Wanita itu nyaris setengah telanjang, tubuhnya yang montok dan seksi terlihat jelas.Karena kamar itu berdekatan dengan lift dan kebetulan ada banyak tamu yang naik turun, tak butuh waktu lama, lorong hotel dipenuhi oleh para penonton. Mereka semua mengeluarkan ponsel, sibuk memotret dan merekam video."Hentikan! Polisi sudah datang! Semuanya berhenti sekarang!"Tiba-tiba, pintu lift terbuka dan suara tegas polisi langsung menggema. Kerumunan pun otomatis membuka jalan.Namun, kedatangan polisi rupanya tidak cukup untuk mengendalikan situasi.Sari yang sudah berubah menjadi pejuang garis depan, menghajar Gaius habis-habisan, hingga suaminya itu nyaris lari telanjang.Akhirnya, polisi terpaksa turun tangan, menahan Sari, barulah kekacuan itu sedikit mereda.Karena kasus ini melibatkan perkelahian di tempat umum serta dugaan prostitusi ilegal, polisi pun membawa semua pihak untuk diperiksa lebih lanjut.Namun, Sari langsung teriak tidak terima, "Kenapa aku juga ditangkap? Tangkap saja pr
Pemerkosaan?Benar-benar karma itu nyata.Aku tidak bisa menahan tawa, yang justru membuat Steve semakin marah, ""Nora, sejak kapan masih menjadi sekejam ini?""Aku belajar dari kamu."Dia terdiam, jelas kehabisan kata-kata.Aku melanjutkan, "Sudahlah, intinya dia yang melanggar hukum. Aku hanya membantu keadilan saja. Kalian boleh saja bersekongkol, tapi jangan coba-coba melawan hukum. Kalau nggak, kamu juga akan terkena imbasnya."Steve terdiam cukup lama, sepertinya dia mulai berpikir lebih jernih atau mungkin merasa sedikit bersalah. Kemudian, dia mengganti topik, "Aku dengar kamu lagi butuh uang. Untuk apa?""Bukan urusanmu.""Berapapun yang kamu mau, aku bisa kasih."Aku langsung bertanya, "Dua triliun, bisa?""Dua triliun?" Suaranya terdengar terkejut, "Untuk apa? Apa ada masalah dengan keuangan perusahaan?""Nggak."Tiba-tiba, aku merasa tak ada gunanya berbicara dengannya. Meskipun dia bersedia meminjamkan atau memberi uang itu, aku tidak akan menerimanya.Menggunakan uangnya
"Siapa yang butuh bantanmu? Aku tertawa dingin, mengejeknya, "Jangan terlalu percaya diri. Bahkan kalau kamu memaksaku menerima uangmu, aku nggak akan mengambilnya sepeser pun. Pakai uangmu untuk menebus gelang giok ibuku hanya akan mencemari jalannya menuju reinkarnasi.""Nora, kenapa kamu jadi sekejam ini sekarang?" ujar Steve yang terluka sekaligus marah."Cih, kata-kataku mungkin tajam, tapi masih nggak sekejam kelakuanmu."Setelah melontarkan kata-kata itu, aku langsung menutup telepon tanpa mau mendengarkan ocehannya lagi.Aku benar-benar marah!Namun setelah tenangkan diri, firasatku mulai tidak enak.Sekarang Steve sudah tahu tentang giok itu, kemungkinan besar Dewita juga akan segera tahu.Dengan sifatnya yang selalu ingin merebut apapun yang menjadi milikku, dia pasti akan berusaha merebut gelang itu juga.Tidak boleh!Aku tidak boleh biarkan Dewita mendapatkan gelang itu. Aku harus segera mengumpulkan uangnya.Namun, hanya tersisa dua hari lagi. Dari mana aku bisa mendapatk
