Share

Bab 1032

Penulis: Hazel
Bella seperti bidadari dari kayangan!

"Bu Bella ... apa aku sedang bermimpi? Kita benaran akan tunangan?" Untuk sesaat, Tirta terpana dan menelan ludah, merasa dirinya seperti berada di alam mimpi. Rasanya tidak nyata.

"Semua orang bilang Bu Bella adalah wanita tercantik di Provinsi Narta. Sekarang, aku percaya itu!"

"Terlalu sempurna, seperti dewi!"

"Dengan kecantikan seperti ini, dia pasti mampu memikat para bangsawan di zaman kuno! Bahkan, mereka mungkin akan berperang untuk mendapatkannya!"

Para tokoh besar yang hadir serta para pemuda kaya, secara spontan memberikan pujian yang tulus. Bahkan Ayu yang berada di samping Tirta tak kuasa merasa minder.

Namun, Ayu segera tersadarkan dan mendorong Tirta sambil berkata, "Tirta, jangan melamun. Ini pesta pertunanganmu dengan Bu Bella! Cepat naik ke panggung, jangan cuma duduk diam!"

"Oh, oke, oke. Bu Bella, ayo." Tirta akhirnya sadar. Dia bangkit dan menggenggam tangan lembut Bella. Keduanya sama-sama berjalan ke panggung tinggi di tengah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1033

    "Eh? Pak Darwan, aku ... aku juga harus naik?" Ayu gugup hingga menggenggam erat jarinya. Dia secara refleks menoleh ke arah Tirta berada."Tirta adalah anak yatim piatu, sementara kamu telah merawatnya dengan susah payah hingga dia tumbuh dewasa. Siapa lagi yang pantas duduk di kursi itu kalau bukan kamu? Ayo, silakan naik."Darwan menyadari Ayu tampak sangat gugup. Dia mencoba berbicara dengan nada lembut untuk menenangkannya."Bibi, naik saja," ucap Tirta yang berada di atas panggung sambil menatap Ayu dengan penuh perhatian."Jangan gugup, Bibi. Naik dan duduk saja. Gimana bisa kami bertunangan tanpa kehadiranmu sebagai saksi?" Bella tersenyum manis dan turut menyemangati Ayu."Ya sudah, aku akan naik." Meskipun masih merasa gugup, Ayu mengumpulkan keberanian untuk naik ke panggung bersama Darwan. Mereka duduk di kursi yang terbuat dari kayu cendana emas.Saat menyadari detak jantung Ayu yang sangat cepat dan napasnya yang memburu, Tirta berniat memberikan tatapan menenangkan. Namu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1

    "Tirta! Dasar cabul! Kamu mengintipku mandi! Benar-benar nggak tahu malu!"Cuaca di bulan Juli sangat panas. Tirta Hadiraja yang mendaki gunung untuk memetik bahan obat kepanasan sehingga langsung melepaskan pakaiannya dan menyelam di sungai. Begitu muncul ke permukaan, dia malah melihat pemandangan indah di depannya!Nabila Frenaldi, putri kepala desa, tampak memaki Tirta seraya menunjuknya. Dia baru berusia 18 tahun. Melalui air sungai yang bergoyang, samar-samar terlihat sepasang buah dada yang memikat dan ....Tirta yang tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sontak terperangah di tempatnya!"Berengsek! Kalau kamu masih menatapku, akan kucungkil bola mata!" maki Nabila dengan wajah memerah sambil menutupi bagian tubuhnya yang penting.Nabila juga kepanasan. Kebetulan, sekarang liburan musim panas. Dia merasa bosan sehingga diam-diam keluar untuk berendam. Tanpa diduga, dia malah diintip oleh Tirta!"A ... aku nggak mengintipmu. Aku juga datang untuk berendam. Apa aku perlu be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 2

    "Tirta, ada apa denganmu?" tanya Ayu dengan bingung. Dia tidak tahu apa yang membuat Tirta begitu gembira."Oh, bukan apa-apa, Bibi. Ayo, kita pulang dulu," balas Tirta sambil menahan kegembiraannya dan memapah Ayu. Dia akan mencari kesempatan untuk menguji kejantanannya nanti!Ayu mengangguk, lalu berpesan dengan sungguh-sungguh, "Lain kali, kamu harus lebih berhati-hati kalau keluar memetik bahan obat. Kalau nggak ada Nabila, kita mungkin sudah nggak bisa bertemu. Cari waktu ke supermarket besok. Kita beli barang, lalu bertamu ke rumah Nabila untuk berterima kasih. Aku akan menemanimu.""Aku sudah tahu, Bi. Tenang saja." Kemudian, Tirta membatin, 'Kalau bukan karena Nabila, aku juga nggak mungkin berniat bunuh diri.'Lantaran masih merasa enggan, Tirta menggaruk kepala sambil mengeluh dengan kesal, "Bibi, aku boleh nggak pergi nggak? Wanita itu terlalu sombong.""Jangan bicara omong kosong! Dia yang menolongmu lho! Kamu seharusnya bersikap lebih ramah! Pokoknya, besok kamu harus ikut

