Darwin berkata, "Lepaskan dia. Aku akan memberimu tanah di selatan kota itu."Tanah itu direbut oleh Darwin untuk menghukum Keluarga Antoro. Harganya mencapai 400 miliar. Karena kehilangan tanah itu, Keluarga Antoro menderita kerugian besar."Mudah sekali kamu memberiku tanah mahal itu. Jangan-jangan, anak haram ini anakmu?" sindir Richie.Ekspresi Paula sontak berubah. Dia berpura-pura ketakutan dan bergeser sedikit ke samping. Richie pun tidak melarangnya demi tanah mahal itu."Hari ini ulang tahun Rhea, nggak boleh terjadi kesalahan sedikit pun." Darwin memberikan alasan yang sempurna untuk mengalihkan perhatian Richie."Oke, mana mungkin aku nggak menghargai tawaran dari Pak Darwin." Richie mendekat. Dia sudah memikirkan cara untuk merekam kesepakatannya dengan Darwin dan mempermalukannya.Ketika jaraknya sudah dekat dengan Darwin, Richie melihat pria ini membelalakkan matanya sedikit. Saat berikutnya, kepala belakangnya terasa sakit. Dia ingin menoleh untuk melihat siapa yang bera
Tatapan Paula seketika menjadi suram. Ketika Willy menyusul, Paula bertanya, "Bukannya kamu dokter pengobatan modern? Kenapa memeriksa denyut nadinya? Kamu ini bisa dipercaya nggak?""Untuk apa mengikutiku?" tanya Darwin tiba-tiba. Dia tidak bisa mendengar suara Paula, terutama suara yang mengandung kecemasan itu."Aku ...." Wajah Paula tampak agak pucat. Pria ini kejam sekali. Padahal, Paula sudah menolongnya tadi. Dia menggertakkan gigi, lalu meneruskan dengan kesal, "Ada yang ingin kuberitahukan.""Ayo." Willy mengemudikan mobil dan berhenti di hadapan mereka. Akan tetapi, Darwin langsung menutup pintu setelah naik. Dia berkata, "Dia nggak usah ikut.""Tsk, tsk. Kamu nggak takut dia marah dan kabur?" sahut Willy sambil menggeleng. Kemudian, dia menginjak pedal gas dan meninggalkan kediaman Keluarga Sasongko dengan cepat.Saat ini, kesadaran Darwin menjadi makin kabur. Dia terus menarik dasi dengan gusar. Willy sampai tidak berani melihat adegan itu. Obat ini benar-benar berbahaya. P
Paula diam-diam mengangguk dan membatin, 'Ternyata begitu.'Dulu Rhea pernah menceritakan hal ini padanya. Menurut sepengetahuan Paula, Rhea pernah marah besar dan mengusir Charlie dari rumah saat dia berusia 18 tahun. Sejak saat itu, Charlie tidak pernah lagi berhubungan dengan Keluarga Sasongko.Awalnya Paula mengira dia pasti sudah asing terhadap Keluarga Sasongko. Namun tak disangka, ternyata Darwin dan Nicho masih begitu memperhatikannya. Setelah kembali ke rumah, Paula melepas gaunnya dan bergegas mandi. Setelah selesai mandi, dia melihat Winelli sedang menunggunya di kamar sambil memegang kotak obat."Biar kubantu untuk obati luka di kakimu," kata Winelli sambil berjongkok dan melepas sandal rumah Paula.Paula merasa agak tidak enak hati, "Biar aku sendiri saja.""Nona Paula, jangan bergerak." Winelli menahan kaki Paula, lalu mengeluarkan pecahan kaca yang menusuk di telapak kaki Paula dengan pinset. Paula meringis kesakitan."Bisa infeksi kalau kena air." Setelah mengoleskan ob
Kedua tangan Darwin sangat lemah. Dia ingin membalas pesan Paula, tetapi tidak bisa menekan tombol yang tepat. Akhirnya, Darwin hanya bisa membalas dengan pesan suara, "Aku nggak apa-apa, kamu tunggu saja di rumah."Paula membuka pesan suara itu dan mendengar suara Darwin yang sangat berat dan serak. Suara itu mengingatkannya pada malam penuh gairah yang mereka lewati bersama waktu itu. Saat itu, Darwin hanya mengatakan sepatah kata padanya, "Kamu juga bergerak sedikit."Tergoda oleh suara seksi pria itu, Paula melakukan banyak sekali pose yang memalukan.Paula meletakkan ponselnya dan tidak berani membalas lagi. Dia menutupi wajahnya dan menunggu sampai wajahnya tidak panas lagi sebelum melepaskannya."Nona Paula mau lihat topik pencarian terhangat saat ini?" tanya Winelli yang tiba-tiba datang sambil membawakan segelas susu hangat. Wajahnya menunjukkan ekspresi ingin bergosip yang jarang sekali terlihat.Paula bangkit untuk duduk di ranjang, lalu menerima gelas itu dan meminumnya set