Terpampang lima kata merah yang mencolok di atas gedung itu, Militer Negara, Kuat Untuk Rakyat."Semakin aku mendekat, semakin kuat rasa kagum dan hormat yang tumbuh dalam hatiku.Begitu mobilku berhenti di depan gedung, seseorang sudah berdiri menunggu di sana.Aku mengenalnya.Saat terakhir kali aku pergi ke Vila Solene, orang inilah yang menghampiri Billy untuk mengingatkannya bahwa sudah waktunya berangkat.Aku mematikan mesin, mengambil tas kerja dan turun dari mobil."Selamat datang Bu Nora, perkenalkan aku Mudi, sekretaris pribadi Pak Billy," katanya dengan sopan, memperkenalkan dirinya.Aku pun membalas dengan ramah, "Senang bertemu denganmu, Pak Mudi."Dia mengangguk dan mengajakku masuk ke dalam gedung. Setelah melewati sistem pemindaian wajah di pintu masuk, kami berjalan menuju lift."Bu Nora, Pak Billy lagi sibuk sekarang, jadi kamu mungkin harus menunggu sebentar," katanya begitu kami memasuki lift.Aku tersenyum, "Nggak masalah, aku yang datang mendadak dan mengganggu pe
Kalau aku baru saja tidak melihat sisi dirinya yang begitu berwibawa dan menakutkan, aku tidak akan percaya bahwa pria ini yang kini tampak begitu santai dan ramah adalah orang yang sama."Nggak apa-apa, Pak Billy. Justru aku yang sudah mengganggu pekerjaanmu," jawabku reflek, kembali menggunakan bahasa yang lebih sopan. Aku semakin sadar betapa besar perbedaan di antara kami.Mudi masuk bersamaku, lalu dengan cekatan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berserakan di lantai, merapikannya dengan cepat, kemudian pergi meninggalkan ruangan.Aku pura-pura tak melihat apapun dan tetap bersikap tenang."Bu Nora sudah desain pakaianku?" tanya Billy, menarikku kembali dari lamunanku.Aku terdiam sejenak, kata-kata yang ingin kusampaikan mendadak tersangkut di tenggorokan, sulit sekali untuk diucapkan.Sepertinya dia menyadari kegugupanku, lalu bertanya dengan sabar, "Apa ibuku memberi tekanan padamu?""Bukan, bukan!" Aku buru-buru menggeleng, bahkan saking gugupnya, aku sampai terbata-bata.Aku
Semalam, setelah yakin mengambil keputusan, aku langsung menyusun semua detailnya.Sebagai bentuk ketulusan, aku rela menjadikan perusahaanku sebagai jaminan.Namun, begitu aku menyerahkan dokumen itu, Billy bahkan tidak melihatnya. Dengan santai, dia mengangkat tangan sedikit dan mendorong dokumen itu kembali padaku."Nggak perlu, aku pinjamkan uang padamu, bukan untuk membeli perusahaanmu. Nggak perlu jaminan atau akta notaris. Bayar saja pelan-pelan semampumu."Aku terkejut, sampai-sampai mulutku setengah terbuka dan mataku membelalak. Butuh beberapa detik bagiku untuk benar-benar percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Aku pun memastikan, "Kamu benar-benar percaya padaku? Bagaimana kalau ... aku nggak mau bayar?"Dia tersenyum tenang dan penuh percaya diri, "Sejauh ini, belum ada yang berani berhutang padaku dan nggak membayarnya. Kamu mau jadi yang pertama?"Aku langsung terdiam.Bodohnya aku!Bagaimana bisa aku lupa siapa yang sedang kuajak bicara! Dia itu Billy Solene! Tidak
Tapi, aku tiba-tiba teringat, beberapa hari lalu, Steve pernah bilang kalau dia tidak punya cukup uang tunai sebanyak dua triliun saat ini.Aku pun kembali optimis, kalau mereka tidak punya cukup uang, berarti peluangku untuk menang masih besar.Acara lelang segera dimulai.Rumah lelang ini termasuk salah satu yang terbaik di dunia dan setiap tahunnya, acara lelang amal mereka selalu menarik banyak orang kaya dari dalam maupun luar negeri.Di antara para tamu, aku melihat beberapa wajah yang familiar, mereka adalah orang-orang kaya dari Kota Belian.Barang yang dilelang di awal berupa lukisan terkenal dan guci antik dengan harga terendah pun mencapai puluhan miliar.Para miliarder itu begitu semangat menawar, seperti hanya sedang membeli sayur di pasar.Aku diam-diam merasa kagum sekaligus cemas, bagaimana kalau aku tidak bisa memenangkan lelang untuk gelang itu?Sementara itu, Steve dan Dewita duduk berdampingan, sesekali berbisik satu sama lain. Mereka terlihat mesra, seolah lupa bah