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 3

    Melati baru berusia 27 atau 28 tahun sehingga tubuhnya masih seksi seperti wanita muda lainnya. Sentuhan hangat dari tubuhnya seketika membuat Tirta merasa makin panas."Kak Melati, jangan bercanda. Gi ... gimana aku bisa membantumu? Kalau mertuamu tahu, aku bisa dihajar sampai setengah mati!" Tirta tidak pernah mengalami hal seperti ini sehingga menggeleng dengan kuat."Tirta, tenang saja. Aku nggak bakal memberi tahu siapa pun tentang ini. Cuma sekali ini. Kalau kamu menolak, aku akan memberi tahu Kak Ayu semuanya," ancam Melati lagi saat melihat Tirta masih belum bisa diajak berkompromi."Jangan ... aku akan memberikannya kepadamu." Tirta yang kebingungan akhirnya mulai melepaskan celananya.Melati tentu senang melihatnya, tetapi dia tetap menghentikan. "Jangan buru-buru, ini pertama kali untukku. Kemaluanmu besar sekali. Aku pasti kesakitan kalau dimasukkan begitu saja. Nanti Kak Ayu mendengar suaraku.""Begini saja, mertuaku lagi pergi 2 hari ini. Malam ini, kamu datang ke rumahku

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 4

    "A ... apa-apaan itu? Cepat singkirkan ...." Mata Nabila tiba-tiba berkaca-kaca. Di luar dugaannya, Tirta sudah sembuh. Nabila tentu panik."Kenapa kamu nggak bertingkah sombong lagi? Coba saja kamu mengejekku lagi. Cepat lepaskan rokmu. Kita lihat, aku bisa menidurimu atau nggak." Tirta menyeringai, mencoba untuk memasang ekspresi garang.Tirta tidak berniat untuk menodai Nabila. Dia sudah merasa puas jika wanita ini ketakutan sampai menangis. Tubuh Nabila benar-benar wangi, apalagi Tirta sedang memeluknya, rasanya benar-benar nyaman. Ketika melihat Nabila menangis, Tirta justru merasa senang."Aku ... huhu .... Tirta, kamu memang berengsek. Cepat lepaskan. Kalau kamu berani menyentuhku, aku akan ...." Nabila hendak mengancam."Kamu bisa apa?" tanya Tirta seperti orang yang sedang mengancam. Sesudah itu, dia mengangkat tangan dan menepuk bokong Nabila.Plak! Suara yang sungguh nyaring. Nabila pun menangis sesenggukan sembari memukul dada Tirta. "Huhuhuhu ... aku sudah kotor ... aku ng

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 5

    Namun, Tirta segera menggeleng dan tersenyum mengejek diri sendiri. Nabila baru saja berkata, jangan mencarinya kalau tidak ada urusan penting. Wanita ini hanya membantunya karena merasa kasihan, bukan karena menyukainya.Malam hari, Melati masih menunggu Tirta, tetapi Tirta sudah kehilangan minatnya. Prioritas utama untuk sekarang adalah mendapatkan sertifikat medis dan mempertahankan kliniknya.Masalahnya, banyak tulisan yang tidak Tirta pahami di buku medis. Meskipun Nabila membantunya membujuk Agus, apakah Tirta bisa mendapatkan sertifikat medis dengan ilmunya itu?Tirta yang merasa gusar akhirnya kembali ke klinik. Ayu yang mendengar suara pun berjalan ke luar dan bertanya, "Tirta, kamu sudah kembali?""Ya, Bi. Ayo, kita pulang untuk makan," sahut Tirta.Tiba-tiba, seorang pria paruh baya berjanggut dan bergigi kuning menghampiri Tirta dan berucap, "Tirta, jangan buru-buru. Aku ingin mengobrol denganmu."Pria ini bernama Raden, dia sangat terkenal di Desa Persik. Lima tahun lalu,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 6

