Darwin mendengar kata-kata Paula. Tangannya sedikit bergeser sehingga ujung pisau menusuk bahu Steve.Pada saat yang sama, suara sirene polisi terdengar di luar. Tak lama kemudian, polisi mulai bertarung dengan para pembunuh di bawah.Paula memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya, "Steve, siapa yang mengutusmu? Kalau kamu ingin Tristan selamat, cepat beri tahu kami."Namun, Steve malah tidak menghiraukannya dan mulai bertarung dengan Darwin. Paula pun mengancam, "Polisi akan segera tiba. Kalau nggak bilang sekarang, kamu nggak akan punya kesempatan untuk menyelamatkan Tristan."Steve tampaknya adalah seorang pembunuh bayaran yang sangat berpengalaman. Dia juga memiliki keterampilan yang hebat. Tak lama kemudian, Darwin mulai terdesak.Paula menyadari bahwa setiap kali dia menyebut nama Tristan, gerakan Steve akan melambat. Hal itu memberi Darwin celah untuk menyerang."Tristan sering menyebutmu di depan kami. Dia sangat menghormatimu sebagai ayah angkatnya, tapi kamu malah menyembun
Paula menepis tangan Darwin yang melingkari pinggangnya, lalu berucap, "Aku tahu, makasih."Darwin tahu bahwa dia pasti salah paham tentang kejadian sebelumnya dengan Sheila. Hanya saja, sekarang ada banyak orang yang memperhatikan sehingga sulit untuk menjelaskannya.Darwin hanya bisa menggenggam tangan Paula, menatap matanya, dan berucap dengan serius, "Paula, percayalah padaku."Paula mengerucutkan bibir sambil memelototinya. Dia memberi tahu, "Lakukan saja pekerjaanmu."Orang yang bergegas masuk dari luar berdiri di samping Darwin. Dia sepertinya ingin bicara, tetapi ragu-ragu sejenak. Jelas ada sesuatu yang ingin disampaikannya, hanya saja dia tidak berani mengganggu Darwin.Darwin pun mengendurkan ekspresinya. Dia menggenggam tangan Paula erat-erat, lalu berbalik untuk berbicara dengan orang tersebut. Bawahannya memberi tahu, "Mobil Alif, Koa, dan Ian ditabrak."Paula terkejut mendengarnya. Dia segera melihat ke arah Darwin. Pria itu menggeleng sambil berbisik, "Mereka baik-baik
"Paman, apa urusanmu kalau Paula datang untuk kencan buta?" gumam Rhea pelan. Tidak masalah jika Darwin memarahinya, tetapi dia tidak mengizinkan Darwin memarahi Paula.Martin melihat Paula, lalu menatap Darwin dan merasa sedikit bingung. Kemudian, dia menarik Rhea ke belakangnya dan memberi tahu, "Pak Darwin, aku rasa mungkin ada kesalahpahaman. Aku sudah punya kekasih. Aku bertemu dengan Nona Paula cuma untuk mendiskusikan hal-hal terkait animasi."Mata Rhea berbinar-binar. Kenapa dia tidak memikirkan alasan itu? Martin memang cerdas. Melihat ini, Charlie berbisik geram, "Rhea, singkirkan pandanganmu yang nggak pantas itu."Orang lain mungkin tidak menyadarinya. Namun Charlie melihat dengan jelas bahwa ketika Martin mengatakan "kekasih", pandangan pria itu sekilas mengarah ke Rhea."Mana ada?" bantah Rhea sambil memelototi Charlie.Melihat Charlie yang cemburu, Darwin sepertinya mengerti sesuatu. Dia pun menghilangkan aura dinginnya.Kemudian, Darwin menyadari bahwa perhatian Paula s
Darwin melambaikan tangan. Dia memberi isyarat kepada Charlie untuk segera membawa mereka pergi."Pak Darwin, hati-hati," ucap Paula yang tetap tinggal di belakang. Berhubung Charlie dan Rhea sudah mengatakannya sebelumnya, peringatan Paula tidak terasa canggung.Darwin mengangguk dengan serius kepadanya sambil berucap, "Kalian juga hati-hati."Charlie membawa mereka ke pintu keluar rumah Keluarga Fonda. Paula segera melihat Tristan yang duduk di dekat patung batu. Tubuhnya berlumuran darah dan lukanya hanya diobati seadanya.Tristan duduk di sana sambil memegang kepalanya erat-erat. Pria itu terlihat sangat menderita. Paula ingin mendekat dan mengajaknya pergi, tetapi Harry tiba-tiba berlari mendekat."Tristan, kamu baik-baik saja?" tanya Harry yang berjongkok di sebelah Tristan.Berhubung Tristan tidak bergerak, Harry memaksa dia untuk mengangkat kepalanya. Pria itu mendorongnya dan terus menatap ke bawah dengan tatapan kosong."Jangan mendekat. Biar aku yang ke sana untuk membujukny
