipukul orang sampai sekarat! Farmasi Santika punya hubungan kerja sama dengan rumah sakit kita. Kalau terjadi sesuatu, kita yang harus bertanggung jawab!" Seorang dokter paruh baya yang berada di kerumunan buru-buru memerintah staf medis."Ya, baik!" Staf medis segera berlari pergi untuk mengabari direktur rumah sakit."Kenapa kalian diam saja? Cepat tahan dia!" teriak dokter itu lagi. Kemudian, dia membawa dokter lainnya untuk maju dan menghentikan Tirta."Nak, cepat berhenti! Di sini rumah sakit, bukan tempatmu untuk bertindak semena-mena!" hardik dokter itu."Oh, boleh saja. Tapi, kamu harus menjawab satu pertanyaanku dulu," ujar Tirta yang bangkit dari tubuh Baskoro. Kemudian, dia menginjak wajah Baskoro dan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 143

    "Bocah, aku sudah memperjelas semuanya tadi. Kamu telah menyinggung orang yang salah. Kalau kamu bersikeras menolak, kami tentu punya cara untuk memaksamu," sahut direktur itu sembari tersenyum meremehkan.Direktur ini hampir mengenal semua orang berkuasa di kota ini. Sementara itu, Tirta terlihat sangat asing. Dia yakin bahwa Tirta bukan siapa-siapa. Itu sebabnya, dia tidak takut memberi Tirta pelajaran."Kalian kelewatan sekali! Benar-benar nggak masuk akal!" pekik Agatha dengan kesal."Kami nggak perlu menggunakan logika untuk menghadapi kalian." Direktur itu terkekeh-kekeh. Dia melambaikan tangannya untuk menyuruh para dokter di belakangnya memaksa Tirta berlutut."Dasar pria tua nggak tahu malu. Kamu nggak pantas menyuruhku berlutut. Kalau begitu, aku akan membuatmu berlutut duluan," gumam Tirta yang sudah murka. Kemudian, dia langsung maju."Hentikan dia!" perintah direktur itu. Kecepatan Tirta terlalu tinggi sehingga membuat direktur itu memelotot saking terkejutnya. Dia bahkan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 144

    "Pak Direktur, kalian ...." Baskoro tercengang melihat para dokter yang terkapar di lantai dengan tidak berdaya."Nggak perlu mencemaskan mereka. Pikirkan saja keselamatan sendiri," ujar Tirta yang sudah tiba di hadapan Baskoro. Kemudian, dia menginjak wajah Baskoro sambil menatapnya dengan tatapan menghina."Siapa sebenarnya kamu? Apa aku pernah menyinggungmu? Kalau nggak pernah, untuk apa kamu bertindak seperti ini? Lebih baik lepaskan aku dan kita bisa berteman," ucap Baskoro. Dia kesakitan karena Tirta menginjak lukanya. Untuk sekarang, dia hanya bisa berpura-pura baik karena bala bantuannya belum tiba."Kamu nggak pernah menyinggungku, tapi kamu mencelakai ibu Agatha. Bisa dibilang, ini dendam kesumat. Orang sepertimu nggak pantas berteman denganku," sahut Tirta sembari mengerahkan tenaga pada kakinya."Argh .... Jalang itu yang memberitahumu? Apa sebenarnya hubungan kalian?" pekik Baskoro yang menatap Agatha dengan kejam. Jika Tirta tidak mengatakan apa pun, Baskoro tidak akan me

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 145

    Ketika melihat Tirta begitu dipenuhi keyakinan, orang-orang yang mengeluarkan ponsel untuk merekam menjadi makin banyak."Jangan dengarkan omong kosongnya. Aku nggak pernah membunuh siapa pun .... Dia hanya ingin memfitnahku ...." Baskoro buru-buru berteriak dengan perasaan bersalah."Fitnah atau bukan, kebenarannya akan terungkap nanti," ujar Tirta. Dengan ekspresi suram, dia mengeluarkan jarum untuk menghipnosis Baskoro."Huh! Aku nggak pernah melakukan kejahatan apa pun! Kamu nggak punya bukti, jangan mencoba-coba memfitnahku!" bentak Baskoro dengan ekspresi lugu. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Tirta selanjutnya."Cih, aku malas basa-basi denganmu." Tirta tidak berbicara lagi. Berhubung orang-orang sudah siap untuk merekam, dia segera menancapkan jarum ke beberapa titik akupunktur Baskoro."Ka ... kamu mau apa ...." Sebelum Baskoro menyelesaikan ucapannya, semua jarum sudah selesai ditancapkan."Gesit sekali. Tanpa latihan puluhan tahun, seseorang nggak mungkin melakukannya

