Yahsva menegur, "Kamu buat masalah apa lagi? Aku lagi minum teh dan main catur dengan Saba! Kalau nggak ada urusan penting, aku langsung akhiri panggilan telepon!"Sepertinya, Yahsva tidak merasa puas dengan Simon. Sementara itu, Simon sangat takut kepada kakeknya. Mendengar teguran Yahsva, Simon langsung menceritakan masalah yang dialaminya di kediaman Keluarga Purnomo, "Kakek, aku juga nggak ingin mengganggumu karena masalah sepele, tapi Pak Chandra keterlaluan sekali!"Simon melanjutkan, "Pak Chandra mempermalukanku di depan umum demi seorang pria kampungan! Aku nggak bisa terima! Kakek, aku mohon ...."Simon tidak mengungkit Keluarga Purnomo. Dia berencana membalas mereka secara diam-diam. Setelah mendengar cerita Simon, Yahsva membentak, "Kamu selalu membuat masalah! Aku bantu kamu terakhir kali."Simon menambahkan, "Kalau ke depannya kamu berani bertindak semena-mena dengan mengandalkan identitasmu, kamu selesaikan masalahmu sendiri! Aku nggak bisa melindungimu seumur hidup, kamu
Tiba-tiba, ponsel Saba berdering. Begitu melihat Tirta menelepon, mata Saba berbinar-binar. Saba segera memanggil Yahsva, "Yahsva, tunggu sebentar. Tirta yang telepon, aku bantu kamu tanya kapan dia punya waktu datang ke ibu kota. Nanti kamu baru bereskan urusanmu.""Kebetulan sekali! Saba, cepat bantu aku tanya Tirta punya waktu atau nggak! Urusanku nggak terlalu penting," timpal Yahsva.Tentu saja Yahsva merasa urusan memperpanjang umur lebih penting. Dia langsung menghentikan langkahnya begitu mendengar Saba mengatakan Tirta yang menelepon. Yahsva kembali ke sisi Saba dan mendengar percakapannya dengan Tirta.Melihat Yahsva yang antusias, Saba juga langsung berkata sebelum Tirta sempat bicara, "Tirta, kenapa kamu tiba-tiba meneleponku? Kebetulan aku butuh bantuanmu, entah kamu bisa menyanggupinya atau nggak."Mendengar ucapan Saba, Tirta tidak langsung mengungkapkan permintaannya. Bagaimanapun, Tirta hendak merepotkan Saba. Dia berutang budi pada Saba. Jadi, Tirta memutuskan untuk
Selesai bicara, Yahsva hendak menelepon Simon dan menegurnya. Namun, Saba menghentikan dengan ekspresi marah, "Tunggu, Yahsva. Kamu bilang dulu mau beri pelajaran apa pada Simon. Tirta sudah minta bantuanku, aku rasa Simon pasti melakukan hal yang keterlaluan! Mana mungkin Simon bisa jera kalau diberi hukuman yang ringan?"Sebelumnya Saba tidak tahu orang yang ingin dibereskan Simon adalah teman Tirta. Jadi, dia tidak ingin ikut campur dan mengabaikannya. Namun, sekarang masalah ini melibatkan adik angkatnya. Tentu saja, Saba harus menyikapinya dengan serius.Ini adalah pertama kalinya Yahsva melihat sikap Saba yang begitu serius. Dia tahu Saba menganggap Tirta sangat penting. Yahsva menimpali, "Saba ... coba aku pikirkan dulu .... Kalau nggak, aku suruh Simon minta maaf pada Tirta di depan umum dan beri Tirta kompensasi 20 triliun."Mendengar perkataan Yahsva, Saba mendengus dan mengomel, "Yahsva, tadi aku sudah bilang Tirta nggak tertarik dengan uang. Nggak ada gunanya kamu beri dia
