Beranda / Pernikahan / Ditalak Usai Resepsi / Malam Pertama Reza dan Nelly

Share

Malam Pertama Reza dan Nelly

Penulis: Nomela Rosana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-24 21:49:36

Menjelang Maghrib, pesta kecil perayaan pernikahan Reza dan Nelly telah usai. Semua tamu undangan telah pulang ke rumah masing-masing. Keluarga besar Nelly yang didatangkan khusus dari Jakarta menginap di resort tempat dilangsungkannya pernikahan Nelly dan Reza.

Reza memesan tiga pondok-atau biasa di sebut cottage- yang ada di resort yang bernuansa Bali itu. Dua pondok untuk mamanya Nelly dan keluarganya, sedangkan satu pondok khusus untuk pengantin baru. Pondok-pondok di sana tempatnya terpisah-pisah meski masih berada di area lokasi yang sama. Sehingga sang pengantin baru pun tetap memiliki privacy saat menginap di sana, menjalani malam pertama mereka tanpa ada gangguan dari siapapun.

Dua pondok untuk keluarga Nelly letaknya di sekitar area kolam renang. Sedangkan pondok khusus untuk Reza dan Nelly posisinya agak menjorok ke laut, sehingga bisa langsung melihat pemandangan laut biru yang membentang luas ketika membuka jendela kamar pengantin ataupun berada di teras pondok.

Reza meng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ditalak Usai Resepsi   Hari Pertama yang Penuh Gelora

    Hembusan angin pantai membelai lembut wajah Reza yang masih duduk santai di kursi malas di teras pondoknya. Secangkir kopi hitam tinggal tersisa ampasnya saja. Lelaki yang tengah berbahagia setelah mendapatkan istri pilihannya itu, nampak sibuk berselancar di internet mencari info lowongan pekerjaan.Seorang pelayan resort berjalan mendekat ke arah pondok Reza dengan membawa sebuah nampan yang berisi makanan dan minuman."Selamat pagi, Pak. Ini saya mengantarkan sarapan pagi," sapa pelayan wanita yang mengenakan setelan celana panjang hitam dan atasan bermotif batik itu."Pagi, oh terima kasih, ditaruh di meja sini aja, Mbak," jawab Reza sembari menunjuk meja yang ada di sampingnya.Mbak pelayan itu meletakkan dua piring nasi goreng spesial dengan telur ceplok di atasnya, kemudian satu piring yang berisi empat potong sandwich dan dua gelas lemon tea hangat."Kok dianter ke sini, Mbak, sarapannya? Biasanya kita yang datangin ke ruang makan resort untuk breakfast," tanya Reza penasaran.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Ditalak Usai Resepsi   Kerikil Mulai Muncul di Pernikahan Reza

    Reza dan Nelly betul-betul menikmati manisnya bercinta dari pagi hingga menjelang siang. Mereka terus bergumul di dalam pondok. Dunia serasa hanya dihuni oleh mereka berdua, hingga melupakan bahwa di resort itu masih ada mamanya Nelly dan juga saudara-saudara lainnya. Beruntung mamanya Nelly dan yang lainnya paham akan hal itu dan tidak mengganggu aktifitas pengantin baru itu di dalam pondoknya. Siangnya, selepas Dhuhur, mamanya Nelly dan keluarga besarnya sudah bersiap untuk ke bandara. Mereka mengejar penerbangan sore untuk kembali pulang ke Jakarta.Nelly dan Reza hanya melepas mereka di gerbang resort. Mereka masih ingin menikmati bulan madu di resort itu. Reza dan Nelly sudah mengambil cuti nikah selama tiga hari dan mereka berniat akan menghabiskan cutinya di pantai itu."Reza, Nellly! mama tunggu kedatangan kalian di Jakarta tiga bulan lagi ya! Resepsi mewah kalian nanti akan mama persiapkan sebaik mungkin," ucap Bu Ira setelah memeluk dan mencium putrinya sesaat sebelum mema

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Ditalak Usai Resepsi   Rahasia Hati