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 146

    Agatha diliputi kesedihan. Air mata terus berlinang di wajahnya. Dia menyerbu ke depan Baskoro, lalu memukul dan menendangnya tanpa henti."Sialan! Kamu lebih rendahan daripada binatang! Bibi Diah orang baik, kenapa kamu membunuhnya! Kamu nggak pantas hidup di dunia ini!" maki Tirta yang juga tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia maju, lalu mematahkan tulang-tulang Baskoro.Baskoro tersadar kembali. Dia sontak memuntahkan darah tanpa punya tenaga untuk melontarkan sepatah kata pun."Buset! Aku nggak nyangka Baskoro sekejam itu!""Dasar binatang! Pukul saja dia sampai mati!""Ya, bunuh dia! Bunuh bedebah itu!"Begitu mengetahui kebenarannya, semua orang langsung memaki Baskoro. Di sisi lain, Rico menatap direktur rumah sakit dan bertanya dengan lirih, "Pak, apa kita masih perlu membantu Pak Baskoro?""Dasar goblok! Kalau kamu maju, kamu cuma akan mati. Cepat pikirkan cara untuk mengklarifikasi semuanya!" hardik direktur itu dengan ekspresi masam. Dia tidak lagi berpikir untuk memberi Ti

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 147

    "Tenang saja, Pak. Aku akan membereskan semuanya untukmu! Aku nggak akan membiarkan kejadian hari ini bocor sedikit pun!" jamin Nabhan. Dia juga pelaku kejahatan tahun itu. Dia adalah pembunuh yang dibina secara khusus oleh Baskoro.Begitu mendengar ucapan Baskoro, Nabhan langsung mengerti apa yang terjadi. Dia melambaikan tangannya, menyuruh para bawahan untuk memblokir TKP dan menghapus semua rekaman."Dengar baik-baik! Kalau sampai ada yang membocorkan kejadian hari ini, kalian akan bernasib sama dengan kedua bocah ini!" seru Nabhan dengan ekspresi dingin. Kemudian, dia memegang goloknya dengan erat dan menghampiri Tirta."Jangan bunuh aku! Aku akan menghapus videonya! Aku nggak melihat apa pun!" Sebagian besar orang yang merekam tadi ketakutan hingga kaki mereka melemas. Mereka menyerahkan ponsel dengan patuh."Nabhan, bunuh bocah itu!" Baskoro akhirnya merasa lega sekarang. Dia pun menyeringai menatap Tirta."Tenang saja, Pak." Nabhan tersenyum kejam dan makin mendekat dengan Tirt

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 148

    Pada saat yang sama, Tirta merasakan energi besar meledak keluar dari tubuhnya. Pupilnya juga berubah warna menjadi perak, membuat auranya terlihat sangat mulia. Hanya saja, tidak ada yang melihat semua ini."Ah! Tirta, sakit sekali!" Ketika Tirta masih termangu, Agatha yang berada di pelukannya tiba-tiba berteriak kesakitan. Tirta menunduk, lalu mendapati lengan Agatha bercucuran darah."Hahaha! Bagus, bagus sekali! Aku mau jalang itu mati! Uhuk, uhuk .... Hahaha .... Uhuk, uhuk!" Baskoro tertawa terbahak-bahak mendengar teriakan kesakitan itu."Kalian cari mati!" Tirta yang tidak berhasil melindungi Agatha sepenuhnya sontak murka. Seruannya ini bak guntur yang menggelegar. Pupil berwarna perak menyusut menjadi garis vertikal, seluruh tubuhnya dipenuhi energi.Saat berikutnya, Tirta melambaikan tangannya. Adegan yang mengejutkan pun terjadi. Golok yang hendak menyerang Tirta malah hancur, sedangkan lengan Tirta sama sekali tidak terluka. Dia justru menjatuhkan para preman yang berjara

