Di sisi lain, akhirnya pesawat terbang yang dinaiki Tirta dan Bella mendarat di bandara Provinsi Dohe setelah melakukan perjalanan selama 2 setengah jam.Elisa yang sudah turun dari pesawat terbang langsung menarik Ayu dan berujar dengan antusias, "Kak, orang-orang dari dunia fana sangat hebat. Kalian bisa menciptakan alat transportasi udara. Awan itu indah sekali, seperti kapas bersih yang melayang di langit."Elisa meneruskan, "Aku tahu ini nggak mungkin, tapi aku benar-benar ingin memetik awan itu dan mengamatinya. Kak, kalau naik pesawat terbang waktu malam hari, kita bisa melihat bulan yang seharusnya lebih indah daripada dilihat dari bumi, 'kan?"Ini adalah pertama kalinya Elisa menaiki pesawat terbang. Elisa menunjukkan ekspresi polos begitu mengingat pengalaman menyenangkan saat terbang di langit biru dan melintasi lapisan awan.Melihat Elisa yang antusias, Tirta merenung sambil membatin, 'Di dalam ingatan yang diberikan Genta, aku bisa mengendalikan artefak yang bisa terbang s
Sebelum Ayu sempat bicara, Darwan berbalik dan menegur Bella, "Dasar nggak sopan! Bu Ayu itu bibimu, masa kamu bercanda seperti itu dengannya? Cepat minta maaf pada Bu Ayu. Kalau nggak, aku beri kamu pelajaran!"Bella sama sekali tidak takut. Dia menjulurkan lidahnya dan menyahut, "Oke, Ayah!"Kemudian, Bella memandang Ayu sembari berucap dengan ekspresi serius, "Maaf, Bi Ayu. Seharusnya aku nggak bercanda seperti itu denganmu. Aku harap kamu nggak mempermasalahkannya ...."Ayu yang tadinya masih sedikit takut baru mengembuskan napas lega dan menimpali, "Nggak apa-apa, Bu Bella. Yang penting apa yang kamu bilang nggak benar-benar terjadi. Kalau nggak, ke depannya aku nggak berani naik pesawat terbang lagi."Tirta berjalan di depan. Dia berbalik dan melirik Ayu sekilas. Tirta tersenyum seraya membatin, 'Bi Ayu sangat lucu. Kalau aku juga melakukan Teknik Pasangan bersama Bi Ayu di pedang terbang, Bi Ayu pasti akan memelukku dengan erat saking takutnya.'Tak lama kemudian, Tirta dan lain
Setelah Bella memperkenalkan Zavrina, Tirta menyapa seraya tersenyum, "Halo, Bibi."Namun, ada satu hal yang membuat Tirta terkejut. Dilihat dari usia tulang Zavrina, jelas-jelas umurnya yang sebenarnya sudah mencapai usia 50 tahun.Hanya saja, penampilan Zavrina membuatnya terlihat seperti berusia 40 tahun lebih. Kulitnya mulus dan postur tubuhnya masih bagus. Bagian dada dan bokongnya berisi. Wajahnya cerah dan merona.Zavrina memancarkan pesona wanita dewasa. Dia adalah wanita yang berkualitas. Perawatannya benar-benar bagus.Melihat Tirta mengamatinya cukup lama, Zavrina tersenyum dan bertanya dengan lembut, "Kenapa? Tirta, apa kamu sudah mengingatku?"Mendengar ucapan Zavrina, Tirta menggaruk kepalanya dan menyahut, "Ha? Bibi, aku nggak ingat pernah bertemu kamu."Zavrina merupakan wanita dewasa yang menawan. Tirta pasti bisa langsung mengenali Zavrina jika pernah bertemu dengannya. Namun, Tirta tidak mengingat Zavrina. Apa Tirta hilang ingatan?Saat Tirta sedang bingung, Zavrina
Zavrina melihat jam. Sekarang hampir pukul 11 siang. Dia membawa Tirta dan lainnya naik ke mobil.Namun, Zavrina bingung saat melihat Ayu dan Elisa ikut naik ke mobil. Paras dan postur tubuh keduanya sama persis. Mereka berdua sangat cantik. Zavrina bertanya, "Darwan, siapa kedua wanita ini?"Darwan memandang Tirta sambil menjelaskan, "Oh, aku lupa memperkenalkan mereka kepadamu. Ini Bu Ayu dan ini Bu Elisa. Mereka berdua ini bibinya Tirta dan mereka datang untuk merayakan ulang tahun Ayah."Bella menimpali, "Benar. Bibi, berdasarkan senioritas, seharusnya Bi Ayu dan Bi Elisa panggil kamu 'kakak'."Bella menebak Ayu dan Elisa merasa canggung untuk berbicara, jadi dari tadi mereka hanya terdiam. Bella pun berinisiatif mencairkan suasana.Zavrina merasa kagum dengan kecantikan Ayu dan Elisa. Dia tersenyum canggung karena tidak menyapa mereka berdua, lalu berujar, "Ternyata kalian lebih muda dariku. Maaf, tadi aku cuma fokus bicara dengan Bella dan Tirta. Aku malah mengabaikan kalian, aku
