Home / Romance / Ditipu Mertua dan Suami / 5. Kenyataan yang menyakitkan

Share

5. Kenyataan yang menyakitkan

last update Last Updated: 2022-06-09 13:50:14

Ditipu mertua dan suami.

Part 5

Dengan kaki gemetar dan berderai airmata kukuatkan hati menyaksikan mereka dari kejauhan. Mas Fikri yang berdiri di samping Kartika dengan tangan kanan membelai mesra pucuk kepala Kartika yang tertutup jilbab. Lalu tangan kirinya ... Mas Fikri menggenggam erat tangan Kartika seolah begitu takut kehilangan Kartika.

Kupalingkan wajah. Ya Alloh, aku tak sanggup. Pemandangan itu sangat menyakitiku. Dadaku seperti diremas remas. Tangisku semakin tak terkendali. Tapi rasa ingin tahuku membuat aku berusaha kuat menyaksikan adegan mereka lagi.

Mataku terbelalak. Serasa tidak percaya, aku melihat dengan mata sendiri Mas Fikri berkali kali mencium kening Kartika yang sedang mengejan sambil terus membelainya.

Bahkan kali ini Mas Fikri menempelkan kepalanya pada kepala Kartika seolah ingin ikut merasakan kesakitan Kartika. Dan mata Mas Fikri ... kenapa matanya terlihat sembab seperti menangis.

Darahku mendidih dengan jantung yang berpacu cepat. Kupegang dada yang terasa sakit seperti dihujam belati berkali kali. Tubuhku pun terhuyung.

Mas Fikri ... Itukah kamu, Mas? Ya Alloh ya Rabb. Apa begitu seorang kakak memperlakukan adiknya yang sedang melahirkan. Tidak! Ini tidak seperti perlakuan seorang kakak pada adiknya.

Sambil berpegang pada engsel pintu yang terbuka sedikit, aku membungkam mulutku sendiri menahan diri untuk tidak berteriak, menahan kakiku untuk tidak melangkah masuk menyerang mereka.

Lalu tak berapa lama terdengar suara tangis bayi yang menggema di ruangan bersalin. Seorang bayi mungil yang masih merah tampak digendong suster dan diletakkan di dada Kartika yang tergolek lemas.

Lalu ... Astaghfirullah ... kupejamkan mata. Kuatkan ya Alloh. Kusandarkan tubuh yang melemas ini pada pintu menyaksikan Mas Fikri yang bertubi-tubi memberikan kecupan pada kening, pipi dan seluruh wajah Kartika, memeluknya dengan suara isakan.

Aku mengusap airmata yang terus mengalir deras di pipi merasakan dada terasa sangat berat seperti dihimpit berton ton beban membuatku susah bernafas menahan isakan.

Dengan tangis haru tampak raut kebahagiaan di wajah Mas Fikri dan Kartika. Belum pernah aku melihat Mas Fikri sebahagia itu. Mereka terlihat seperti sebuah keluarga kecil yang sedang berbahagia menyambut kehadiran anak mereka.

Ya Allah ya Rabb ... Duh Gustiii ... Apa yang sebenarnya terjadi di depan mataku ini? Kucubit pipiku berharap mimpi. Tapi ini nyata terlihat di mataku.

Tiba-tiba badanku lunglai tak bertenaga, kepalaku terasa pusing dan mataku kenapa jadi berkunang kunang begini. Aku tidak kuat.

Pelan-pelan aku merambat pada dinding menuju ruang tunggu dan meluruh lemas di kursi panjang dengan perasaan hancur tercabik cabik. Tangisku tumpah tanpa bisa ditahan, tak peduli semua mata melihatku.

Sampai terdengar dering handphone di tas Kartika. Dengan terisak isak kuambil handphone Kartika. Mataku membulat, terbelalak menatap wallpaper di handphone Kartika.

Seperti dihantam beribu batu, disengat listrik beraliran tinggi. Aku tersentak meremas dadaku yang terasa sangat nyeri dan rasa panas yang seperti membakar aliran darahku. Menatap foto Mas Fikri yang terpampang di layar handphone, merangkul mesra Kartika sambil memamerkan menu gudeg di salah satu restoran bernuansa Jawa kental.