Martin yang sebelumnya diam, tiba-tiba berbicara, "Nona Paula dan Pak Alvin terlihat cukup mirip." Dia menatap Paula dengan tatapan yang sulit dimengerti.Rhea bantu menjawab, "Di dunia ini, ada banyak orang yang mirip."Setelah semua yang terjadi hari ini, Rhea benar-benar tidak ingin Paula terlibat lebih jauh dengan Keluarga Fonda.Paula menatap pria itu dan menyadari bahwa dia sengaja membuatnya datang ke rumah Keluarga Fonda hari ini. Namun, apa tujuannya?Berhubung Paula mengabaikannya, Martin pun menghibur Rhea, "Ucapanmu benar."Rhea mendengus, lalu menyenggol lengan Martin sambil berucap, "Sebelumnya, kamu bilang punya rahasia tentang Paula. Sekarang sudah bisa kamu ceritakan, 'kan?""Karena itu rahasia, mana mungkin aku cerita di depan umum?" ucap Martin sambil tersenyum. Dia melihat ke arah mobil yang membawa Alvin.Pandangan Paula secara refleks mengikuti arahnya. Dia merasa sedikit tidak nyaman dalam hatinya. Martin tidak terlihat seperti seseorang yang suka berbicara omong
Paula menatap Martin seraya bertanya, "Pak Martin, apa yang sebenarnya mau kamu lakukan?"Martin menjawab sambil tersenyum, "Aku cuma lagi bantu orang lain untuk mencari seseorang."Rhea tiba-tiba menyela, "Apa yang kalian bicarakan?"Ekspresi Martin tetap tenang. Hanya saja setiap kali dia melihat ke arah Rhea, sorot matanya terlihat lebih hidup. Pria itu menjawab, "Rhea, apa kamu tertarik dengan Nordea?"Charlie menggantikan Rhea untuk menjawab, "Dia nggak tertarik." Rhea memelototinya, tetapi tidak membantah.Tatapan Martin menunjukkan sedikit kekecewaan. Dia berujar, "Sayang sekali." Kalau saja Martin bisa membawanya pergi, itu akan lebih baik."Kenapa kamu aneh sekali hari ini?" tanya Rhea. Dia merasa bahwa tingkah Martin sangat aneh. Paula juga merasakan hal yang sama, seolah-olah Martin sedang menunggu momen yang tepat untuk melakukan sesuatu yang besar.Rekaman percakapan yang tadi diberikan padanya, seolah-olah adalah persiapan untuk sesuatu yang akan datang. Apakah dia ingin
Paula ingin bertanya kepada Martin, apa yang sebenarnya ingin dilakukannya? Namun, sebelum sempat bersuara, mobil mereka tiba-tiba ditabrak dari belakang."Awas!" Martin sontak melemparkan diri ke arah Paula untuk melindunginya. Paula pun mendengar suara benturan beberapa kali. Seharusnya terjadi tabrakan beruntun.Martin memeluk Paula dengan erat. Tubuhnya terpelanting dan kepalanya berdarah, tetapi dia tidak berniat melepaskannya.Tristan juga langsung membungkuk supaya Paula aman. Di bawah perlindungan kedua pria ini, Paula pun tidak terluka sedikit pun.Setelah semuanya tenang, Martin langsung menggendong Paula turun dan membawanya ke tempat yang aman."Rhea, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Paula yang tidak sempat mencurigai Martin lagi. Dia fokus mengamati Rhea yang turun dari mobil setelahnya. Lengan Rhea lebam karena terbentur."Aku baik-baik saja. Gimana denganmu?" sahut Rhea yang menatap perut Paula. Paula menggeleng. Kemudian, mereka sama-sama memandang ke arah TKP."Di sin
"Naiklah." Rhea akhirnya membuka pintu mobil dan menyuruh mereka masuk. Untung, dokter mereka membawa obat dan kotak P3K sehingga bisa mengobati luka mereka secara sederhana. Namun, wanita hamil itu harus segera diantar ke rumah sakit karena cederanya cukup parah.Charlie merasa ragu dengan keputusan ini. Dia khawatir orang-orang ini diatur oleh musuh. Ketika melihat Charlie tidak memberi perintah dan sopir tidak berani menjalankan mobil, Rhea mulai kesal. Jika terus menunda, nyawa wanita hamil ini bisa berada dalam bahaya."Paula, kamu juga masuk mobil," ujar Charlie.Saat ini, korban lainnya telah tiba di samping mobil. Mereka juga memohon supaya Charlie bersedia membawa mereka ke rumah sakit. Seketika, mobil menjadi dipenuhi penumpang.Charlie tidak punya pilihan. Dia terpaksa menyuruh Paula, Rhea, dan para pengawal turun. Dia akan mengawal mobil ini sendiri. Namun, sebelum mobil jalan, beberapa preman tiba-tiba mengadang mereka."Siapa suruh kalian membawa korban pergi? Kalian bera