"Aku akan memberimu undangan pernikahan kami. Itu bagus untuk membungkam mulutmu itu." Ketus Stella kesal."Maka aku akan menunggu saat itu tiba. Menunggu saat kau datang menjadi nyonya dirumah ini," Balas Raya terkekeh. Stella bangkit dan berdiri dari sofa mewah itu. Wajahnya terlihat sangat marah. Ucapan Raya barusan seakan menjadi menghina dan menantang baginya. Tak lama, terdengar deru mobilnya meninggalkan halaman rumah berlantai dua itu."Semoga kau beruntung, Stella. Ucap Raya dengan suara parau, lalu tersenyum penuh arti.***Sejak pertengkaran mereka seminggu yang lalu, hubungan antara Raya dan Alex sedikit merenggang. Tak ada sapaan atau canda hangat yang biasa mereka lakukan, kini mereka seakan seperti dua orang asing yang tak saling kenal.Sudah dua hari ini Alex tidak pergi ke kantor. Selama dua hari ia hanya dirumah saja, di dalam kamarnya. Entah apa yang dikerjakannya disana. Beberapa kali Raya mencoba menyapanya, memastikan dia baik baik saja di sana. Namun, hanya ter
Deru mobil Arya terdengar lalu menghilang dibalik pagar. Alex menatap Stella dengan tatapan tanya. Sedetik kemudian, Alex melepaskan tangan Stella dari lengannya dan berjalan menuju kamarnya. Mengabaikan Stella yang sedari tadi memanggilnya."Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Mengapa aku merasa sangat kesal melihat Raya pergi bersamanya?" Bisik Alex yang nyaris tak terdengar.***"Kau baik-baik saja," tanya Arya begitu mereka berdua duduk di sebuah cafe."Aku tak apa apa."Raya menghela nafas panjang. Sorot matanya yang sendu seolah menahan beban hatinya. Beberapa kali ia menghindar dari tatapan mata tajam Arya yang seakan ingin mengulitinya. Ia tak mengerti mengapa hatinya begitu gelisah. Seakan ada beban berat yang menunggu untuk dibebaskan.Raya tahu jika sejak tadi Arya terus memperhatikannya. Ia juga yakin jika pemuda itu tak berniat buruk padanya. Pertemuan dengan Stella tadi tak ayal merusak moodnya pagi ini.Satu persatu para pengunjung cafe ini mulai berdatangan. Beberapa o
"Benarkah seperti itu?" Desis Stella dengan nada tak percaya."Pulanglah. Aku ingin istirahat." Usir Alex."Apa saat ini kau sedang mengusirku?" Nada suara Stella sedikit meninggi."Terserah bagaimana kau ingin menanggapinya. Tapi saat ini aku sedang tak ingin melakukan apapun. Sekali ini tolong biarkan aku sendiri dulu." Pinta Alex."Apa ini semua karena Raya?" Cetus Stella.****Mata Stella tampak nanar, bibirnya bergetar. Ada luapan emosi dan amarah yang terlihat di sana. Berharap jika apa yang baru saja dikatakannya tadi tidaklah benar. Alex memilih bungkam. Tangannya kini mulai menjauhi gagang pintu kamarnya. Ia mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar, ia tak ingin Stella mengetahui kenyataan jika Raya tidak tidur di kamarnya. Ia takut jika rahasia pernikahannya dengan Raya diketahui Stella.Langkah Alex kini berbelok menuju ruang kerjanya, masih dengan Stella yang mengikuti langkahnya dibelakang. Hingga akhirnya mereka berdua saling berdiri berhadapan tak jauh dari meja kerja
Stella menyambut Alex dengan senyum yang mengembang. Ada binar kebahagiaan terlihat dimatanya. Gadis itu gembira ketika melihat Alex yang kini melangkah menghampirinya."Ayo!" Ajak Alex padanya."Iya. Pakai mobilku saja. Ini kuncinya." Ucap Stella sambil menyerahkan kunci mobilnya pada Alex.Perlahan sedan berwarna silver metalik itu berjalan keluar melewati pagar setinggi hampir tiga meter itu. Alex menurun sedikit kaca mobilnya lalu meninggalkan pesan pada penjaga rumahnya."Jika Bu Raya pulang bilang aku akan pulang malam."****Mobil sport mewah itu kini membelah jalanan ibukota. Sepanjang perjalanan Stella terlihat sibuk dengan ponselnya. Tak banyak yang mereka bicarakan, karena Alex hanya menjawab seperlunya saja dan tidak terlalu banyak bicara.Sebuah bangunan rumah dengan desain kontemporer kini berdiri dihadapan Alex. Untuk sesaat ia menatap Stella dengan tatapan penuh tanya. Ia tak mengerti mengapa Stella memintanya datang ke rumahnya."Ini kan rumahmu. Stella!" Tanya Alex t