Astaghfirullah ... Kuatkan hamba ya Alloh ... Kuatkan. Siapa sebenarnya suami hamba ini? Tanpa bisa kutahan akhirnya tubuhku lunglai ambruk tak sadarkan diri.

Saat membuka mata, kulihat seorang dokter perempuan di sampingku, "Saya dimana?"

"Mbak di ruang UGD. Mbak tadi pingsan di ruang tunggu," mengingat yang sudah terjadi akhirnya aku menangis histeris.

"Mbak, tenang, Mbak. Kalau Mbak menangis begini tubuh akan semakin lemas. Kalau boleh tahu namanya siapa?"

"Tiara, Dok. Apa salahku, Dok! Kenapa aku diperlakukan seperti ini?!" teriakku sambil kupukul pukul ranjang.

Ditengah tangisku tiba-tiba aku merasakan mual yang teramat sangat. Aku mencoba menahan dengan menutup mulutku tapi rasa mual itu justru semakin hebat.

"Mbak Tiara, kenapa?"

"Mual, Dok. Saya pengin muntah."

"Suster! Ambil plastik!" teriak Dokter dan tak berapa lama seorang suster datang memberiku plastik.

Aku berusaha mengeluarkan isi perut yang sudah sangat menyiksa tapi kenapa tidak ada yang keluar.

"Mbak tiduran dulu ya. Saya periksa. Perut yang yang sebelah sini sakit?" Dokter menekan perut sebelah kiri bawah lalu sebelah kanan bawah.

Aku menggeleng karena memang tidak merasakan sakit. Lalu Dokter meletakkan stetoskop di area perutku.

"Mbak Tiara sudah bersuami?" tanya Dokter yang membuatku ingat lagi dengan perlakuan Mas Fikri.

Aku pun mengangguk sambil menangis histeris lagi.

"Sudah, sudah, Mbak. Tenang. Karena sudah bersuami Mbak saya panggil Ibu berarti ya. Saya pikir tadi Mbak masih seorang mahasiswa. Ibu Tiara kuat bangun dan jalan? Biar dibantu suster ya ke toilet. Kita akan melakukan cek urine secara keseluruhan ya, Bu, supaya semua jelas."

Dengan dibantu suster aku pun mencoba bangun dan beranjak ke toilet. Menaruh urine di wadah yang diberikan suster. Sekali lagi rasa mual menyerangku. Hoek Hoek di dalam toilet tapi tak ada yang keluar dari mulut. Rasa cemas mulai mengganggu. Sakit apa aku? Apa stres yang membuatku begini.

Setelah membaringkanku kembali lalu dia memasang infus di tanganku. Aku berusaha menenangkan diri walau di dadaku ini sudah tak karuan rasanya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tanggaku. Bukankah semua tampak baik-baik saja di mataku. Apa iya kamu sanggup membohongi dan menyakitiku, Mas.

Semakin aku memikirkan itu, rasa mual ini semakin menyiksaku. Aku harus tenang. Kuat, Tiara. Kamu harus kuat! Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Mas Fikri dan perempuan itu. Handphone Kartika. Iya, aku jadi ingat handphone Kartika di tas.

Dengan tangan gemetar dan jantung yang berdetak sangat cepat kuambil handphone Kartika. Melihat wallpaper ini lagi ... kututup mata, menarik nafas panjang, meredam gejolak di dada yang panas membara dan tangisku pecah lagi.

Mas Fikri ... begitu susah aku mempercayai semua ini. Siapa sebenarnya kamu, Mas? 10 tahun menikah, ternyata aku tidak mengenalmu dengan baik. Betapa bodohnya kamu, Tiara! Kupukul pukul kepalaku sendiri meratapi kebodohanku.

