Sebelumnya Zavrina sudah melihat Sora, jadi dia langsung tahu beberapa pemuda yang duduk di depan meja utama adalah bawahan Sora. Itulah sebabnya Zavrina menegur Davina.Davina sama sekali tidak panik setelah ditegur Zavrina. Dia menanggapi, "Aduh. Kak, jangan bilang begitu. Mereka bukan orang biasa di Negara Yumai, mereka itu bawahan Pak Sora dan juga tamu istimewa Keluarga Arshad.""Mereka jauh lebih hebat daripada orang-orang nggak jelas yang dibawa Darwan. Kenapa mereka nggak boleh duduk di kursi utama Keluarga Arshad? Tadi entah kenapa Ayah tiba-tiba pingsan, sekarang Kak Lystia, suamiku, dan Sanvi lagi menjaga Ayah di belakang aula," lanjut Davina.Davina meneruskan, "Dokter juga sudah memeriksa kondisi Ayah. Mungkin sebentar lagi mereka keluar. Biarpun Ayah nggak ada di tempat, acara ulang tahun tetap dilanjutkan. Kalau nggak, bukannya sia-sia para tamu datang?"Davina menambahkan seraya menunjuk ke luar aula, "Kak, kalau kamu mau duduk, aku suruh Camila serahkan tempat duduknya
"Baiklah ...." Darwan tahu Tirta pasti tidak bisa menelan amarah ini begitu saja. Sekarang dia tidak mengamuk karena menghormati Bella dan dirinya, makanya dia memilih untuk tidak banyak bicara lagi.Terlebih lagi, dia sendiri sangat mendukung tindakan Tirta untuk memberi pelajaran kepada Davina dan Camila."Camila, Kakek pasti pingsan karena orang-orang dari Negara Yumai yang kamu bawa! Kamu masih bisa duduk di sini dan makan dengan tenang? Kamu nggak punya hati nurani ya?"Melihat senyuman sinis Camila dan memikirkan kondisi Mahib yang pingsan, Bella akhirnya tak bisa menahan kemarahannya lagi. Dia melangkah cepat menuju kursi utama, menunjuk langsung ke arah Camila dan menegur dengan tegas."Kakak sepupuku tersayang, jangan asal menuduh! Kakek sudah tua, memang sudah lemah. Wajar kalau dia pingsan, 'kan? Aku juga nggak bisa ilmu medis. Kalau ikut campur, malah akan semakin merepotkan.""Kalau aku nggak duduk di sini menunggu, masa aku harus berlari ke kuil untuk berdoa? Lagi pula, s
"Ibu masih belum mengerti? Bella si jalang itu, dia tampak seperti sedang mempertanyakanku. Tapi, sebenarnya dia datang untuk menggoda Pak Sora! Pak Sora sudah terpikat olehnya!" Camila menggertakkan giginya, menatap Bella dengan penuh kebencian."Ah ... gimana ini? Kalau Pak Sora benar-benar mengejar Bella dan meninggalkanmu, rencana kita untuk menguasai Keluarga Arshad akan hancur berantakan! Putriku, cepat pikirkan cara untuk mengatasi ini!" Mendengar itu, Davina menjadi semakin cemas dan mendesak Camila."Aku bisa apa? Kita lihat saja dulu!" balas Camila dengan marah."Maaf, aku sangat membenci orang-orang dari Negara Yumai, jadi aku sama sekali nggak tertarik makan siang bersamamu. Kalau kamu bisa keluar dari pintu rumah ini, aku akan sangat senang!"Menghadapi undangan dari Sora, Bella menunjukkan ekspresi jijik dan mengernyit. Dia refleks mundur beberapa langkah.Kemudian, dia merangkul lengan Tirta yang berjalan mendekat dan berkata, "Selain itu, tunanganku ada di sini. Kalau k
"Ugh ... ughhh ... arghhh ...!"Tirta bergerak dengan sangat cepat. Sebelum dia bertindak, tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa dia akan melakukan sesuatu yang begitu mengejutkan!Pisau buah yang tajam itu berputar di dalam mulut Sora, digerakkan dengan kejam! Lidah dan giginya terpotong! Bahkan rongga mulutnya tercabik-cabik, membuat darah segar menyembur tanpa henti!Dalam hitungan detik, mata Sora membelalak. Dia berteriak kesakitan sambil menendang-nendang. Namun, perjuangannya sia-sia. Dia tidak mampu melawan Tirta. Sebaliknya, semakin dia meronta, semakin parah cederanya."Aaaaahhh!!!" Camila yang berdiri di dekatnya, terkena percikan darah di seluruh tubuhnya. Dia pun gemetar ketakutan dan melemas sambil berteriak tanpa henti, "Tolong! Tolong! Pembunuhan! Cepat tolong Pak Sora!"Davina bahkan lebih ketakutan lagi. Dia langsung jatuh terduduk di lantai, lalu merangkak mundur dengan panik, berusaha kabur ke ruang belakang."Gila! Ayahnya Pak Sora adalah pejabat tinggi di Neg