Chandra dan lainnya sudah mendengar Tirta menelepon Saba. Biarpun mereka terlihat tidak peduli, sebenarnya mereka juga merasa gugup.Tirta menegaskan, "Nggak. Kita memang teman, tapi aku tetap berutang budi pada kalian. Aku bisa membedakannya dengan jelas, jadi aku akan tetap menebus kesalahanku. Kalau nggak, ke depannya aku nggak berani bertemu kalian lagi."Sebelum Chandra dan lainnya bicara, Darwan menghampiri mereka dan tertawa. Dia berkata, "Pak Chandra, Pak Argono, Pak Toby, Pak Hendrik, dan Pak Hubert, silakan duduk. Kalian sudah berikan hadiah yang mahal untuk putriku dan Tirta. Kalian itu tamu terhormat Keluarga Purnomo."Darwan meneruskan, "Mohon dimaklumi kalau pelayananku kurang memuaskan. Mulai hari ini, kalian itu rekan kerja sama Keluarga Purnomo yang paling penting. Kalau ada proyek, kalian bisa bahas denganku. Kita bisa berkembang bersama!"Sudah jelas Darwan bermaksud membantu Tirta membayar utang budinya. Bagi Keluarga Gumarang, Keluarga Reksa, Keluarga Wisono, dan H
Jika Tirta belum menghubungi Saba, mungkin Chandra dan lainnya tidak akan memedulikan sindiran mereka. Namun, sekarang mereka tahu Tirta sudah menghubungi Saba untuk menyelesaikan masalah ini. Jadi, Chandra dan lainnya tidak akan berdiam diri lagi.Hendrik melihat Wirya dan Diego dengan dingin sambil angkat bicara, "Semuanya belum pasti. Pak Diego, Pak Wirya, kalian begitu yakin Keluarga Gumarang, Keluarga Reksa, Keluarga Wisono, dan Grup Sapari akan bangkrut. Apa kalian nggak takut kami akan melawan Keluarga Bazan dan Keluarga Liman setelah kami selamat?"Mendengar ucapan Hendrik, Diego tertawa terbahak-bahak dan menyindir, "Kalian hampir celaka, tapi masih bisa berkhayal! Apa kalian kira Pak Simon cuma bercanda saat bilang mau buat kalian bangkrut dalam waktu setengah jam? Apa kalian juga punya sokongan hebat yang bisa membuat Pak Simon takut seperti Keluarga Purnomo?"Bukan hanya Diego yang tidak percaya. Selain orang-orang yang dekat dengan Tirta, semua orang di aula merasa Chandra
Tirta menambahkan, "Tadi aku sudah menghubungi Pak Saba. Dia bilang dia akan bantu aku selesaikan masalah ini."Camila mencibir saat mendengar Tirta mengakui dirinya memang mempunyai sokongan hebat. Ketika hendak menyindir Tirta dan Bella, tiba-tiba Simon mengernyit.Simon yang mempunyai firasat buruk bergumam, "Saba? Apa yang dia maksud itu Kakek Saba? Nggak mungkin ... aku bahkan jarang bertemu Kakek Saba. Mana mungkin dia berteman dengan orang rendahan seperti ini? Dugaanku pasti salah."Melihat ekspresi Simon yang khawatir, Camila langsung bertanya, "Simon, kamu bilang apa?"Simon menahan kegelisahannya dan menjelaskan kepada Camila, "Nggak apa-apa. Belakangan ini aku dapat kabar teman kakekku yang bernama Saba kembali ke ibu kota negara dan menduduki jabatannya sebelumnya. Aku berencana bawa kamu bertemu Kakek Saba saat senggang."Camila sengaja berseru ke arah Bella, "Kakek Saba itu salah satu sesepuh di dunia pemerintahan yang paling terkenal, ya? Wah! Simon, kamu nggak bercanda
Simon tertawa sinis, lalu mengomentari, "Kamu menyarankanku jangan bersikap keterlaluan? Memangnya orang seperti kalian pantas menegurku?"Tiba-tiba, ponsel Simon berdering. Dia bergumam, "Eh, Kakek yang menelepon. Apa Kakek sudah menyuruh orang untuk mencabut jabatan Pak Chandra?"Ekspresi Simon tampak senang. Dia hendak menjawab panggilan telepon. Namun, Camila berniat memamerkan latar belakang keluarga pacarnya.Camila berucap kepada Simon, "Simon, bagaimana kalau kamu aktifkan pengeras suara biar pria kampungan itu dan semuanya bisa mendengarnya dengan jelas? Dengan begitu, mereka bisa menyerah!"Wirya juga maju dan memanas-manasi, "Benar, Pak Simon. Pria kampungan ini bilang bisa mencari orang untuk melindungi Pak Chandra dan lainnya. Jadi, kamu harus buat dia dipermalukan habis-habisan!"Simon malas berbuat seperti itu, tetapi dia tidak bisa menolak permintaan Camila. Jadi, dia menuruti kemauan Camila untuk mengaktifkan pengeras suara setelah menjawab panggilan telepon.Suasana d