Lalu aku buka handphone Kartika dengan dada berdebar hebat. Begitu banyak panggilan tak terjawab dari Ibu, bukti bahwa Kartika memang sangat istimewa di hati Ibu. Apa itu berarti Ibu juga punya andil atas kebohongan Mas Fikri? Ya Allah Ya Rabb jadi aku ini siapa bagi mereka?!

Kuat! Kuat Tiara! Untunglah handphone ini tidak terkunci. Aku akan menguatkan diri berselancar ke galeri mencari tahu semuanya.

Related chapters

  • Ditipu Mertua dan Suami    6. Kebahagiaan dibalik duka

    #Ditipu_mertua_dan_suami.#Part_6Baru saja jari ini akan menekan icon galery di layar handphone, tiba-tiba Dokter dan suster datang. Akhirnya kumasukkan handphone ke tas lagi."Ibu Tiara, bagaimana keadaannya? Sudah lebih baik?""Sudah, Dok. Cuma ini mualnya kadang masih muncul.""O iya, kalau soal mualnya, Ibu Tiara kemungkinan akan tetap merasakan sampai 3 bulan ke depan.""Apa, Dok? 3 bulan? Memang nggak ada obatnya, Dok?" "Untuk mual jenis yang satu itu nggak ada obatnya, Bu. Itu bawaan janin yang ada di perut Ibu.""Janin, Dok? Maksudnya?" Aku tercengang sedikit bingung."Iya, Bu. Selamat ya, Ibu positif hamil. Janin Ibu baru berumur sekitar 5 Minggu jadi dijaga ya, Bu. Nanti saya kasih vitamin." Aku ternganga mendengar penuturan Dokter antara tidak percaya, bahagia tapi juga sedih."Saya hamil, Dok? Di perut saya ada calon bayi?!" tanyaku masih sulit untuk mempercayai keajaiban ini setelah 10 tahun entah berapa testpack yang aku habiskan.Setiap telat datang bulan walaupun ba

    Last Updated : 2022-06-09
  • Ditipu Mertua dan Suami    7. Mengenang Masa Lalu

    Tertipu mertua dan suamiPart 7"Aku ingin melihat wujud suamimu sekarang, Kartika! Tidak mungkin kan kamu tidak punya fotonya kalau memang dia itu ada?!" kutantang Kartika."Iya, Mbak, ada. Sebentar. Ini Mbak Tiara lihat sendiri foto-foto waktu acara ijab qobul," Kartika menyerahkan handphonenya padaku.Dan memang benar. Terlihat foto-foto Kartika bersama suaminya yang wajahnya tak kalah ganteng dengan Mas Fikri bahkan terlihat lebih muda. Ada juga foto saat suami Kartika menjabat tangan laki-laki yang sepertinya sedang mengikrarkan ijab qobul.Lega rasanya. Apa yang kutakutkan ternyata salah. Tapi aku masih penasaran. Aku lalu membuka galeri di HP Kartika yang masih kupegang dan ternyata isinya hanyalah foto-foto anak Kartika. Kukembalikan handphone Kartika dengan rasa malu karena sudah menuduh Kartika yang tidak-tidak.Tapi kenapa hati kecilku seolah tidak mau menerima kebenaran yang sudah dipaparkan Kartika."Sudah puas, Ra?! Ayo sekarang kita pulang!" Mas Fikri menggandeng tangan

    Last Updated : 2022-06-10
  • Ditipu Mertua dan Suami    8. Suami yang hilang dari ranjang

    Aku yang menangis terpaku di depan tubuh Mas Fikri sambil menutup wajahku dengan telapak tangan tidak menyadari kalau Mas Fikri sudah terbangun.Sebuah pelukan erat membuatku tak berkutik, "Ra, maafkan aku, ya, kalau aku sudah menyakitimu. Tolong, Ra, jangan menolakku begini. Aku membutuhkuanmu." Dia mengiba, bibirnya menyapu lembut pipi dan keningku.Sedangkan batinku terus berperang antara mempercayainya dan meragukannya. Dengan menahan perut yang mual dan rasa jijik ini, aku membiarkan Mas Fikri semakin beringas menciumiku lalu menggiring paksa tubuhku ke sofa. Aku pun hanyut dengan permainan Mas Fikri yang begitu memabukkan.Dan pertahananku jebol. Di sofa panjang, akhirnya hasrat Mas Fikri terlampiaskan. Kupukul pukul dadanya, "Aku benci kamu, Mas!" Teriakku berontak tapi Mas Fikri justru memelukku semakin erat."Benci tapi suka, kan? Makasih ya, sayang. Perlu kamu tahu, aku sangat mencintaimu, Ra. Jangan pernah kamu meragukan itu." ucap Mas Fikri sambil berkali kali menciumiku