Setelah mendengar penjelasan dari juru lelang, aku semakin yakin ini memang gelang giok milik ibuku. Gelang ini awalnya beredar di kalangan kolektor barang antik di Kota Belian. Awalnya nilainya diremehkan, tetapi setelah bertemu dengan seorang ahli, barulah gelang ini diakui sebagai barang berharga dan akhirnya muncul di lelang ini."Harga awal untuk gelang giok susu ini, empat puluh miliar."Begitu juru lelang menyebutkan harga, seseorang langsung mengangkat papannya, "Lima puluh miliar.""Enam puluh miliar."""Enam puluh empat miliar."Aku tetap tenang dan tidak terburu-buru menawar. Aku ingin melihat dulu bagaimana situasinya berkembang.Namun, tiba-tiba Dewita mengangkat papan lelangnya, "Seratus miliar!"Ruangan mendadak riuh, semua orang menoleh ke arah mereka.Aku terkejut, wanita munafik ini benar-benar mulai menyerang."Seratus miliar sekali, seratus miliar dua kali, seratus miliar ... "Sebelum juru lelang menyelesaikan hitungannya, aku akhirnya mengangkat papan, "Seratus se
Benar-benar keterlaluan! Beraninya datang ke kantorku dan membuat keributan, mana mungkin aku membiarkannya pergi begitu saja?Aku langusng meraih ponsel dan menelepon polisi.Sepertinya ayah bajinganku masih ditahan di tahanan. Bagus juga kalau mereka bisa jadi pasangan suami istri yang menemani satu sama lain di sana!Begitu mendengar aku berkata, "Halo, pak polisi ... " Sari langsung panik dan semakin menggila. Dia melewati meja kerjaku, berlari ke arahku dan mulai menghujaniku dengan pukulan menggunakan berkas-berkas yang ada."Beraninya lapor polisi?! Dasar pembawa sial! Gara-gara kamu, ayahmu masih ditahan sekarang!""Polisi bilang dia ditahan karena kasus prostitusi dan harus ditahan puluhan hari! Kamu benar-benar kejam! Lebih kejam dari ibumu seratus kali lipat! Keluarga yang tadinya baik-baik saja, kamu hancurkan sampai sebegitu berantakan! Nggak ada satu pun yang bisa hidup tenang!""Kenapa bukan kamu saja yang kena penyakit mematikan ini? Kenapa nggak mati saja dan menyusul
Bagaimana mungkin ada orang sebaik itu di dunia ini?Aku sama sekali tidak berpikiran macam-macam, hanya murni merasa dia adalah orang yang luar biasa.Meskipun berasal dari keluarga terpandang dan sibuk dengan urusan besar, dia sama sekali tidak menunjukkan sikap merendahkan saat aku mengundangnya makan. Dia bahkan dengan sopan dan elegan langsung menyetujuinya.Setelah puas menikmati perasaan bahagia ini, aku mulai bingung, di mana tempat yang pantas untuk makan malam ini?Dengan status seperti Billy, sudah pasti dia terbiasa dengan standar hidup yang sangat tinggi.Restoran mewah biasa saja mungkin tidak cukup untuknya.Untungnya, Wenny berasal dari keluarga yang menjalankan bisnis kuliner kelas atas.Aku langsung mengirimnya pesan.[Wenny, aku mau undang orang yang sangat penting makan malam sebagai bentuk terima kasih, tolong rekomendasikan restoran yang suasananya mewah.]Dia langsung membalas, [Kapan?][Besok malam.][Datang saja ke Arch Alley, aku minta manajer untuk siapkan ru
