"Ayo kuantar kau sampai ke mobilmu." Stella mengangguk sebentar. Lalu memutar bola matanya menatap meja. Ia kembali memakai maskernya, dan merapikan rambut lalu memasukkannya ke dalam topi yang dipakainya. Tak lama, gadis itu pun bangkit dari kursi yang didudukinya.Arya merangkul Stella, mereka berjalan cepat keluar dari cafe demi menghindari para penggemar Stella yang mulai menyadari keberadaannya disana, menuju tempat mobil Stella diparkir."Apa aku terlihat menyedihkan saat ini, Arya?" Tanya Stella sesaat setelah berada di dalam mobilnya.***"Cepat tutup pintunya, jika kau tak ingin para penggemarmu mengejarmu kemari," jawab Arya sambil memalingkan wajahnya."Kau benar, aku meminta sebuah portal berita selebritis untuk menyebarkan gosip murahan tentang pertunangan itu." Lanjut Stella."Kau tak ingin tahu alasannya, Arya? Mengapa aku sampai melakukan hal bodoh itu?" Lirih Stella.Arya diam, namun ia masih tetap mendengar Stella bicara. Beberapa orang terlihat mulai memperhatikan
"Ehm ... apa kau sudah tahu berita tentang pertunangan Stella?" Tanya Raya hati hati.Mendengar ucapan Raya membuat Alex seketika menoleh padanya. Pandangan menusuk yang diperlihatkan Alex membuat Raya tak nyaman, membuat Raya akhirnya memilih menundukkan wajahnya."Apa yang kau ketahui tentang berita pertunangan itu?" Tanya Alex kemudian sambil mendelik tajam pada Raya.****"Aku tak begitu mengerti.""Winda datang ke rumah dan memberitahuku jika kabar berita tentang pertunangan Stella cukup viral di internet. Beberapa portal berita selebritis online mengulas kabar ini di secara berulang ulang, dan banyak yang menduga jika calon tunangannya adalah kau," jelas Raya."Kau percaya dengan berita itu?" "Entahlah, aku tak tahu, kau lebih tahu," sindir Raya sambil mengendikkan bahunya."Ehm ... Penjaga rumah juga bilang, tadi siang ada wartawan yang datang kesini. Mencarimu untuk klarifikasi ...." "Tak usah ditemui." Potong Alex cepat.Raya memejamkan mata sejenak. Mencoba mengatur peras
Alex bangkit dan berdiri menuju lemari pakaiannya. Sebuah jaket diambilnya dan dipakainya menutupi kemeja yang belum sempat di bukanya tadi. Alex menyambar kunci mobilnya dan segera turun menuju garasi, tempat dimana mobilnya berada.Deru mobil terdengar. Tak lama mobil sport mewah keluaran Italia itu kini mulai berbelok meninggalkan bangunan rumah berlantai dua itu. Tanpa disadari Alex jika Raya menatap kepergiannya dari balik tirai di lantai dua rumah mereka."Apa yang ingin kau lakukan, Alex? Begitu sulitkah kau berterus terang, mengatakan hal yang sebenarnya padaku?" Bisik Raya lirih.***Alex memacu Ferrari merahnya cepat. Mobil sport mewah itu kini melaju dengan kencang di jalanan ibukota yang mulai lengang karena sudah lewat tengah malam. Wajahnya terlihat masam karena menahan emosinya yang tertahan. Meski matanya menatap fokus ke jalanan namun, tidak dengan isi kepala pemuda itu.Angin malam yang cukup kencang tak membuat Alex menurunkan kecepatan mobilnya. Tampak bulan sudah
Sebuah video yang memperlihatkan adegan Stella dan Alex yang saling memandang, diikuti dengan adegan selanjutnya yang membuat Raya seketika memalingkan wajahnya. Tampak dalam rekaman video itu, tangan Stella berusaha membuka kancing kemeja Alex satu persatu."A-apa ini Stella?" Tanya Raya dengan suara parau."Kau tak tahu apa ini, Raya? Ah ... bagaimana kalau kubilang jika suamimu begitu hebat memuaskanku di ranjang." Ucap Stella dengan mimik wajah mengejek.****Video berdurasi satu tiga menit itu selesai ketika Stella memeluk Alex dengan erat. Wajah Raya nampak pias. Berbanding terbalik dengan Stella yang kini tersenyum puas penuh kemenangan seakan telah berhasil mengalahkan musuhnya."Kau bohong! Tidak mungkin Alex bisa melakukan hal bodoh dan memalukan seperti itu denganmu!" Tolak Raya."Ha ... ha ... ha!""Kau tak ingin mempercayainya, bukan? Tapi, itulah yang sebenarnya. Kau tahu, Alex sangat menikmati malam romantisme itu!" "Video ini pasti hasil editanmu kan? Aku tidak yakin