    Last Updated : 2022-06-11
  • Ditipu Mertua dan Suami    9. Suara mencurigakan di kamar Kartika

    Tertipu mertua dan suami"Anu, Mbak, kegerahan." "Bukannya pakai AC kok kegerahan.""Maksud saya kegerahan nahan sesuatu karena istri lagi nifas nggak bisa dicolek.""Oalah, ada-ada saja kamu. Lihat Mas Fikri?""Nggak lihat, Mbak, kan saya tidur baru bangun.""Rafli, mumpung cuma ada kita berdua, ada yang pengin aku omongin," ucapku pelan takut membangunkan yang lainnya."Tentang apa, ya, Mbak?""Sst ... Jangan keras-keras, nanti yang lain bangun." Kami pun ngobrol dengan suara pelan sekali."Tentang suamiku dan istrimu." bisikku."Maksudnya?""Kamu nggak cemburu istrimu dekat-dekat dengan suamiku?""Kan mereka kakak adik, Mbak. Wajarlah kalau deket," jawab Rafli polos."Tapi perlakuan Mas Fikri pada Kartika itu melebihi batas dari seorang kakak pada adiknya. Nggak wajar!""Masak, sih, Mbak. Saya ngelihatnya biasa saja.""Iya, karena kamu tidak pernah di rumah!" Aku terdiam mendengar sebuah suara dari suatu tempat. Kuhampiri arah suara itu yang ternyata dari dalam kamar Kartika yang

    Last Updated : 2022-06-12
  • Ditipu Mertua dan Suami    10. Membuktikan kebenaran

    Di depan kamar Kartika, kuketuk pintu kamar dan kupanggil pelan Rafli yang ternyata masih tiduran di sofa ruang tengah."Mbak Tiara, ada apa lagi?" tanya Kartika setelah pintu terbuka."Mas Fikri, Rafli, Ayo kita masuk!" ajakku."Tiara, jangan lancang kamu! Ini kamar Kartika!" teriak Mas Fikri sambil berusaha mencekalku, tak kupedulikan, kuhempaskan saja tangannya, kakiku tetap melangkah masuk ke kamar Kartika."Ada apa, Mbak? Kenapa masuk ke kamar Kartika?" tanya Kartika dengan muka sok polos."Rafli, tutup pintunya!" Perintahku pada Rafli setelah semua masuk ke kamar."Kartika, sekarang tunjukkan surat nikah kamu dan Rafli!" "Maaf, Mbak. Kami belum punya surat nikah. Kami baru nikah siri. Tapi secepatnya kami akan menikah secara hukum.""O, jadi baru nikah siri?! Atau malah nikah pura-pura?!""Tiara! Jaga mulutmu! Jangan mempermalukanku!" teriak Mas Fikri tapi tak kugubris."Kami nggak nikah pura-pura, Mbak. Kami memang baru nikah siri. Dan kami punya alasan sendiri kenapa kami nik

    Last Updated : 2022-06-13
  • Ditipu Mertua dan Suami    11. Siapa suami Kartika?