    "Nggak, aku nggak melihatnya ...." Tirta buru-buru mengklarifikasi bahwa dirinya tidak melakukan apa pun."Cih! Tirta, kamu nggak pernah melihat wanita, ya? Kenapa otakmu penuh dengan hal-hal kotor sih? Memalukan sekali!" hardik Nabila."Aku ... aku nggak memikirkan apa pun kok!" bantah Tirta."Hantu pun nggak percaya!" bentak Nabila sambil memelotot dengan waspada.Tirta merasa getir. Dia baru teringat bahwa dirinya menjadi begitu sensitif dengan wanita sejak memakan ular putih itu. Dengan situasi seperti ini, mana mungkin Nabila bersedia mengajarinya lagi! Dilihat dari penampilan Nabila, wanita ini jelas-jelas ingin kabur."Nabila datang, ya? Kenapa aku mendengar suaranya?" Ketika Tirta sibuk memikirkan cara untuk menahan Nabila, tiba-tiba terlihat Ayu berjalan ke luar dengan meraba-raba karena matanya buta."Oh, ya, Bi. Dia datang untuk mengajariku. Aku ingin berterima kasih padanya," sahut Tirta sembari menoleh. Berhubung ada yang lebih senior di sini, Tirta buru-buru menyatakan tu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 7

    "Kenapa ingatanmu tiba-tiba menjadi bagus sekali?" tanya Nabila dengan ekspresi tidak percaya. Tirta yang awalnya terlihat bodoh justru berhasil menguasai 500 kata dalam satu jam. Bagaimana mungkin Nabila tidak terkejut dengan pencapaian ini?"Aku memang terlahir genius," sahut Tirta dengan ekspresi angkuh. Jika terus seperti ini, bukankah berarti dia bisa menghafal 3.000 kata dalam beberapa hari ini? Itu artinya, Nabila mungkin menjadi pacarnya? Wanita ini bukan hanya cantik, tetapi juga seksi. Pasti nyaman kalau dipeluk saat tidur! Begitu memikirkan ini, ekspresi Tirta tampak berseri-seri."Hehe!" Tirta terkekeh-kekeh. Melihat ini, Nabila pun mengernyit sambil berkata, "Cih, senyumanmu cabul sekali. Pasti mulai memikirkan hal-hal kotor!""Bukan urusanmu," balas Tirta dengan santai. Kemudian, dia menambahkan, "Cepat ajari aku lagi. Mungkin saja aku berhasil menguasai 3.000 kata malam ini, lalu kamu akan menjadi pacarku!""Jangan berangan-angan secepat itu. Tapi, sekarang sudah malam s

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1033

    "Eh? Pak Darwan, aku ... aku juga harus naik?" Ayu gugup hingga menggenggam erat jarinya. Dia secara refleks menoleh ke arah Tirta berada."Tirta adalah anak yatim piatu, sementara kamu telah merawatnya dengan susah payah hingga dia tumbuh dewasa. Siapa lagi yang pantas duduk di kursi itu kalau bukan kamu? Ayo, silakan naik."Darwan menyadari Ayu tampak sangat gugup. Dia mencoba berbicara dengan nada lembut untuk menenangkannya."Bibi, naik saja," ucap Tirta yang berada di atas panggung sambil menatap Ayu dengan penuh perhatian."Jangan gugup, Bibi. Naik dan duduk saja. Gimana bisa kami bertunangan tanpa kehadiranmu sebagai saksi?" Bella tersenyum manis dan turut menyemangati Ayu."Ya sudah, aku akan naik." Meskipun masih merasa gugup, Ayu mengumpulkan keberanian untuk naik ke panggung bersama Darwan. Mereka duduk di kursi yang terbuat dari kayu cendana emas.Saat menyadari detak jantung Ayu yang sangat cepat dan napasnya yang memburu, Tirta berniat memberikan tatapan menenangkan. Namu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1032

    Bella seperti bidadari dari kayangan!"Bu Bella ... apa aku sedang bermimpi? Kita benaran akan tunangan?" Untuk sesaat, Tirta terpana dan menelan ludah, merasa dirinya seperti berada di alam mimpi. Rasanya tidak nyata."Semua orang bilang Bu Bella adalah wanita tercantik di Provinsi Narta. Sekarang, aku percaya itu!""Terlalu sempurna, seperti dewi!""Dengan kecantikan seperti ini, dia pasti mampu memikat para bangsawan di zaman kuno! Bahkan, mereka mungkin akan berperang untuk mendapatkannya!"Para tokoh besar yang hadir serta para pemuda kaya, secara spontan memberikan pujian yang tulus. Bahkan Ayu yang berada di samping Tirta tak kuasa merasa minder.Namun, Ayu segera tersadarkan dan mendorong Tirta sambil berkata, "Tirta, jangan melamun. Ini pesta pertunanganmu dengan Bu Bella! Cepat naik ke panggung, jangan cuma duduk diam!""Oh, oke, oke. Bu Bella, ayo." Tirta akhirnya sadar. Dia bangkit dan menggenggam tangan lembut Bella. Keduanya sama-sama berjalan ke panggung tinggi di tengah

