'Sialan, ngapain aku menyebutkannya? Saat bertemu dalam mimpi, langsung saja bertindak! Aku benar-benar sudah gila karena hasrat!'Setelah mengucapkan itu, Tirta langsung menyesal. Dengan sifat Genta yang seperti itu, dia pasti tidak akan setuju. Bahkan, bisa jadi sikapnya terhadap Tirta akan semakin buruk dan memakinya."Hehe. Pecundang, aku sudah lama tahu kamu punya pikiran seperti itu. Tapi, kamu hanya bisa membayangkannya. Di dalam mimpi, tubuhku hanyalah wujud ilusi. Kamu nggak akan bisa menyentuhku."Genta tidak marah. Suaranya tetap datar, seolah-olah dia sudah terbiasa dengan sifat Tirta."Oh? Begitu ya .... Ya sudah kalau begitu. Kak, kamu serap saja sisa batu spiritual dan obat itu. Dengan begitu, kekuatanmu bisa lebih cepat pulih dan kamu nggak akan tertidur lagi nantinya."Mendengar itu, Tirta merasa sedikit kecewa. Namun, dia merasa sudah puas jika bisa bertemu dengan Genta di alam mimpi. Tirta segera mengalihkan pembicaraan, lalu berbicara dengan perhatian kepada Genta.
"Belum ada kasus lain untuk saat ini. Kalau begitu, sampai jumpa besok, Pak Tirta." Mairah lantas tersenyum kepada Tirta, lalu memberi instruksi kepada kedua polisi di belakang, "Kalian antar orang dari Negara Yumai ini kembali ke kantor polisi dulu.""Tunggu sebentar .... Pak Tirta, kamu nggak butuh bantuanku? Aku bersedia mengikutimu." Tepat saat kedua polisi itu hendak membawa Yudha ke mobil polisi untuk dideportasi kembali ke Negara Yumai, Yudha tiba-tiba memberontak dan bergegas menghampiri Tirta untuk bertanya.Dia masih ingin mengambil hati Tirta. Jika dia dideportasi, dia tidak akan punya kesempatan untuk mendekatinya lagi."Yudha, aku tahu kamu ingin menjalin hubungan baik denganku. Tapi untuk sekarang, aku memang nggak butuh bantuanmu. Kembali dulu ke Negara Yumai. Kalau ada waktu, aku akan mencarimu," sahut Tirta dengan nada dingin, tidak ingin terlalu banyak bicara dengannya."Baik, baik. Sebelum kamu datang, aku akan berusaha mengumpulkan lebih banyak batu spiritual dan ob
Dalam perjalanan ke rumah sakit, mereka teringat betapa mulianya kehidupan mereka di Keluarga Arshad. Namun, sekarang mereka menjadi cacat dan berakhir mengenaskan.Apalagi, mereka tidak bisa menyaksikan Tirta dihajar oleh Yudha. Kebencian mereka terhadap Tirta pun semakin membara.Demi menghindari Tirta, Darwan, dan Bella, mereka langsung pergi setelah menghadiri acara ulang tahun. Karena kembali ke Provinsi Narta, rencana balas dendam mereka pun gagal total.Oleh karena itu, mereka hanya melakukan perawatan luka seadanya dan langsung kembali ke rumah Keluarga Arshad."Hmph! Kalian bertiga masih punya muka untuk kembali?" Melihat Davina dan Hagan yang melirik ke sana sini, serta Camila yang diam seribu bahasa dengan wajah muram, ditambah lagi mengingat perbuatan mereka sebelumnya, Mahib langsung naik pitam dan mendengus marah."Ayah, apa maksudmu? Ini rumah kami. Kalau bukan pulang ke sini, mau ke mana lagi?" Hagan bertopang pada tongkat, hatinya penuh kecemasan. Dia menunduk dan mere
"Begitu mereka mabuk sampai nggak sadarkan diri, suruh para pelayan yang sudah kita atur untuk mengangkat Tirta dan Bella ke dalam satu kamar.""Kita langsung naik mobil kembali ke rumah sakit, lalu gunakan CCTV untuk merekam video mereka tidur bersama. Setelah itu, kita sebarkan video itu.""Dengan begitu, reputasi Tirta dan Bella pasti akan hancur. Mereka akan sibuk menghadapi skandal mereka sendiri dan mencari tempat terpencil untuk bersembunyi. Pada saat itu, mana mungkin dia masih punya waktu untuk mengurusi kita?""Selain itu, bibi-bibimu juga nggak akan punya muka untuk bertemu orang lagi. Begitu skandal ini menyebar ke seluruh Provinsi Dohe, kita bisa kembali ke Keluarga Arshad tanpa hambatan. Aku pun yakin Ayah pasti akan menyerahkan hak pengelolaan Keluarga Arshad kepadaku."Hagan menggertakkan giginya dengan kuat, matanya memerah karena kebencian.....Pada saat yang sama, Zavrina telah membawa Tirta memasuki kamar yang bersebelahan dengan Bella.Sambil menggunakan mata temb