Bagaimanapun, putri pengasuh yang disepakati sebelumnya itu sudah ditangkap oleh Winelli."Dia menemukan Richie yang pingsan di ruang penyimpanan Paviliun Willow. Entah bagaimana, Richie memukulnya sampai pingsan. Katanya benjolan di dahinya sangat besar."Paula merasa agak lucu. Kemungkinan besar karena dia memukul Richie sampai pingsan sebelumnya dan Aurel yang menemukannya. Aurel salah mengira Richie adalah Darwin, sehingga dia ingin melakukan sesuatu pada Darwin. Tak disangka, Richie malah terbangun dan mengira Aurel yang menyerangnya sehingga dia memukul Aurel sampai pingsan."Richie langsung kabur setelah memukulnya sampai pingsan. Nggak disangka tak lama setelah dia kabur, Paviliun Willow malah kebakaran. Aurel terbangun karena asap tebal dan berlari keluar. Rambutnya acak-acakan dan punggungnya terbakar cukup parah. Kebakaran itu mengundang perhatian banyak tamu lainnya. Saat melihat Aurel yang berlari keluar, mereka menangkapnya karena mengira dia adalah pencuri. Pemuda kaya y
Aurel dan Richie memang selalu mengusik Paula, tapi bukankah terlalu berlebihan jika Darwin menyuruh Winelli untuk terus mengikutinya?"Aku ingin pulang ke apartemen," kata Paula tiba-tiba setelah mengingat Darwin menyuruhnya untuk menunggu di rumah. Winelli langsung mengatur seorang sopir untuk membawanya. Sebelum berangkat, Paula ingin berpamitan dengan Terry. Namun saat tiba di luar halaman Terry, Paula malah diadang oleh pengawalnya. Baru kali ini Paula dicegat oleh pengawal di rumah ini."Maaf, Pak Terry sudah berpesan nggak mau diganggu siapa pun."Paula mengira Terry sudah lelah seharian, sehingga dia mengangguk dan berencana untuk pergi. Namun saat baru saja berbalik, dia mendengar suara tawa yang keras dari arah halaman."Kakek, kakakku baru saja pulang, tubuhnya masih agak lemah. Setelah dia sembuh nanti, dia akan datang mengunjungi Kakek dan Kak Darwin."Terry terdengar sangat gembira, "Oke, aku juga sudah lama nggak ketemu sama gadis itu. Dia itu anak yang beruntung.""Peke
Untungnya, Winelli sudah memberi tahu sopir sebelumnya. Setelah naik ke mobil, Paula bersandar dengan lelah di kursi dan tertidur sejenak. Setibanya di apartemen tempat tinggalnya bersama Darwin, Paula baru menyadari bahwa rasa sakit kepala yang tadi menyiksanya sudah hilang."Nona Paula benar-benar nggak perlu ke rumah sakit?" Winelli masih khawatir.Paula tersenyum tipis, "Nggak perlu. Lihatlah, aku baik-baik saja, bukan?""Aku tetap akan beri tahu Pak Darwin," kata Winelli.Paula menahan tangannya, "Jangan, Darwin sedang kurang sehat, jangan ganggu dia. Kalau masih nggak enak badan, aku langsung beri tahu kamu." Setelah Paula berusaha meyakinkannya, Winelli akhirnya tidak jadi menyuruh orang untuk memeriksa Paula.Malam itu, Paula tidak bisa tidur nyenyak. Mimpi-mimpi yang berantakan seperti kilasan film berputar di dalam kepalanya."Mama, aku mau makan kue stroberi.""Hari ini ulang tahunku, aku yang paling berkuasa. Kalian semua harus turuti perintahku.""Rhea, ayo kita berteman.
Paula menundukkan kepala, lalu berbalik membelakangi Darwin dan bertanya kepada Harry di telepon, "Ada apa?"Hari ini adalah hari Sabtu, jadi dia tidak perlu pergi ke kantor."Proyek baru kita hampir mendapatkan investasi. Tapi, pihak investor ingin bertemu denganmu." Harry tahu bahwa Paula agak menghindarinya, jadi dia langsung membahas intinya.Mata Paula sedikit berbinar. Setelah bergabung dengan Spirit Animation, dia terus sibuk mengerjakan proyek baru bersama Harry. Mereka berdua menciptakan konsep untuk sebuah komik baru dan berencana untuk membuat sebuah IP besar yang mencakup komik, anime, film, dan game.Saat ini, Paula sudah menyelesaikan garis besar ceritanya. Namun, manajemen perusahaan telah mengalokasikan semua dana ke proyek-proyek yang lebih sesuai dengan tren pasar. Direktur perusahaannya, Radit, beranggapan idenya terlalu berisiko dan mungkin tidak disukai oleh khalayak umum. Oleh karena itulah, proposal proyek mereka tidak disetujui.Setelah itu, Radit bahkan menemui