"Kenapa aku bisa punya cucu yang nggak berguna sepertimu? Apa kamu tahu Saba mau bawa bawahannya untuk memberimu pelajaran?" lanjut Yahsva.Sebelumnya Yahsva masih berharap orang yang dilawan Simon bukan temannya Tirta. Setelah mendengar perkataan Simon, amarah Yahsva langsung meluap. Dia terus memarahi Simon.Biarpun Simon sudah mematikan pengeras suara, sebagian orang yang berdiri di dekat Simon bisa samar-samar mendengar suara Yahsva. Salah satu orang menceletuk, "Pak Yahsva nggak bercanda, 'kan? Ternyata pria kam ... salah ... Tirta itu adik angkat Pak Saba! Apa tadi aku salah dengar?"Suasana menjadi heboh. Para tamu mulai berkomentar, tetapi mereka tidak menyebut Tirta orang kampungan lagi."Tadi aku juga dengar, sepertinya memang benar!""Kalau nggak, ekspresi Pak Simon juga nggak akan begitu masam!""Pantas saja, Tirta sama sekali nggak takut kepada Pak Simon. Ternyata omongan Pak Chandra memang benar. Tirta lebih hebat daripada Pak Simon!""Tirta itu adik angkat Pak Saba! Hubu
Naushad sudah hidup selama 150 tahun, tetapi dia tidak pernah melihat keanehan seperti ini. Mata Tirta terlihat seperti mata ular yang mengandung cahaya perak. Auranya sangat mengintimidasi.Naushad merasa ketakutan begitu bertatapan dengan Tirta. Bahkan, tubuh Naushad gemetaran. Tirta yang sekarang sangat berbeda dengan sebelumnya. Sekarang Tirta terlihat misterius, arogan, dan sulit digapai.Naushad tidak paham. Dia berusaha fokus untuk merasakan kekuatan Tirta sebenarnya. Namun, dia hanya bisa berseru, "Kenapa aku nggak bisa merasakan kekuatannya? Bukannya dia cuma pesilat energi internal tahap atas? Nggak mungkin, apa yang terjadi?"Saat Naushad masih terkejut dan kebingungan, Bella baru tersadar. Dia segera menarik lengan Tirta dan berujar, "Tirta, kamu sudah bangun! Baguslah! Kamu ...."Sebelum Bella menyelesaikan ucapannya, Tirta tiba-tiba menepis tangan Bella dan meliriknya dengan dingin. Bella sangat terpukul. Dia terdiam di tempat.Tatapan Tirta yang dingin membuat Bella mind
Tongkat di tangan Naushad langsung terlontar dan melewati tangan Simon. Ponsel Simon terpental, lalu hancur.Naushad menghela napas, lalu berkata kepada Bryan, "Bryan, cepat bawa 2 wanita itu pergi. Kita harus segera tinggalkan tempat ini."Biarpun sudah mencapai tingkat semi abadi, Naushad tidak ingin melawan pasukan militer. Apalagi senjata pasukan militer zaman sekarang sangat canggih. Mereka bisa menghabisi Naushad dengan mudah."Oke, Guru. Kamu pergi dulu, aku akan segera mengikutimu," sahut Bryan yang antusias.Bryan segera menghampiri Chandra dan lainnya. Bagi Bryan, mereka adalah orang-orang lemah. Setelah menghabisi mereka, Bryan bisa langsung menangkap Bella dan Ayu.Melihat Bryan makin mendekat, Chandra dan lainnya sangat ketakutan. Namun, mereka tetap memberanikan diri untuk melindungi Bella dan Ayu. Chandra berseru, "Bu Bella, Bu Ayu, cepat pergi! Kami nggak bisa menahannya terlalu lama!""Kedua wanita ini nggak akan bisa kabur lagi. Kalau nggak mau mati, cepat minggir! Ka