    "Ayo, Rafli, jangan ragu!" Langkah Rafli yang tampak ragu-ragu tapi akhirnya sudah berdiri tepat di hadapan Kartika.Tangan Rafli mulai memegang pinggang Kartika. Mata Kartika terpejam dengan deraian mata. Lalu ...Rafli melakukan yang kuperintahkan. Pertama terlihat kaku tapi tak lama ia terlihat begitu menikmati permainan itu. Kartika menangis terisak isak seolah dia tersakiti oleh laki-laki tak halal.Di tengah permainan mereka, tiba-tiba Mas Fikri menghampiri Rafli lalu memukul wajahnya bertubi tubi. Rafli terhuyung, bibirnya berdarah. Darahku mendidih, dadaku sesak, "Kenapa kamu marah, Mas?! Kenapa, Mas?! Jawab!" Kutatap tajam matanya yang tampak merah dipenuhi amarah, dadanya terlihat naik turun seperti memendam kekesalan, tak ada yang keluar dari mulutnya.Ia berdiri terpaku tanpa sepatah kata seolah sedang berusaha mengendalikan emosinya. "Rafli, kenapa kamu tidak balas pukulan dia?! Kenapa kamu diam saja?! Kartika itu istrimu bukan?!""Is ... iiistriku, Mbak," jawabnya terb

    Last Updated : 2022-06-14
  • Ditipu Mertua dan Suami    12. Gara gara obat tidur

    "Begitu? Apa mungkin Ibu salah minum obat?'"Saya nggak minum obat apa-apa, Dok. Semalam saya hanya minum jahe tapi memang setelah minum jahe itu saya seperti dibius. Ngantuk tak tertahan dan akhirnya tertidur pulas." "Iya, mungkin di jahe itu ada obat tidurnya, Bu." Aku tersentak tidak percaya. Jadi aku tidur pulas semalam karena ulah Mas Fikri. Hanya demi Kartika, kamu tega melakukan itu, Mas. Lihat saja, aku pasti akan bisa membuka kedok kalian.Percakapan kami terhenti ketika melihat Mas Fikri masuk ke ruangan. "Dok, bagaimana kondisi istri saya, Dok? " tanya Mas Fikri yang baru saja datang, kupalingkan wajah tak sudi melihat penipu itu."Dari hasil lab, istri Bapak Hb nya rendah sekali, Pak. Itu yang membuat dia sesak nafas. Dan sepertinya selama ini nggak dirasa sama ibu. Baru terasa setelah tubuh ngedrop. Akan dilakukan transfusi darah. Baru disiapkan. Selain itu, kehamilannya yang masih begitu muda juga mengalami kontraksi." "Apa, Dok?! Istri saya hamil?!" "Lho, bapak b

    Last Updated : 2022-06-15
  • Ditipu Mertua dan Suami    13. Adegan di gazebo

    Dengan mengendap endap aku mengikuti langkah Mas Fikri. Kami yang memang menempati kamar untuk tamu jadi terletak di depan, di sisi kiri ruang tamu. Sedangkan kamar Kartika dan Ibu terletak di dalam, di sisi kanan ruang keluarga. Mas Fikri tampak masuk ke ruang keluarga yang remang-remang dengan cahaya temaram dari bias lampu duduk ruang tamu. Aku yakin dia menuju kamar Kartika. Jantungku berdebar kencang. Tapi dugaanku salah, Mas Fikri melewati kamar Kartika dan terus berjalan menuju kaca pembatas ruang keluarga dan taman belakang. Aku menghentikan langkah, sembunyi di balik dinding pantry yang ada di sisi kiri teras belakang. Tampak Mas Fikri menggeser pintu kaca.Buru-buru kusingkap tirai jendela pantry yang mengarah ke taman belakang mengintip Mas Fikri yang berjalan ke gazebo yang ada di taman. Dadaku bergemuruh melihat Kartika yang ternyata sudah menunggu di gazebo dengan tubuh yang terlihat sintal memakai baju tidur tipis dan yang membuatku sangat terkejut, rambutnya terger