"Apa yang baru saja kau katakan itu benar, Raya? Apa pernikahan kalian hanyalah sebuah perjanjian diatas kertas?"Mereka berdua seketika menoleh ketika mendengar seseorang selain mereka berkomentar. Tampak di sana seorang wanita paruh baya sedang berdiri di bibir pintu sambil memandang mereka dengan penuh tanya."Mama ...!?" Panggil mereka berdua nyaris bersamaan."Mama mendengar semuanya. Sepertinya kalian berdua sangat ahli bermain sandiwara." Ujar Bu Sekar berjalan melintas dihadapan mereka berdua sambil berdecak kesal.****Bu Sekar duduk disofa sambil sesekali menatap ke arah mereka berdua. Alex terlihat menundukkan kepalanya, lalu berjalan mendekat, menghampiri ibunya."Ini tak seperti yang mama pikirkan. Percayalah ma." "Perbuatanmu ini memalukan, Alex." Keluh Bu Sekar.Raya memberanikan diri mendekat. Meraih tangan ibu mertuanya lalu mengenggamnya erat."Maaf ma, karena harus mendengar semuanya dan membuat mama kecewa. Tapi, sungguh, aku tak pernah berpikir untuk mempermainka
"Mungkin ini balasan dari Tuhan untukku karena telah menyia-nyiakan lelaki sebaik dirimu." Ungkap Stella lirih."Aku mengenalmu cukup lama, Stella. Kau gadis yang baik. Aku yakin akan ada seorang lelaki yang akan benar-benar mencintaimu.""Entahlah. Aku hanya takut kecewa."Untuk beberapa saat mereka saling membuang pandangan. Tampak para pengunjung gelora ini semakin ramai. Ada yang berlari kecil, ada yang berjalan santai dan adapula yang sekedar mampir mengambil foto. Kebanyakan dari mereka memanfaatkan tempat ini sebagai rute untuk lari pagi."Apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Alex.****"Aku belum tahu. Tapi, besok aku akan membuat pernyataan jika berita pertunangan itu tidak benar." Tutur Stella."Jika kau lakukan itu, kau bisa menderita banyak kerugian, Stella." "Jangan cemaskan aku. Aku tahu apa yang kulakukan. Lagipula, tabunganku sudah cukup untuk membiayai hidupku hingga anak cucu kelak," gurau Stella dengan senyum tipis di wajahnya."Maaf Alex, aku menyeretmu dalam kesengs
Itu ..." Raya mengigit bibirnya ketika ia mengerti jawaban apa yang diinginkan Arya."Maaf Alex, kuharap kau tidak tersinggung. Aku tahu, kalian menikah bukan karena saling mencintai. Sekali saja, aku ingin mendengar jawaban darimu, Raya.""Andai kita bertemu lebih dulu, Raya. Apakah aku bisa mendapat sedikit perhatian darimu?" Ujar Arya mengulang kembali pertanyaannya.***Kerongkongan Raya terasa tercekat mendengar ungkapan perasaan Arya kepadanya. Raut wajah terkejut sangat jelas terlihat di wajahnya. Sebuah kejutan yang sama sekali tidak disangkanya. Raya melirik Alex yang langsung berdecih dan memalingkan wajahnya. Sebuah senyuman getir diperlihatkan Raya. Tangan yang memegang buket bunga pemberian dari Arya nampak gemetar karena rasa gugup yang kini menderanya.Alex berdecak kesal. Tak lama, ia menarik lengan Arya dan menjauh dari Raya, wajah mereka kini saling bertatapan satu sama lain. Rahang wajah Alex mengeras, menggambarkan betapa kesal dirinya dengan perbuatan tak sopan k
Alex masih duduk di anak tangga, memandang dengan sinis kepergian Arya dari rumahnya. Tangannya masih mengepal, karena rasa kesal yang masih belum sepenuhnya hilang.Raya menutup pintunya begitu memastikan mobil Arya sudah tak terlihat lagi olehnya. Matanya mendelik ke arah Alex baru saja memanggilnya. Dengan langkah malas Raya mendekat, menghampiri suaminya yang masih mengoceh sendiri disana."Ada apa kau memanggilku?" Ketus Raya.***"A-apa yang kau bicarakan tadi dengannya?" Tanya Alex pelan."Bukan urusanmu, lagipula tak biasanya kau ingin tahu urusanku?" Ujar Raya balik bertanya."Ya sudah. Kalau tak ingin memberitahuku." Balas Alex sewot."Ye ... Dia marah. Tadi kau bertanya padaku, bukan? dan aku sudah menjawabnya. Jika tidak ada pertanyaan lagi. Aku mau ke kamarku." Pamit Raya lalu mulai melangkah menaiki anak tangga. "Apa kau sudah menjawabnya?" Pertanyaan Alex membuat Raya seketika menghentikan langkahnya. Perlahan ia memejamkan matanya, untuk sesaat masih nampak raut keke