Tirta menggenggam pisau buah berlumuran darah, lalu menoleh ke arah Elisa dan tersenyum."Sama-sama, yang penting kamu baik-baik saja." Melihat para pengawal Negara Yumai telah lumpuh akibat jarum peraknya, Elisa segera kembali ke sisi Ayu. Dia tak menunjukkan ekspresi terlalu peduli terhadap Tirta."Gila! Perempuan ini selain cantik, juga sangat mematikan!""Untung tadi aku nggak mencoba menggoda dia. Kalau iya, mungkin aku yang sekarang tergeletak di lantai sekarang!"Aksi Elisa kembali membuat kehebohan di antara kerumunan. Beberapa orang yang tadinya mencuri pandang ke arahnya dan Ayu langsung mengalihkan tatapan, tidak berani menatap mereka lagi."Ughhh ... aaaaahhh!!!" Tepat saat itu, perhatian semua orang kembali tertuju ke arah Tirta. Mereka melihatnya mengangkat pisau buah yang berlumuran darah. Tanpa menghiraukan rintihan Sora yang memohon ampun, dia menusukkan pisau itu ke kedua mata Sora."Tadi mata bejatmu ini menikmati pemandangan dengan puas ya? Sialan, kamu berani melih
Jarum perak yang tadi dilemparkan oleh Elisa memang mengenai titik vital para pengawal Negara Yumai dan membuat mereka jatuh tak berdaya. Namun, mereka masih memiliki sedikit kemampuan untuk bergerak.Di antara mereka, seorang wanita Negara Yumai, orang kepercayaan Sora, menahan rasa sakit yang luar biasa. Saat Tirta tidak memperhatikan, dia susah payah merekam momen penyiksaan Sora dan mengirimkannya kepada Yudha.Hanya saja, karena dia mengambil rekaman dari sudut rendah saat tergeletak di lantai, wajah Tirta tidak terlihat dengan jelas. Yang terekam hanya bagian samping tubuhnya.Namun, kondisi Sora yang berlumuran darah dan menjerit kesakitan terekam dengan sangat jelas."Paman Pak Sora adalah orang yang sangat berpengaruh di Negara Yumai. Bahkan, katanya ayahnya bisa menjadi kandidat terkuat dalam pemilihan karena pamannya yang mengatur semuanya di belakang layar!""Tirta telah menyiksa Sora sampai cacat. Paman Pak Sora pasti akan menuntut nyawa Tirta sebagai balasannya! Nggak, ak
Tatapan wanita itu penuh ketakutan dan keengganan, menatap Tirta dengan mata yang terbelalak. Dalam sekejap, nyawanya pun melayang. Bahkan, kalimat terakhirnya tidak dapat dia selesaikan.Sejak awal hingga akhir, Tirta tetap tak tergoyahkan. Wajahnya tetap tenang, hanya menatap dingin saat wanita itu mengembuskan napas terakhirnya.Sejak menerima warisan ingatan dari Genta, mental Tirta telah berubah banyak. Baginya, membunuh hanyalah hal sepele.Bagaimana tidak? Dalam ingatan yang diwariskan oleh Genta, ada banyak kenangan tentang pembantaian puluhan ribu orang.Tentu saja, Tirta tidak akan sembarangan membunuh orang yang tak bersalah. Dia hanya membunuh mereka yang pantas mati."Oh, maaf, aku hampir melupakan kalian." Setelah membunuh wanita itu, Tirta melirik ke samping dan melihat beberapa orang Negara Yumai yang masih tergeletak di tanah.Dia menepuk dahinya, lalu berjalan ke arah mereka yang masih bernapas, yaitu para pengawal Sora. Dengan ekspresi datar, Tirta mengangkat kakinya
"Berkomunikasi dengan roh dan dewa? Mana mungkin! Pasti itu bohong!""Aku juga merasa itu mustahil. Kurasa dia nggak jauh berbeda dengan dukun atau peramal.""Itu pasti takhayul.""Mana ada hal seperti roh dan dewa di dunia ini? Hei, jangan menakut-nakuti orang!"Begitu ucapan itu dilontarkan, segera ada orang yang membantah. Mereka menganggap itu hanya rumor yang dilebih-lebihkan."Itu benar! Aku pernah pergi ke Negara Yumai sekali dan kebetulan melihat seseorang mencoba membunuh Yudha. Tapi, coba tebak apa yang kulihat.""Yudha menggunakan sesuatu yang disebut ... Teknik Elemen! Ya, benar! Teknik Elemen! Dia mengendalikan beberapa arwah wanita, lalu membunuh semua orang yang berusaha membunuhnya!""Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, ini bukan bualan! Oh ya, aku bahkan masih punya videonya di ponselku! Kalian bisa lihat sendiri aku bohong atau nggak!"Orang yang pertama kali berbicara melihat banyak yang meragukannya. Jadi, dia menceritakan dengan ekspresif. Bahkan, dia meng
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu
"Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir
Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak
Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang
Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den
Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai
Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati
Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg
Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di