Staf wanita itu mengeluarkan beberapa lembar dokumen diatas meja, dan segera menyodorkannya ke depan Arya untuk ditandatangani. Beberapa menit berlalu mendengar staf wanita itu menjelaskan hal hal terkait dokumen yang akan ditangani."Oh iya pak, saya melihat sebuah artikel berita online, tentang Pak Alex, adik bapak. Maaf pak, bukannya saya ingin ikut campur tapi apa benar jika Pak Alex dan Stella akan bertunangan?"***Arya menghentikan aktivitasnya begitu mendengarnya, matanya yang sedari tadi membaca dokumen yang hendak ditanda tanganinya terpaksa ia tunda. Ditatapnya baik baik wajah staf wanita itu, seakan mencari kejujuran akan ucapannya disana.Ada rasa tidak percaya dalam diri Arya dengan dengan apa yang baru saja didengarnya, ia tidak yakin jika Alex dan Stella akan bertunangan. Alex mungkin masih menyimpan rasa cinta pada Stella tapi berbuat hal sebodoh itu bukan kebiasaannya adik tirinya itu.Mungkinkah ini salah satu rencana Stella? Menghembus isu pertunangan demi keingina
"Apa suamimu ada di rumah?" Tanya Winda setengah berbisik."Mas Alex ada di kantornya. Ada apa menanyakannya?" "Aku tak sengaja melihat sebuah berita selebritis online, suamimu viral, Raya?" Tanya Winda sesaat setelah Raya mempersilakannya masuk.Raya langsung mengerutkan keningnya. Ucapan Winda benar benar membuatnya tak mengerti. Berita tentang apa hingga membuat Mas Alex viral hingga menyebabkan Winda langsung menanyakannya."Tidak. Aku tak tahu, lagipula aku jarang membuka dan membaca berita online. Mungkin karena aku terlalu sibuk mengetik. Hingga, tak sempat membaca berita atau gosip seputar selebriti." "Memangnya ada apa dengan Mas Alex?" Raya balik bertanya.***"Kau terlalu polos atau pura pura tidak tahu. Stella mengumumkan pertunangan dengan seorang pria yang sudah dikenalnya sejak masa sekolah dulu. Memang sih tak ada bukti foto pria itu dan juga, Stella tidak menyebutkan nama pria itu, tapi ada dugaan pria itu adalah suamimu, Raya. Karena sepanjang karirnya, Stella tak
"Aku menolak untuk menjawabnya. Apa kau keberatan?" Tantang Stella."Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Aku tak akan ikut campur. Kau dengarkan aku baik baik. Aku tak peduli dengan skandal atau gosip murahan yang kau sebarkan itu. Tapi, satu hal yang harus kau ingat. Jika sampai kau menyentuh Raya. Aku tak akan tinggal diam. Kau sangat tahu, mudah bagiku menghancurkan karirmu dan menguliti semua kebohonganmu itu," Ancam Arya tegas dengan sorot mata yang seakan-akan ingin membunuh***Stella memalingkan wajahnya dengan sinis. Raut wajahnya tampak begitu kesal dengan sorot mata yang tajam. Terlihat jelas jika ia tak bisa menerima apa yang baru saja di katakan oleh Arya tadi.Suasana cafe ini sedikit ramai, beberapa kali terlihat pengunjung keluar dan masuk menikmati kenyamanan tempat ini. Stella melepas maskernya dan mengambil sebuah topi dari dalam Sling bag yang dipakainya. Ia memakai topi berwarna hitam itu agak sedikit rendah hingga hampir menyentuh matanya, demi menyamarkan wajah
"Ayo kuantar kau sampai ke mobilmu." Stella mengangguk sebentar. Lalu memutar bola matanya menatap meja. Ia kembali memakai maskernya, dan merapikan rambut lalu memasukkannya ke dalam topi yang dipakainya. Tak lama, gadis itu pun bangkit dari kursi yang didudukinya.Arya merangkul Stella, mereka berjalan cepat keluar dari cafe demi menghindari para penggemar Stella yang mulai menyadari keberadaannya disana, menuju tempat mobil Stella diparkir."Apa aku terlihat menyedihkan saat ini, Arya?" Tanya Stella sesaat setelah berada di dalam mobilnya.***"Cepat tutup pintunya, jika kau tak ingin para penggemarmu mengejarmu kemari," jawab Arya sambil memalingkan wajahnya."Kau benar, aku meminta sebuah portal berita selebritis untuk menyebarkan gosip murahan tentang pertunangan itu." Lanjut Stella."Kau tak ingin tahu alasannya, Arya? Mengapa aku sampai melakukan hal bodoh itu?" Lirih Stella.Arya diam, namun ia masih tetap mendengar Stella bicara. Beberapa orang terlihat mulai memperhatikan