'Jadi, ini yang disebut Cincin Penyimpanan ya? Kalau begitu, nanti saat aku jalan-jalan dengan Bi Ayu dan lainnya, aku bisa menyimpan beberapa set lingerie seksi di dalamnya. Bisa dikeluarkan dan dipakai kapan saja, bukankah itu luar biasa?''Lalu, tali yang bisa mengikat orang secara otomatis juga cukup berguna. Nanti aku bisa main-main dengan tali ini. Mengikat Bi Ayu, Kak Melati, Agatha, dan Susanti bersama, lalu aku akan ....''Bagus, bagus, benar-benar bagus! Kalau Pedang Terbang ini, nanti setelah aku mencapai tingkat pembentukan fondasi, aku bisa menerbangkan pedang ini bersama Bi Elisa untuk melihat bulan, sekalian bercinta di atasnya.''Luar biasa! Benar-benar luar biasa! Kak, kamu benar. Aku memang membutuhkan artefak ini. Ini seperti memberi sayap kepada harimau!'Tirta membayangkan berbagai skenario indah saat menggunakan artefaknya. Air liurnya hampir menetes. Dia tertawa dalam hati sambil berbicara kepada Genta."Dasar pecundang, kamu benar-benar nggak tertolong lagi! Bah
"Huh! Orang hebat sepertimu tentu nggak akan mengerti kebahagiaan orang nggak penting sepertiku saat mendapatkan keberuntungan!""Kak, mau aku tunjukkan trik sulap? Pedang terbangku ini bisa besar bisa kecil, juga sangat keras lho!""Mau lihat nggak?" Tirta menarik kembali pedang terbangnya, menggantungkannya kembali di pinggang, lalu sengaja menggoyangkan bagian bawah tubuhnya sambil menyeringai usil."Kalau kamu nggak ingin benda itu kupotong, sebaiknya bersikap lebih sopan. Aku bukan wanita manja yang bisa kamu goda seenaknya!" Nada suara Genta menjadi lebih dingin, dengan sedikit kemarahan."Hah, aku nggak percaya kamu tega memotongnya. Kita sudah sepakat sebelumnya, aku akan mencarikan dua gadis untukmu, lalu kamu bisa mengendalikan tubuhku dan bermain dengan mereka.""Aku yakin kamu penasaran dan ingin mencoba bagaimana rasanya menjadi pria, 'kan? Sensasi menaklukkan wanita itu sungguh luar biasa. Kamu benaran nggak ingin mencobanya? Apalagi punyaku ini besar, para wanita sampai
'Bisa apa? Cepat katakan!' Mendengar itu, hati Tirta langsung terasa gatal. Dengan penuh semangat, dia bertanya dalam benaknya."Kecuali kamu bisa menguasai teknik Mantra Evolusi Semesta hingga puncaknya. Saat itu tiba, aku akan menjadi wanitamu dan membiarkanmu melakukan apa pun padaku." Saat Genta mengatakan ini, ada sedikit nada menyesal dalam suaranya."Tapi, jelas sekali hal itu mustahil. Sampai sekarang, bahkan mantra dasar saja belum kamu hafal sepenuhnya.""Eee .... Kak, memang sekarang aku belum secara resmi mulai berlatih Mantra Evolusi Semesta. Tapi, kalau aku menjadikanmu sebagai target utamaku ....""Lalu kamu memberiku sedikit hadiah sebagai motivasi, misalnya setiap kali aku naik level, kamu mengizinkanku mencium, memeluk, menyentuh, menggesek, atau mencicipi sedikit, mungkin aku bisa mencapai puncak Mantra Evolusi Semesta!"Alih-alih merasa putus asa, Tirta malah semakin bersemangat."Lupakan saja, aku nggak akan memberimu hadiah apa pun. Kalau kamu bisa menguasainya, i
"Tapi, Kak, jangan lupa janji yang kamu buat padaku. Malam ini, kamu harus menemuiku dalam mimpi. Jangan sampai kamu ingkar janji."Tirta menunggu cukup lama, tetapi tetap tidak mendapat respons dari Genta. Tidak ada pilihan lain, dia hanya bisa menyeka air liur di sudut bibirnya, menarik celananya, lalu menggunakan Teknik Menembus Dinding untuk menuju kamar Bella.Saat Tirta tiba di kamar Bella, gadis itu masih terlelap dalam mimpi indah. Wajahnya yang luar biasa cantik terlihat sedikit kelelahan.Tirta tahu betul alasannya. Selama beberapa waktu terakhir, Bella sibuk mengurus bisnis Keluarga Purnomo di siang hari. Di malam hari, dia selalu diganggu oleh Tirta sehingga tubuh dan pikirannya begitu lelah. Dia memang butuh istirahat yang cukup.Karena itu, Tirta tidak membangunkannya. Dia hanya mencium Bella sekali, lalu teringat rencana jahat keluarga Hagan sebelumnya. Segera, Tirta mengaktifkan mata tembus pandangnya.Dia mulai menyisir ruangan, mencari perangkat pengintai mini atau ob
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu
"Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir
Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak
Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang
Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den
Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai
Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati
Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg
Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di