Namun kenyataannya, baginya ini hanyalah perkara sepele.Aku menggenggam ponsel, ragu-ragu untuk beberapa saat. Haruskah aku menghubunginya lebih dulu untuk mengucapkan terima kasih?Setelah berpikir panjang, berdasarkan prinsip hidupku selama ini, aku memutuskan tetap harus berterima kasih.Menerima bantuan orang lain tanpa menunjukkan rasa terima kasih, bukanlah prinsipku.Apakah dia menerima atau tidak, itu urusan dia. Tapi aku sendiri harus menunjukkan sikap yang pantas.Jadi, aku mengambil kartu nama yang diberikan Mudi padaku saat meninggalkan pabrik militer hari itu, lalu meneleponnya dengan penuh hormat."Halo Bu Nora," jawab Mudi di balik telepon.Aku langsung paham, mungkin ini nomor kerja Billy.Dengan statusnya, dia tidak mungkin sembarangan membagikan nomor pribadi."Halo Pak Mudi, aku mau berterima kasih secara langsung atas bantuan Pak Billy kemarin. Bisakah aku bertemu dengannya?" tanyaku langsung mengutarakan maksudku."Tunggu sebentar, aku akan menanyakannya dulu.""B
Steve menatapku dengan penuh kebencian sebelum berlari keluar sambil menggendong Dewita tanpa sepatah katapun.Aku berdiri di tempat dan bingung.Apa maksud dari tatapan itu?Seolah-olah dia sangat membenciku.Apa dia marah karena aku tidak membiarkannya menghabiskan empat triliun itu?Aku tidak tahu bagaimana keadaan Dewita setelahnya.Yang jelas, setelah mendapatkan gelang giok peninggalan ibuku, aku kembali ke Kota Belian dengan hati yang puas. Hari itu juga, aku pergi ke makam ibu untuk memberitahunya kabar baik ini.Saat malam semakin larut, pikiranku mulai tenang. Aku menatap gelang giok itu dan kembali dilanda kebingungan.Enam triliun ... bagaimana aku bisa membalas budi sebesar ini kepada Billy?Aku harus mencari waktu besok untuk membicarakannya dengannya. Bagaimanapun juga, uang itu harus kulunasi, kalau tidak, aku tak akan bisa tenang seumur hidup.Namun, sebelum sempat menemui Billy, masalah lain justru datang lebih dulu.Pagi-pagi saat aku baru tiba di kantor, aku melihat
Aku tak berani membayangkan bagaimana kejadian ini akan berkembang dan menjadi bahan perbincangan banyak orang.Aku juga tak tahu apakah ini berkah atau malah bencana bagiku.Namun, yang jelas saat ini, aku telah mendapatkan kembali semua harga diriku dan sekaligus memberikan tamparan keras pada Steve dan Dewita.Saat ini, bahkan jika aku harus mati untuk Billy, aku rela."Nora, sejak kapan kamu mengenal Pak Billy?" tanya Steve yang tak lagi bersikap angkuh dan menatapku dengan mata melotot.Aku memeluk erat kotak beludru di tanganku, lalu menatap mereka dengan senyuman santai, menjawab, "Bukan urusanmu.""Kamu ... "Aku yang sudah mendapatkan apa yang kuinginkan, jadi tak ada alasan untuk berlama-lama di sini. Aku bersiap untuk meninggalkan acara lebih awal.Dewita yang kesal karena merasa dipermalukan melampiaskan emosinya pada Steve, "Ayo pergi! Untuk apa tetap di sini? Semua yang kumau sudah hilang!"Steve hanya berdiri terpaku. Dia terlihat seperti orang yang baru saja mendapat pu
Billy duduk di tempat tertinggi, matanya juga bertemu denganku, lalu mengangguk kecil padaku.Detik sebelumnya, aku merasa seperti jatuh ke jurang, tetapi detik berikutnya aku seperti hidup kembali.Hatiku dipenuhi kebahagiaan yang luar biasa dan aku tersenyum padanya dari kejauhan.Aku merasa sangat berterima kasih. Meskipun gelang giok itu tidak kembali ke tanganku, setidaknya jatuh ke tangan Billy. Itu adalah akhir terbaik yang bisa kubayangkan."Enam miliar! Ada yang mau menawar lebih tinggi?""Enam miliar sekali, enam miliar dua kali, enam miliar tiga kali! Terjual! Pemilik baru gelang giok putih ini adalah Pak Billy Solene!" ujar juru lelang begitu semangat hingga suaranya hampir pecah.Seluruh ruangan meledak dalam sorak-sorai dan tepuk tangan. Semua orang menoleh ke belakang, menatap lantai dua dengan penuh antusias.Namun, Billy tetap duduk tenang, seolah ini adalah hal yang sepele baginya. Dia tampak seperti seorang raja yang menerima penghormatan dari banyak orang.Di sampin