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1031

    Saat ini, Darwan benar-benar bahagia!Ini bukan hanya karena dia bisa menjalin kerja sama jangka panjang dengan para tokoh besar di lingkaran bisnis ibu kota, yang akan membawa keuntungan tak terhitung bagi Keluarga Purnomo, tetapi juga karena koneksi Tirta yang sungguh di luar dugaannya.Mereka baru tidak bertemu selama kurang dari satu bulan, tetapi sudah berkembang sampai sejauh ini. Bahkan, Darwan yang telah bekerja keras selama bertahun-tahun, tidak bisa menandinginya.Apalagi, Tirta masih sangat muda. Prestasi masa depannya pasti sangat gemilang. Sosok yang luar biasa seperti ini akan segera menjadi menantunya, bagaimana mungkin Darwan tidak bahagia?Bahkan saat berbicara tadi, suara Darwan mengandung semangat dan kegembiraan yang belum pernah ada sebelumnya!"Tirta, aku ingin bicara denganmu." Tepat sebelum Darwan berbicara, Ayu yang diam sejak tadi di sudut ruangan tiba-tiba berbicara kepada Tirta yang baru saja kembali di sisinya. Ekspresinya rumit sekaligus lega.Namun, saat

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1030

    "Nggak masalah, Pak Tirta. Kalau mereka nggak mau menyerahkan uang itu, aku akan menangani semuanya dengan baik," jawab Chandra dengan tegas."Um, 40 triliun ....""Pak Tirta, total kekayaan keluarga aku saja cuma sekitar 60 triliun. Kalau kamu minta kami langsung menyerahkan 40 triliun, bukannya itu sama saja dengan membunuh Keluarga Liman?""Pak Tirta, aku mohon tolong beri kelonggaran. Gimana kalau kami cuma kasih 20 triliun sebagai kompensasi?"Mendengar angka 40 triliun, ekspresi Diego dan Sofyan langsung berubah. Mereka jelas merasa sangat keberatan. Apalagi, bagi Wirya dan para pemuda dari keluarga kelas dua lainnya. Satu per satu dari mereka kembali berlutut dan memohon ampun sambil mengetuk kepala mereka ke lantai."Hmph! Tirta minta kalian bayar 40 triliun saja, kalian masih keberatan? Sungguh nggak tahu diri! Apa perlu aku bikin keluarga kalian bangkrut, baru kalian rela bayar uang itu pada Tirta?" Pada saat itu, terdengar suara dingin dari belakang.Simon yang baru selesai

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1029

    Tirta membalas dengan sopan, "Um .... Baiklah, Kak Yahsva. Sebenarnya ini semua cuma kesalahpahaman. Setelah dijelaskan, semuanya beres."Melihat ketulusan Yahsva, Tirta hanya bisa mengangguk setuju. Tak lama, telepon itu kembali diberikan kepada Saba.Saba memberi tahu, "Tirta, aku benar-benar nggak tahu bahwa hari ini adalah pesta pertunanganmu. Waktu yang begitu singkat bikin aku nggak sempat ke ibu kota provinsi. Begini saja, nanti ketika kamu datang ke ibu kota, pastikan untuk membawa tunanganmu juga.""Nantinya, aku akan memberikan kompensasi khusus untuk kalian berdua. Aku harap kalian nggak menyalahkanku karena nggak hadir," ucap Saba dengan nada penuh penyesalan."Kak Saba, aku juga belum sempat memberitahumu soal ini ...." Tirta berbicara beberapa saat lagi dengan Saba sebelum akhirnya menutup telepon dan berjalan menuju aula.Simon mengejar Tirta dengan langkah cepat, lalu berbicara dengan suara pelan di sampingnya, "Kakek Tirta, nanti ketika keluar, aku akan memanggilmu Tir