Setelah Diego dan Wirya mati, orang lain di aula utama ketakutan setengah mati. Cara Naushad membunuh terlalu menakutkan! Mereka tidak pernah melihat hal seperti ini!Bahkan, Sofyan juga tidak berani membalas dendam sesudah melihat putranya mati. Dia dan orang lainnya segera keluar dari aula kediaman Keluarga Purnomo.Ayu yang mentalnya kurang kuat tidak bisa menerima kenyataan dirinya kehilangan Tirta. Ditambah lagi, dia baru melihat situasi yang mengerikan. Tubuh Ayu lemas dan dia langsung tidak sadarkan diri."Bibi Ayu, kamu kenapa?" tanya Bella dengan ekspresi cemas. Dia segera menyuruh Janet memeriksa kondisi Ayu.Siapa sangka, Janet yang ketakutan tidak berani bergerak. Dalam situasi yang kacau ini, tidak ada yang menyadari Tirta sudah membuka matanya. Apalagi, tubuh Tirta ditutupi Ayu. Bahkan, jari Tirta juga mulai bergerak!Melihat situasi ini, Bryan menanggapi dengan ekspresi mesum, "Begini saja sudah takut? Kabarnya orang-orang di dunia fana sangat lemah, sepertinya memang be
Sekarang Naushad sudah berusia 150 tahun. Hanya sedikit lagi, Naushad bisa memperpanjang usianya sampai 200 tahun seperti pesilat tingkat abadi yang paling terkenal di zaman kuno.Sayangnya, belakangan ini Naushad merasa kesehatannya menurun. Dia menderita penyakit kronis dan tidak bisa hidup lama lagi. Itulah sebabnya Naushad kembali ke dunia fana untuk mencari dokter hebat yang bisa mengobati penyakitnya.Sementara itu, Bryan adalah seorang anak yatim piatu yang dibesarkan Naushad di dunia misterius. Naushad mengatakan Bryan adalah muridnya, tetapi sebenarnya dia sudah menganggap Bryan seperti anak kandungnya. Kalau tidak, Naushad tidak akan bersikap lunak kepada Bryan.Mendengar ucapan Naushad, Bryan yang gembira segera membalas, "Terima kasih, Guru. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu. Ke depannya aku akan mengembangkan kemampuan yang kamu wariskan padaku dan menjadi pesilat kuno sebenarnya. Aku pasti segera mencapai tingkat abadi."Selesai bicara, Bryan hendak menghampiri Ayu dan
Saat Tirta kehilangan kesadaran, Bella, Ayu, Chandra, Simon, dan lainnya berseru dengan ekspresi panik."Tirta!""Tirta, kamu kenapa?""Dokter, cepat lihat bagaimana kondisi Pak Tirta!"Janet yang datang memeriksa kondisi Tirta, lalu berkata dengan ekspresi cemas, "Gawat ... denyut jantung Pak Tirta makin lemah. Takutnya nyawa Pak Tirta terancam! Biarpun dibawa ke rumah sakit sekarang, juga sudah terlambat!"Ayu dan Bella sangat terpukul. Tubuh mereka terhuyung. Ayu bergumam, "Apa? Tirta nggak bisa diselamatkan lagi? Nggak mungkin ....""Orang ini sudah mati?" gumam Bryan yang dipukul hingga babak belur. Dia berusaha bangkit, lalu berjalan terhuyung ke depan pria tua itu dan melanjutkan, "Guru, kalau dia sudah mati, kita nggak usah berlama-lama di kediaman Keluarga Purnomo lagi."Bryan meneruskan, "Orang ini masih muda, kelihatannya dia nggak bisa obati penyakit orang. Aku bawa kamu cari dokter hebat yang lainnya saja."Kemudian, Bryan memandangi Bella dan Ayu dengan tatapan mesum semb
Melihat situasi itu, Ayu dan Bella adalah orang pertama yang berlari ke arah Tirta dengan panik."Bibi, Bu Bella, jangan pedulikan aku! Aku ... aku nggak bisa bergerak. Aku nggak bisa melindungi kalian lagi. Cepat pergi, cepat sembunyi!"Tirta berusaha keras menggerakkan tubuhnya, tetapi tetap tidak berhasil. Bahkan, kesadarannya semakin memudar! Itu sebabnya, dia berteriak kepada Ayu dan Bella dengan cemas."Nggak, Tirta, aku nggak akan pergi. Aku nggak akan meninggalkanmu!" Mendengar itu, Ayu menggenggam tangan Tirta erat-erat. Dengan air mata yang mengalir, dia berbicara dengan teguh.Ini pertama kalinya Ayu melihat Tirta terluka parah. Padahal, pria tua itu hanya melayangkan satu pukulan. Ayu segera menyadari bahwa hari ini, kemungkinan besar Tirta akan menghadapi nasib buruk. Namun, apa pun yang terjadi, dia tidak akan meninggalkan Tirta sendirian!"Kakek Buyut, tolong tenang! Dia adalah dokter yang kami panggil untuk menyembuhkanmu. Kamu nggak boleh membunuhnya! Tolong beri dia k