    Last Updated : 2022-06-16

Latest chapter

  • Ditipu Mertua dan Suami    99. Akhir yang indah

    "Nih, ada yang kangen sama ayahnya," ucapku sambil mengarahkan layar pada perutku."Maksudnya, Ra?""Iya, roket yang Mas Putra luncurkan ternyata ajaib, tepat sasaran. Benihnya jadi, Mas." "Maksudmu kamu hamil, Ra?" Aku mengangguk sambil menunjukkan testpack dengan berurai airmata. Mata Mas Fikri langsung berkaca kaca, setelah itu menangis sesenggukan, "Secepat ini, Ra?""Iya, Mas, aku juga seperti tidak percaya. Ini hanya karena kebesaranNya.""Alhamdulillah ya Allah, begitu cepat Engkau berikan anugrah indah ini pada kami." Tubuh Mas Putra kemudian meluruh bersujud syukur. Setelah itu kami hanya bisa sama-sama menatap layar dengan mata basah, "Ra, aku pengin meluk kamu. Aku besok pagi pulang, ya." Aku mengangguk bahagia."Kira-kira itu roket yang pas kuluncurkan di mana ya, Ra, yang berhasil jadi. Feelingku kok pas di camping di pantai. Rasanya beda soalnya.""Sok yakin, Mas, hanya Allah yang tahu. Yang terpenting, semoga aku dan bayi kita diberi keselamatan dan kesehatan ya, Mas

  • Ditipu Mertua dan Suami    98. Bulan madu (3)

    And Aubrey was her name,(Dan Aubrey adalah namanya,)A not so very ordinary girl or name.(Nama dan gadis yang biasa saja)But who’s to blame?(Tapi siapa yang harus disalahkan?)For a love that wouldn’t bloom(Untuk cinta yang tidak akan mekar)For the hearts that never played in tune.(Untuk hati yang tak pernah dimainkan selaras.)Like a lovely melody that everyone can sing,(Seperti melodi indah yang gampang dinyanyikan oleh setiap orang,)Take away the words that rhyme it doesn’t mean a thing.(Dengan lirik yang kurang bermakna)But God I miss the girl,(Tapi Tuhan aku rindu gadis itu,)And I’d go a thousand times around the world just to be(Dan aku akan berkeliling dunia seribu kali untuk)Closer to her than to me.(Lebih dekat dengannya daripada denganku sendiri.)And Aubrey was her name,(Dan Aubrey adalah namanya,)I never knew her, but I loved her just the same,(Aku tidak pernah mengenalnya, tapi aku mencintainya sama saja)I loved her name.(aku mencintai namanya.)Wis

  • Ditipu Mertua dan Suami    97. Bulan madu (2)

    Ditipu Mertua dan Suami Extra part 4 "Ayo, Ra, jawab, jangan bikin aku penasaran." "Mandi dulu, ah." Aku beranjak dari duduk berniat melarikan diri tapi tanganku langsung dicekal Mas Putra."Eits, jangan harap kamu bisa melarikan diri sebelum menjawab pertanyaanku. Duduk!""Maksa banget, sih, Mas.""Kamu kan senengnya dipaksa paksa gini. Nikah sama aku pun harus dipaksa.""Lebih enak yang dipaksa dipaksa, sih," jawabku yang akhirnya mengalah duduk di samping Mas Putra sambil melingkarkan tangan di pinggungnya dan melabuhkan kepala di bahunya. Mas Putra pun akhirnya juga melingkarkan tangannya di pinggangku. Sudah tidak peduli dengan orang sekitar, kami menikmati senja di tepi pantai layaknya orang yang sedang kasmaran."Ayo, Ra, ceritakan. Aku siap menerima kenyataan pahit.""Malam itu, setelah pernikahan kami, Mas Rasyid menuntutku untuk menjadi istri seutuhnya. Dia melepas kerudungku, Mas. Lalu bibirnya ... Bibirnya mengecup ....""Bibirmu?" Sahut Mas Putra cepat."Bukan tapi k