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1028

    Simon menimpali, "Hubungan senioritas nggak boleh dibolak-balik! Tadi, di luar banyak orang dan suasana nggak mendukung. Jadi, aku merasa nggak enak untuk memanggilmu Kakek. Tolong jangan salahkan aku atas hal ini. Kalau kamu nggak mau memaafkanku, aku nggak akan bangkit!"Meskipun Simon merasa sedikit tertekan dan malu, setelah berpikir dari sudut pandang lain, dia menyadari bahwa sekalipun tidak pernah menyinggung Tirta, berdasarkan senioritas Tirta, dia tetap harus menghormatinya dengan sujud dan memberikan salam.Pikiran ini perlahan meredakan rasa kesalnya. Terlebih lagi, permintaan untuk berlutut dan meminta maaf itu adalah perintah langsung dari kakeknya. Simon tidak berani menolak perintah tersebut.Tirta memberi tahu, "Simon, aku tahu kamu melakukan ini karena menghormati Pak Saba. Sejujurnya, aku nggak punya dendam yang dalam denganmu.""Kalau kamu nggak mempersulitku, aku juga nggak akan mempermasalahkannya. Tapi, tolong perhatikan perilaku pacarmu. Anggap saja urusan ini se

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1027

    "Ayah, ayo kita segera pergi dari sini! Kita nggak mungkin bisa tetap di tempat ini lagi!" Melihat Simon merendahkan diri dan bersikap lunak terhadap Tirta, Camila meninggalkan aula dengan wajah penuh rasa malu.Sementara itu, Wirya, Diego, Sofyan, dan beberapa orang yang sebelumnya paling keras mengejek Tirta, mulai merasakan ketakutan. Mereka coba memanfaatkan keramaian untuk menyelinap keluar melalui kerumunan tanpa menarik perhatian.Hanya saja sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, Joshua yang duduk di kursi utama berdiri dan berbicara dengan nada dingin, "Berhenti di situ. Pak Sofyan, Pak Diego, Pak Wirya, kalian mau pergi ke mana? Apa kalian lupa apa yang sudah aku katakan sebelumnya?"Orang-orang di sekitar mereka segera membuka jalan. Mereka sebisa mungkin menjauh dari ketiga orang itu karena takut terseret dalam masalah. Sofyan, Diego, dan Wirya kini tidak bisa melangkah maju ataupun mundur. Mereka terdiam di tempat, bahkan tubuh mereka kaku seperti patung.Mereka sudah

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1026

    "Pak Simon sudah membungkuk dan minta maaf di depan umum. Itu sudah cukup menghargaimu! Tapi, kamu masih ragu dan enggan pergi ke belakang aula bersamanya!""Kamu kira setelah menjadi saudara angkat Pak Saba, kamu langsung berubah menjadi seorang bangsawan? Padahal sejak awal, kamu cuma orang kampungan yang nggak punya nilai!"Dari kejauhan, Camila memperhatikan semuanya dengan diam-diam. Ketika melihat Tirta ragu, dia mengepalkan tinjunya sambil bergumam demikian dengan gigi terkatup.Camila memang sengaja tidak henti-hentinya menyebut Tirta sebagai orang kampungan. Tujuannya adalah untuk menonjolkan status pacarnya sebagai cucu seorang veteran, sekaligus merendahkan Bella.Namun kini, pacarnya yang begitu dibanggakannya malah membungkuk dan meminta maaf kepada Tirta di depan banyak orang. Bisa dibayangkan betapa tertekan dan geramnya Camila saat ini. Dalam situasi seperti ini, Camila hanya bisa mengutuk Tirta dalam hatinya tanpa bisa berbuat apa-apa.Di saat Tirta masih ragu apakah d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1025

    Camila tidak pernah melihat Simon mengamuk seperti ini. Mungkin karena ucapan Yahsva, Simon yang marah juga terlihat sedikit ketakutan.Camila yang dipaksa untuk menerima kenyataan berusaha menahan emosinya dan menghibur Simon, "Simon, biarpun dia itu adik angkat Kakek Saba, kamu itu cucu kandung Kakek Yahsva. Kamu nggak usah panik cuma karena masalah sepele seperti ini."Camila melanjutkan, "Paling-paling kita minta maaf kepada ... Tirta untuk menghormati Kakek Saba. Bagaimanapun, Kakek Yahsva nggak akan mempersulitmu demi orang luar."Camila takut ditendang Simon lagi, tetapi sebenarnya dia tetap menganggap Tirta sebagai orang kampungan. Camila tidak akan mengubah pandangannya karena Tirta adalah adik angkat Saba.Simon memelototi Camila sambil membentak, "Dasar tolol! Kalau memang segampang itu, aku nggak mungkin begitu marah! Kamu tahu Kakek menyuruhku minta maaf pada Tirta dengan cara apa?"Simon ingin menampar Camila. Sementara itu, Camila mulai ketakutan. Dia mundur, lalu beruca

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status