'Um ... Tirta ini sangat mendominasi. Tanpa menanyakan pendapatku, dia menciumku secara paksa ....'Elisa yang dicium hanya bisa termangu di tempat. Lidah Tirta yang lincah dan fleksibel itu bagaikan sebuah kunci.Lidah itu menari-nari di mulut Elisa, membuat gembok hasrat di dalam tubuhnya seketika terbuka. Segala kekhawatiran yang ada sebelumnya pun sirna begitu saja karena ciuman ini.Yang tersisa hanyalah rasa gugup, manis, bahagia, penasaran, dan gairah .... Bahkan, tangan yang melindungi payudaranya itu telah dilepaskan dan diturunkan."Bi, mulutmu wangi sekali. Air liurmu juga manis ...." Begitu Elisa menurunkan tangannya, Tirta langsung meraihnya. Tanpa memberi Elisa kesempatan untuk beristirahat, Tirta mencium dengan semakin intens.'Ah ... jantungku berdebar cepat sekali. Aku nggak kuat lagi. Seluruh energiku seperti akan diserap oleh Tirta ....'Di bawah dua serangan yang dilancarkan Tirta, Elisa yang belum pernah mengalami hal seperti ini pun tersipu. Kesadarannya semakin m
Namun, perasaan yang begitu menggoda jiwa itu masih membuatnya tak bisa menahan diri untuk terus mendambakannya."Bi, jangan dong .... Aku belum cukup bersamamu, kamu nggak boleh pergi. Temani aku sebentar lagi ya." Tirta bahkan tidak mengangkat kepalanya, tetap fokus pada apa yang sedang dia lakukan."Tapi ... langit sudah hampir terang, Tirta .... Aku belum pakai baju, aku masih harus kembali ke vila untuk mengambilnya ....""Gimana kalau sampai kakakku lihat? Gimana aku bisa menjelaskannya .... Kumohon, Tirta, nanti saat kamu datang ke dunia misterius untuk mencariku, aku akan menemanimu lagi ya?"Elisa merasa cemas, tetapi dia sudah kehabisan tenaga untuk melepaskan diri dari Tirta, seakan-akan seluruh tulangnya melemah.Dia tidak menyadari bahwa ini memang rencana licik Tirta sejak awal. Dia ingin menguras tenaga Elisa sepenuhnya, setidaknya membuatnya harus beristirahat di tempat tidur selama dua atau tiga hari. Dengan begitu, Elisa tidak akan bisa pergi saat fajar tiba.Selama w
"Kamu juga telanjang, memangnya kamu punya cara apa? Kamu nggak mungkin menerobos masuk ke kamar kakakku untuk mengambil bajuku, 'kan?"Elisa merasa agak curiga. Mengingat sifat Tirta yang sangat tidak tahu malu, bisa jadi dia benar-benar akan melakukan hal semacam itu."Bi, kamu kira aku seburuk itu?" Tirta merasa geli, lalu mendekat ke telinga Elisa dan berbisik pelan, "Tutup matamu dan hitung sampai seratus. Begitu kamu selesai menghitung, aku sudah kembali dengan bajumu."Mendengar ucapan Tirta, Elisa langsung memutar bola matanya dan mencibir. "Tirta, trik kekanak-kanakan seperti ini lebih cocok untuk menipu anak tiga tahun. Aku nggak akan percaya.""Bi, aku nggak bohong. Kalau nggak percaya, tunggu saja." Setelah berkata begitu, Tirta menutup mata Elisa dengan tangannya.Ketika Elisa merasa tangan Tirta sudah menjauh dari matanya, dia pun membuka mata dan melihat sekeliling. Namun, di dalam mobil itu, Tirta sudah menghilang tanpa jejak. Selain itu, dia juga tidak mendengar suara
Saat mengambil pakaian untuk Elisa, Tirta juga menyempatkan diri pergi ke kamar Bella.Di kamar, Bella masih tertidur pulas. Tirta segera mencari satu set pakaian untuk dirinya sendiri, mengenakannya, lalu pergi ke kamar Ayu untuk mengambil pakaian yang bisa dipakai Elisa."Tirta ... gimana caramu melakukannya? Ini bahkan belum sampai satu menit, tapi kamu sudah kembali dengan pakaianku, bahkan kamu sendiri juga sudah berpakaian lengkap?""Lalu ... gimana mungkin ... gimana mungkin kamu bisa tiba-tiba muncul di dalam mobil ini?"Elisa tidak menjawab pertanyaan Tirta, melainkan menatapnya dengan penuh keterkejutan, seolah-olah melihat sesuatu yang mustahil. Jika saja Tirta tidak memeluknya, dia mungkin akan mengira dirinya sedang berhalusinasi."Bi, aku akan menjelaskannya padamu nanti, tapi sekarang bukan waktunya. Pakai dulu pakaianmu, nanti aku akan memijatmu. Sebentar lagi matahari akan terbit, kita harus segera kembali ke kamar masing-masing."Tirta sudah menduga Elisa akan sangat