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 149

    "Apa perlu membunuh begitu banyak orang?" tanya polisi itu dengan ekspresi masam sembari menatap Tirta dengan penuh waspada.Kemudian, polisi itu tidak sengaja melirik Baskoro yang terkapar di atas genangan darah. Dia pun terbelalak. Jelas, keduanya saling mengenal.Baskoro diam-diam tersenyum, lalu memberi isyarat yang mengatakan akan memberi 100 miliar kepada polisi itu jika membantunya. Tidak ada yang menyadari hal ini."Semua yang kubilang adalah fakta. Baskoro membawa orang untuk membunuhku, makanya aku menyerang balik," jelas Tirta.Ketika Tirta masih ingin menjelaskan, Baskoro menahan rasa sakitnya sambil memutarbalikkan fakta. "Pak, akhirnya kamu datang. Dia sudah gila, jangan dengarkan omong kosongnya .... Dia yang ingin membunuhku, makanya aku menyuruh orang kemari .... Tanya saja pada Nabhan ...."Polisi itu bernama Agung. Agung menatap Nabhan, lalu bertanya, "Apa yang dikatakan Pak Baskoro benar?"Jelas sekali, Agung tergiur dengan tawaran 100 miliar itu. Dengan jabatannya,

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1390

    Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1389

    Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1388

    "Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1387

    Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1386

    Duar!Mendengar itu, Hafiz langsung merasa jantungnya seperti ditusuk, seakan-akan petir menyambar di siang bolong, menggema dalam benaknya. Bahkan, napasnya pun tertahan sejenak!'Petinggi ibu kota .... Aku bersusah payah selama seluruh hidupku, tapi hanya bisa menjadi bawahan kelas menengah di Provinsi Naru!''Apa aku punya kemampuan untuk menarik dukungan dari orang sehebat itu di ibu kota? Jangan-jangan bocah ini keturunan dari salah satu bos besar di sana?'Begitu pikiran itu muncul, wajah Hafiz menjadi semakin pucat, seolah-olah dadanya ditimpa sesuatu. Ketakutan dalam hatinya bahkan lebih dahsyat daripada rasa sakit dari jarinya yang remuk."Pak Tirta, Bu Susanti baik-baik saja, 'kan?" Saat itu, Marila bergegas menghampiri Tirta. Melihat Tirta tidak mengalami cedera, dia pun merasa lebih lega. Namun, begitu melihat ekspresi Susanti yang kacau, wajahnya menegang."Susanti nggak mengalami luka serius, tapi dia sangat syok. Tolong bantu aku carikan tempat yang tenang dan tak tergan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1385

    Ternyata Marila dan Idris membawa anggota kemari. Orang yang ikut Idris turun memegang senapan. Sebelum helikopter mendarat, orang itu sudah membidik Hafiz. Jadi, Hafiz tidak bisa kabur lagi.Hafiz terpaksa maju dan menyambut Idris sambil tersenyum, "Pak Idris ... kenapa kamu naik helikopter datang ke sini?"Hafiz tahu identitas dan latar belakang Idris. Bahkan, bisa dibilang alasan utama Hafiz ingin kabur belakangan ini adalah tindakan Idris untuk membasmi kejahatan sangat mengerikan.Sekarang Hafiz langsung menghadapi Idris. Dia hanya bisa berbohong untuk melewati pemeriksaan Idris.Idris merasa geram saat melihat Hafiz yang sangat jahat. Ekspresinya sangat muram. Dia mencibir, lalu menyahut, "Hafiz, menurutmu apa alasannya? Tentu saja aku datang karena kamu, orang jahat yang tersisa di Provinsi Naru!"Tentu saja Hafiz tidak ingin mengakui perbuatannya. Dia malah berlutut di tanah dan berpura-pura menangis sambil bicara, "Pak Idris, jangan bilang begitu. Itu cuma rumor, aku nggak per

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1384

    Melihat Hafiz kabur, para bawahan yang panik ingin membuang senjata mereka dan mengejar Hafiz. Mereka berkomentar."Bos ... kabur! Sialan!""Sialan! Biarkan saja. Setelah mendapatkan uang, kita juga bisa bersenang-senang di luar negeri!"Kemudian, seorang pria paruh baya yang cukup berpengaruh maju. Tampak bekas goresan pisau di wajahnya dan dia hanya mempunyai satu mata.Pria itu berteriak, "Teman-teman, nggak ada gunanya kalau cuma beberapa orang yang menembak! Kita tembak dia sama-sama! Nggak masalah kalau mati! Kalau masih hidup, kita lanjut minta uang!"Begitu pria tersebut bersuara, semua orang pun setuju. Mereka membidik Tirta. Terdengar suara tembakan beruntun bak suara petasan."Mantra Perisai Cahaya Emas!" seru Tirta. Dia sedikit gugup saat menghadapi situasi seperti ini.Tirta bukan takut pada peluru, tetapi dia takut Susanti terluka. Tirta segera membentuk segel tangan, lalu lapisan cahaya yang tak terlihat secara kasatmata melindungi Tirta dan Susanti. Semua peluru diadang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status