  • Ditipu Mertua dan Suami    96. Bulan madu

    Kami pun mengikuti Kartika masuk ke dalam rumah lalu membuka kamar Ibu. Terlihat Ibu terbaring dengan badan yang kurus kering sama dengan Kartika. Mendengar pintu di buka Ibu langsung bangun, menatapku tajam lalu bangkit dari ranjang menghampiri kami dengan dada yang naik turun. "Pembunuh! Kamu pembunuh cucuku!" Teriaknya menakutkan. Ternyata dia masih bisa mengenaliku. "Gara-gara kamu, aku tidak punya cucu! Kembalikan cucuku! Beri aku cucu!" Ibu mengambil gelas yang ada di atas meja."Rasakan ini pembunuh! Matilah kau!" Tiba-tiba Ibu mengayunkan gelas itu mengarah padaku. Untunglah Mas Putra buru-buru menarik tubuhku lalu menutup pintu kamar. Setelahnya terdengar suara gelas pecah yang dilempar ke pintu kemudian disusul teriakan Ibu yang melengking."Buka pintunya! Aku akan membunuh perempuan itu! Bukaaa!" "Tiara, sepertinya untuk saat ini kita tidak bisa berdamai dengan mantan mertuamu itu. Sangat berbahaya buat diri kamu.""Iya, Mas, aku juga takut. Kita pulang saja.""Maaf, Mb

  • Ditipu Mertua dan Suami    95. Kembali ke masa lalu (2)

    Ditipu mertua dan suami Extra part 3Setelah meninggalkan penjara, kami pun menuju kontrakan Kartika, "Gimana nih kesan yang habis ketemu mantan?" ledeknya sambil menyetir."Biasa saja." "Yang bener? Kata orang, yang pertama itu tak terlupakan.""Yang pertama tapi kalau menyakitkan buat apa diingat ingat.""Sakit pertama aja tapi selanjutnya memabukkan, kan.""Ih, apa sih, Mas Putra, nggak nyambung. Hatiku, Mas, yang sakit. Ngeres aja pikirannya." "Ha ha ha ... sekarang mikir ngeres nggak masalah, kan sudah ada tempat pelampiasan."Tanganku sudah melayang bersiap memukul lengannya tapi dengan spontan dicekal Mas Putra lalu ditaruh di pahanya dengan tangan kanan masih pegang setir."Geser rada ke sini, Ra, dudukmu." "Mau ngapain? Fokus, Mas, lagi nyetir nanti nabrak lagi." "Sudah, sini, mo dapat pahala, nggak?" Aku pun akhirnya manut menggeser dudukku mendekat padanya, "Sudah, nih, terus suruh ngapain?""Elus-elus." Tanganku yang digenggamnya di pahanya di geser lebih ke kanan.N

  • Ditipu Mertua dan Suami    94. Kembali ke masa lalu

    Besoknya, akhirnya kita terbang ke Jakarta. Sampai di rumah Mas Fikri, ibu mertuaku menyambut dengan hangat. Lengkaplah kebahagiaanku. Akhirnya aku punya mertua idaman yang begitu menyayangiku tidak seperti mertuaku dulu. Mengingatnya seperti diiris iris lagi."Selamat datang di rumahmu yang baru, Tiara," sambut Ibu sambil memelukku."Kok rumahku, Bu? Ini rumah Ibu, kan?""Ini rumah Fikri. Hasil kerja keras Fikri jadi ini otomatis rumahmu. Ibu dan Tia hanya numpang di sini.""Ibu jangan begitu. Ini rumah putra Ibu, Ibu yang lebih berhak.""Nggak, Nduk. Kamu istri Fikri. Kamu yang lebih berhak.""Sudah, sudah, kenapa kalian jadi rebutan rumah. Kalau nggak ada yang mengakui biarin nanti diakui istri kedua saja.""Hus! Amit-amit! Jangan sampai kamu menduakan Tiara ya, Fikri. Awas saja, bakalan Ibu pecat jadi anak!""Bercanda, Bu, mana mungkin anak Ibu yang baik ini sanggup menyakiti perempuan yang dengan susah ngedapetinnya. Memperjuangkannya saja butuh waktu hampir 20 tahun.""Nah itu