Melihat Tirta marah, Zavrina segera membujuk, "Tirta, aku tahu kamu berniat baik. Tapi, orang dari Negara Yumai itu punya latar belakang yang hebat. Kalau kamu mengusirnya, takutnya dia membuat masalah di acara ulang tahun kakekmu. Nanti Keluarga Arshad yang malu."Zavrina meneruskan, "Jadi Tirta, sebaiknya kamu dengar saranku. Asalkan dia nggak bertindak keterlaluan, kamu abaikan dia. Anggap saja dia nggak ada."Alasan utama Zavrina membujuk Tirta adalah dia merasa kemampuan Tirta tidak bisa menandingi orang dari Negara Yumai itu. Jika Tirta melawan orang itu, akhirnya Tirta yang rugi.Darwan menebak Zavrina tidak yakin dengan kemampuan Tirta, tetapi dia juga tidak memberi tahu Zavrina kemampuan Tirta yang menakjubkan.Darwan mengalihkan topik pembicaraan, "Kak, kita nggak usah bahas masalah ini dulu supaya nggak memengaruhi suasana hati kita semua. Oh, iya. Aku sudah lama nggak pergi ke kediaman Keluarga Arshad untuk menjenguk Ayah, bagaimana kondisi kesehatan Ayah sekarang?"Mendeng
Ayu dan Elisa juga ikut berbincang. Tirta mengetahui beberapa hal tentang Zavrina dari Bella.Belasan tahun yang lalu, Zavrina bercerai dengan suaminya karena terlalu sibuk mengurus bisnis Keluarga Arshad. Putri Zavrina satu-satunya juga tidak dekat dengannya dan tinggal di luar negeri. Putrinya hanya pulang menjenguk Zavrina sekali dalam beberapa tahun.Setelah mendengar cerita Bella, Tirta membatin, 'Ternyata Bibi bukan orang yang beruntung.'Dalam waktu setengah jam, mobil berhenti di depan vila. Tempat itu sangat luas dan dipenuhi mobil-mobil mewah. Pemilik semua mobil mewah itu adalah tokoh hebat di Provinsi Dohe. Mereka datang untuk merayakan ulang tahun Mahib.Ratusan mobil mewah memadati vila Keluarga Arshad. Situasi ini mirip dengan acara pertunangan Bella dan Tirta.Sesudah mobil berhenti, Zavrina turun dari mobil terlebih dahulu. Dia memimpin jalan sambil berkata, "Tirta, Ayu, Elisa, ini kediaman Keluarga Arshad. Mobil di depan terlalu banyak. Kita jalan kaki saja."Dua bawa
Orang yang berbicara adalah ibunya Camila, Davina. Begitu Davina melontarkan ucapannya, suasana di aula menjadi canggung. Tentu saja semua orang tahu Davina sengaja menyindir Darwan, Tirta, dan lainnya. Dia ingin mempermalukan Darwan dan lainnya di depan umum.Hanya saja, semua tamu di aula datang untuk merayakan ulang tahun Mahib. Mereka tidak berani menyinggung menantu Keluarga Arshad.Seorang tamu berdeham, lalu berujar, "Pak Darwan, nanti kita baru berbincang lagi kalau ada waktu. Acara ulang tahun akan segera dimulai, kami kembali dulu."Para tamu yang awalnya menyapa Darwan tidak ingin ikut campur dalam konflik Davina dan Darwan. Mereka memberi hormat kepada Darwan, lalu kembali ke tempat duduk mereka, seolah-olah tidak melihat apa-apa.Biasanya Darwan bisa mengendalikan dirinya di depan umum. Namun, ucapan dan tindakan Davina membuat emosi Darwan tersulut. Dia bertanya dengan ekspresi muram, "Oh, Kak Davina, kamu yakin nggak ada tempat duduk lagi?"Tindakan Davina yang menyuruh
Sebelumnya Zavrina sudah melihat Sora, jadi dia langsung tahu beberapa pemuda yang duduk di depan meja utama adalah bawahan Sora. Itulah sebabnya Zavrina menegur Davina.Davina sama sekali tidak panik setelah ditegur Zavrina. Dia menanggapi, "Aduh. Kak, jangan bilang begitu. Mereka bukan orang biasa di Negara Yumai, mereka itu bawahan Pak Sora dan juga tamu istimewa Keluarga Arshad.""Mereka jauh lebih hebat daripada orang-orang nggak jelas yang dibawa Darwan. Kenapa mereka nggak boleh duduk di kursi utama Keluarga Arshad? Tadi entah kenapa Ayah tiba-tiba pingsan, sekarang Kak Lystia, suamiku, dan Sanvi lagi menjaga Ayah di belakang aula," lanjut Davina.Davina meneruskan, "Dokter juga sudah memeriksa kondisi Ayah. Mungkin sebentar lagi mereka keluar. Biarpun Ayah nggak ada di tempat, acara ulang tahun tetap dilanjutkan. Kalau nggak, bukannya sia-sia para tamu datang?"Davina menambahkan seraya menunjuk ke luar aula, "Kak, kalau kamu mau duduk, aku suruh Camila serahkan tempat duduknya
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu
"Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir
Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak
Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang
Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den
Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai
Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati
Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg
Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di