"Apa? Siapa sebenarnya orang ini? Bu Bella sampai mengucapkan kata-kata seperti itu!""Tirta adalah saudara angkat Pak Saba yang terhormat!""Keluarga Purnomo punya aset senilai ratusan triliun, sedangkan dia cuma seorang diri. Gimana mungkin dia bisa membuat Tirta dan Keluarga Purnomo binasa?"Mendengar ucapan Bella, para hadirin sontak terkejut dan berseru dengan serempak!Tirta secara naluriah mengernyit dan menghentikan aksi menghajar Bryan. Ini bukan karena dia takut, melainkan ingin tahu siapa sebenarnya orang ini!Sebelum Tirta sempat mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara tua yang lemah, serak, dan, tua. "Ehem, ehem. Bryan memang nggak punya kemampuan untuk membuat Keluarga Purnomo dan pemuda itu binasa, tapi aku bisa!"Mendengar suara itu, semua orang langsung merasa ada sesuatu yang aneh. Suara itu seolah-olah bergema di telinga, kepala, dan hati mereka. Jelas, tetapi tidak keras.Namun, saat mereka mencari-cari sumber suara, ternyata tidak ada satu pun sosok yang tam
Pukulan Tirta menghantam dagu Bryan dengan keras!"Sialan! Sialan!" Meskipun terluka, Bryan adalah seseorang yang sangat tangguh. Setelah dagunya terkena pukulan, dia memang terkejut, tetapi serangannya justru semakin gencar!Dengan instingnya, dia mengayunkan kakinya seperti cambuk, melancarkan lima tendangan berturut-turut, menutup semua kemungkinan gerakan Tirta ke depan, belakang, kiri, kanan, dan atas!Bam! Bam! Bam! Tirta terkena tendangan di bahu, sisi paha, dan dada. Jika orang biasa yang menerima tendangan seperti itu, mereka pasti mengalami cedera parah dan tidak bisa melawan lagi, bahkan mungkin meninggal!Namun, Tirta hanya terhuyung sedikit dan tidak menunjukkan tanda-tanda terluka parah. Kini, Tirta menyadari bahwa dia tidak akan menang jika pertarungan ini terus berlanjut. Jadi, dia menggunakan strategi mengunci.Saat Bryan menarik kakinya, Tirta tiba-tiba menjulurkan kedua tangannya dan memegangi salah satu kaki Bryan dengan erat!Bryan yang mengira Tirta tidak mampu me
"Apa? Tirta berhasil melukai Bryan dari dunia misterius hanya dengan satu pukulan?""Ini ... ini nggak masuk akal!"Saat melihat kejadian itu, Bella yang sebelumnya mencoba menghentikan Tirta, langsung terpaku dengan ekspresi penuh keterkejutan!"Pak Tirta, kami akan membantumu!" Saat ini, Simon, Chandra, Joshua, dan lainnya bergegas maju."Nggak perlu, kalian jangan terlalu dekat! Orang ini sangat berbahaya! Kalau kalian mendekat, aku yang akan kerepotan. Lebih baik kalian periksa dulu seberapa parah luka Paman Darwan! Biar aku tangani sendiri orang ini!"Setelah melayangkan satu pukulan yang membuat pemuda bengis itu terlempar, Tirta merasakan tangannya sedikit mati rasa. Sensasi seperti ini belum pernah dirasakan sebelumnya, seolah-olah yang dipukulnya adalah pelat baja yang sangat keras!Yang lebih mengerikan, setelah menerima Tinju Harimau Ganas dengan kekuatan penuh darinya, lengan pemuda itu tetap utuh. Dia hanya mengibaskan tangannya dua kali dan semua kembali normal!Tirta bis