  • Ditipu Mertua dan Suami    93. Tentang Adam

    "Bukan. Itu murni Rekayasa Allah, Ra. Nasib baik berpihak padaku. Aku selalu berdoa untuk didekatkan denganmu jika kamu jodohku dan jauhkan bila bukan jodohku. Dan ternyata Allah terus mendekatkan kita. Makanya aku terus berjuang untuk mendapatkan kamu, Ra, karena yakin kamulah jodohku." ucapnya sambil menggenggam tanganku dan menatapku syahdu, terasa berdesir desir. "Tuh, kan, pegangan tangan begini aja nyetrum nih, Ra. Ada yang bangun," lirihnya sambil mengedipkan satu matanya."Nggak! Mati air!" teriakku."Dasar airnya nggak bisa diajak kompromi. Ya sudahlah, nggak usah pegang-pegang tangan. Ayo dilanjutin ceritamu!""Seminggu sekali setiap hari Sabtu Mas Fikri ke Yogya menemuiku. Walaupun sudah berkali kali kuusir tetap nekat, Mas. Dan setelah menceraikan Kartika dia berani beraninya melamarku. Membawa ibu dan saudara saudaranya. Ibunya sampai memohon mohon agar aku mau rujuk. Katanya hanya aku yang bisa memberinya cucu karena Kartika sudah tidak bisa memberinya cucu." "Kenapa?"

  • Ditipu Mertua dan Suami    92. Malam pertama (3)

    "Tiara! Kok keluar, sih. Ini shower gimana?""Halah, modus, kan, Mas Fikri? Mau minta nambah lagi, kan, di kamar mandi?" "Otakmu tuh yang ngeres. Beneran ini shower mati!""Ya sudah Mas Fikri pakai handuk dulu!""Iya, udah, istriku yang cantik. Buru sini!"Aku pun masuk ke kamar mandi lagi dengan siaga 1 takut diisengin Mas Fikri. Saat kunyalakan shower, ternyata benar shower mati. Tak keluar setetes air pun."Yah, mati air berarti ini, Mas. Tampungan pasti juga sudah habis buat nyuci piring acara resepsi tadi malam.""Terus gimana, Ra? Mana kudu mandi junub lagi. Butuh air banyak ini.""Di lantai bawah ada kamar mandi yang ada baknya kok, Mas. Kita mandi di sana, yuk. Semoga airnya masih penuh.""Udah pada bangun belum, ya, Ra? Malu tahu subuh-subuh mandi keramas. Ayo, Ra, temenin." "Punya urat malu juga, Mas?" ledekku yang dibalas Mas Fikri dengan mendorong kepalaku. Sambil membawa handuk, kami mengendap endap menuruni tangga takut ngebangunin yang lain. Dan aman, lantai bawah ma

  • Ditipu Mertua dan Suami    91. Malam pertama (2)

    "Oh iya, Ra, Adam mana? Dari ijab qobul tadi aku belum lihat Adam. Pasti sekarang dia sudah besar ya, sudah bisa jalan.""Ceritanya panjang, Mas. Adam ...." Mengingat Adam, airmataku luruh tak terbendung. Mas Fikri merengkuh tubuhku, "Sudah, sudah, kalau pertanyaanku hanya membuat kamu sedih begini tidak usah kamu ceritakan sekarang, Ra. Aku tidak ingin kebahagiaan kita hari ini rusak dengan kesedihanmu. Nanti saja ceritanya kalau kamu sudah siap, ya." Usapan Dokter Fikri di punggung akhirnya bisa meredakan kesedihanku, begitu nyaman dalam pelukan suami. Setelah mandi keramas, Dokter Fikri mengajakku sholat bersama. Bahagia sekali rasanya akhirnya aku punya seorang imam idaman hati. Tak henti mengucap syukur atas anugrahNya hari ini. Semoga ini adalah jodoh terakhirku sampai jannahMu ya Allah. "Gara-gara nafsu sampai lupa belum ngedoain istri, main seruduk aja ya, Ra. Sini kudoain dulu." Selesai sholat Dokter Fikri meraih kepalaku. Lalu seuntai doa ia lirihkan tepat di depan dah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status