Aku menahan diri sekuat tenaga agar air mataku tidak jatuh.Rasa sakit terdalam datang dari orang yang dulu paling kucintai.Keputusasaan dan kebencian memenuhi dadaku, bahkan jemariku pun bergetar.Setelah beberapa saat, tiba-tiba aku merasa lega. Aku menoleh ke arahnya dan bertanya, "Kalau aku terus menaikkan harga, kamu akan tetap mengikutinya?"Tatapan Steve bergetar, seolah dia juga merasakan sakit, lalu dia berbisik, "Nora, jangan keterlaluan!"Aku mengabaikannya, tersenyum tipis, lalu mengangkat papan, "Dua triliun seratus miliar!"Paling buruk, aku akan menjadi bahan tertawaan dunia, menjual perusahaanku untuk membayar denda dan memulai semuanya dari nol.Namun, kalau aku menang, bukankah itu berarti dia akan mengalami kerugian besar dan merasakan sakit yang sama?"Nora!" Seperti yang kuduga, begitu aku menyebut angka itu, Steve langsung kehilangan ketenangannya.Namun, Dewita yang naik tidak mengerti situasinya.Melihat Steve tidak segera menawar lagi, bahkan saat juru lelang
Setelah mendengar penjelasan dari juru lelang, aku semakin yakin ini memang gelang giok milik ibuku. Gelang ini awalnya beredar di kalangan kolektor barang antik di Kota Belian. Awalnya nilainya diremehkan, tetapi setelah bertemu dengan seorang ahli, barulah gelang ini diakui sebagai barang berharga dan akhirnya muncul di lelang ini."Harga awal untuk gelang giok susu ini, empat puluh miliar."Begitu juru lelang menyebutkan harga, seseorang langsung mengangkat papannya, "Lima puluh miliar.""Enam puluh miliar."""Enam puluh empat miliar."Aku tetap tenang dan tidak terburu-buru menawar. Aku ingin melihat dulu bagaimana situasinya berkembang.Namun, tiba-tiba Dewita mengangkat papan lelangnya, "Seratus miliar!"Ruangan mendadak riuh, semua orang menoleh ke arah mereka.Aku terkejut, wanita munafik ini benar-benar mulai menyerang."Seratus miliar sekali, seratus miliar dua kali, seratus miliar ... "Sebelum juru lelang menyelesaikan hitungannya, aku akhirnya mengangkat papan, "Seratus se
Tapi, aku tiba-tiba teringat, beberapa hari lalu, Steve pernah bilang kalau dia tidak punya cukup uang tunai sebanyak dua triliun saat ini.Aku pun kembali optimis, kalau mereka tidak punya cukup uang, berarti peluangku untuk menang masih besar.Acara lelang segera dimulai.Rumah lelang ini termasuk salah satu yang terbaik di dunia dan setiap tahunnya, acara lelang amal mereka selalu menarik banyak orang kaya dari dalam maupun luar negeri.Di antara para tamu, aku melihat beberapa wajah yang familiar, mereka adalah orang-orang kaya dari Kota Belian.Barang yang dilelang di awal berupa lukisan terkenal dan guci antik dengan harga terendah pun mencapai puluhan miliar.Para miliarder itu begitu semangat menawar, seperti hanya sedang membeli sayur di pasar.Aku diam-diam merasa kagum sekaligus cemas, bagaimana kalau aku tidak bisa memenangkan lelang untuk gelang itu?Sementara itu, Steve dan Dewita duduk berdampingan, sesekali berbisik satu sama lain. Mereka terlihat mesra, seolah lupa bah