Setelah mendapatkan pijatan profesional dari Tirta yang diperkuat dengan energi spiritual, Elisa merasa tubuhnya jauh lebih baik.Setidaknya sekarang dia sudah bisa berjalan normal, meskipun harus melangkah dengan perlahan. Dari luar, sama sekali tidak terlihat ada sesuatu yang aneh."Tirta, teknik pijatan apa yang kamu gunakan tadi? Kamu bisa mengajariku nggak?" Elisa merasa sangat takjub.Sebagai seseorang yang memiliki kemampuan medis tinggi, dia tahu bahwa tidak mungkin hanya dengan pijatan singkat, tubuh yang sangat lelah bisa pulih begitu cepat."Tentu saja bisa, Bi. Tapi, mungkin lain kali saat ada kesempatan. Matahari sudah terbit, kita harus segera kembali." Tirta tersenyum tipis dan mengangguk setuju.Untuk menghindari kecurigaan, Tirta dan Elisa pun sepakat untuk masuk ke ruang makan secara bergiliran. Mereka akan berpura-pura membahas tentang ilmu pengobatan."Tirta ... dia bisa menghilang?" Saat melihat Tirta tiba-tiba menghilang di depan matanya, barulah Elisa menyadari s
Bella yang kebingungan melanjutkan, "Tadi waktu aku menelepon Tirta, Bi Elisa lagi mendiskusikan tentang ilmu medis dengan Tirta di ruang makan. Apa kamu salah ingat atau bermimpi buruk semalam?""Apa? Nggak mungkin, jelas-jelas kemarin adikku memberitahuku hari ini dia mau pergi. Bu Bella, ayo kita cepat pergi ke ruang makan!" sahut Ayu.Ayu makin bingung setelah mendengar Elisa tidak pergi. Dia segera berjalan ke ruang makan untuk memastikan kebenaran dari ucapan Bella.Tak lama kemudian, Ayu dan Bella yang sudah sampai di ruang makan melihat Elisa. Dia sedang makan bersama Tirta.Dari percakapan Tirta dan Elisa, sudah jelas mereka memang mendiskusikan tentang ilmu medis. Tirta mengatakan dia bisa memulihkan lengan Kurnia yang patah.Bagi Tirta, resep obat ini bukan sesuatu yang langka. Biarpun kemarin Tirta tidak bercinta dengan Elisa semalaman, dia juga akan memberi tahu Elisa esensi dari resep ini.Melihat Elisa duduk di seberang Tirta dan mendengar Tirta membicarakan ilmu medis,
Mendengar Camila yang memamerkan pacar barunya, Bella merasa muak. Apalagi Bella sangat membenci orang dari Negara Yumai.Bella menanggapi dengan ketus, "Apa? Camila, kamu pacaran dengan pria dari Negara Yumai? Apa kamu tahu sebenarnya Simon masih menyukaimu? Kalau kamu mau memperbaiki kesalahanmu, kemungkinan besar kamu bisa rujuk dengan Simon."Bella meneruskan, "Untuk apa kamu merendahkan dirimu dengan mencari pacar dari Negara Yumai? Kamu itu berasal dari Negara Darsia! Apa kamu lupa Negara Yumai pernah mencelakai rakyat Negara Darsia?"Camila merasa sangat puas sesudah mendengar tanggapan Bella. Dia juga tidak menganggap serius perkataan Bella. Camilla menimpali, "Kak Bella, kenapa kamu begitu emosional? Aku punya kebebasan untuk memilih pria mana pun untuk menjadi pacarku, kamu nggak usah atur-atur aku."Camila melanjutkan, "Lagi pula, aku dan Simon sudah putus. Negara Yumai dan Negara Darsia juga sudah berdamai. Bahkan presiden Negara Darsia pun nggak pernah mengungkit tentang m
Bella menambahkan, "Jelas-jelas Simon sangat menyayangi Camila, tapi dia sama sekali nggak menghargainya!"Setelah mengakhiri panggilan telepon, Bella tidak selera makan lagi saat melihat sarapan enak di depannya. Tirta tidak terpengaruh sedikit pun. Dia tetap makan dan minum dengan tenang.Kemudian, Tirta menghibur Bella, "Bella, semua orang punya takdir masing-masing. Asalkan Camila nggak mencari masalah dengan kita, kamu nggak usah peduli dengan pacar yang dipilihnya. Biarpun dia mencari gorila, itu juga pilihannya sendiri."Tirta melanjutkan, "Mengenai konsekuensi yang akan dihadapinya di masa depan, biarkan dia menanggungnya sendiri. Kita lanjut makan saja. Setelah selesai makan, kita sudah boleh siap-siap dan berangkat."Tentu saja, Tirta juga berwaspada terhadap Camila. Bella membalas, "Tirta, apa yang kamu bilang memang benar. Seharusnya aku nggak membiarkan orang seperti Camila merusak suasana hatiku. Kita lanjut makan."Bella menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diriny
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu
"Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir
Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak
Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang
Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den
Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai
Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati
Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg
Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di