    (PoV Riris)Sepulang dari acara pesta pernikahan Mas Reza, mantan suami sehariku itu, hatiku malah berbunga-bunga. Aku sudah tidak perduli lagi dengan Mas Reza dan kehidupannya.Aku melihat dia bisa berbahagia mendapatkan istri pilihannya, istri impiannya itu saja aku sudah ikut merasa senang. Tidak ada luka dan air mata. Semoga saja mereka selalu berbahagia, dapat mengarungi rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah.Apakah aku sudah bisa memaafkannya? Entahlah. Namun jika aku mengingat kepergian bapak, lelaki cinta pertamaku yang telah meninggalkanku sesaat setelah Mas Reza dan bundanya menengok bapak di rumah sakit, hatiku langsung terasa sesak. Aku masih terluka oleh kepergian bapak yang tak akan mungkin bisa kembali lagi ke dunia ini.Kepergian pahlawan hidupku yang selalu menyisakan rindu yang semakin dalam, rindu yang teramat panjang, sepanjang hayatku. Aku hanya bisa berdoa kepada Allah, agar kelak bisa dipertemukan lagi dengan bapak di Syurga-Nya. Penantian yang teramat pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26
  • Ditalak Usai Resepsi   Dilema

    Aku masih duduk di sisi kasur Mas Dimas. Sibuk mengompres dahinya dengan perasaan yang campur aduk. Jika saputanganku sudah kembali dingin, maka segera kuangkat dari dahinya, lalu kurendam lagi dalam air hangat. Setelah kuperas lagi sedikit, saputangan itu kembali aku tempelkan ke dahinya. Begitu seterusnya kulakukan berulang kali hingga Mas Dimas akhirnya nampak lebih baik. Sudah tidak meracau lagi. Dan dapat tidur dengan tenang.Setengah jam kemudian Mas Gilang datang kembali membawa obat penurun panas."Mas, saya mau pulang dulu ke kontrakan, mau buatkan bubur untuk Mas Dimas. Saya nitip tolong jagain Mas Dimas ya," pintaku kepada Mas Gilang."Iya, Ris. Biar aku tungguin masmu ini. Nanti jangan lupa bawain buburnya dua porsi ya, sekalian buat aku juga, hehehe," jawab Gilang sembari terkekeh."Oke, Mas Gilang," jawabku sambil menyunggingkan senyum.Bergegas aku meninggalkan kamar Mas Dimas menuju rumah kontrakan dengan langkah tergopoh-gopoh."Assalaamu'alaikum, Bu .... " Kubuka pin

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-27
  • Ditalak Usai Resepsi   Sepandai-pandainya Tupai Melompat ....

    Riris masih terhenyak mendengar pertanyaan yang tiba-tiba meluncur begitu saja dari ibunya Bagas. Dia bingung harus menjawab apa. Sedangkan Bu Bimo masih memandang lekat gadis itu seolah sedang menanti sesuatu yang amat diharapkannya.Momen seperti itu membuat gadis kelahiran Solo itu tersipu malu. Bu Bimo memegang punggung tangan Riris yang diletakkan di atas meja, di usap-usapnya pelan, masih terus menunggu jawaban dari Riris."Mmm, saya ... tidak berani menjawab pertanyaan Ibu, saya takut, Bu," jawab Riris dengan suara pelan."Loh, memangnya kenapa? Kok takut? Sama ibu jangan merasa takut dan sungkan ya, anggap ibu ini juga seperti ibumu sendiri," pinta Bu Bimo."Saya ... saya takut memiliki rasa itu sebelum adanya sebuah ikatan yang telah menghalalkannya, Bu. Saya tidak berani memaknai apa yang saya rasakan, Bu. Mohon maaf." jawab gadis berjilbab biru itu sembari menunduk, kedua pipinya merona karena malu.Bu Bimo tersenyum melihat jawaban dan ekspresi wajah Riris. Wanita paruh ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-28
  • Ditalak Usai Resepsi   Inikah Namanya Karma?

    "Kau memang pantas dikatain seperti itu! Karena Kau pembohong .... ! Penipuu!!" pekik Nelly kembali, kini tangisnya telah pecah, tergugu dalam pelukan Reza, dengan sejuta kekesalan di dalam dada."Lepasin ... !! Lepasin enggak .... !!" Kembali Nelly berteriak dan berusaha memberontak dari pelukan Reza.Akhirnya Reza melepaskan pelukannya secara perlahan. Nelly langsung jatuh terduduk di atas lantai. Dia masih menangis tergugu hingga kedua bahunya bergetar."Kenapa Kamu tega bohongin aku, Mas?! Huu-huhuhuuu .... !" teriak Nelly masih sambil menangis tersedu."Maafin mas, Nel. Mas enggak berani jujur karena takut nanti Kamu menolak cinta, Mas." sahut Reza."Percuma Kamu berusaha mengajarkan aku tentang agama dan kebaikan, sedangkan dirimu sendiri pandai berdusta di hadapanku!" sanggah Nelly dengan suara keras."Mas lakukan ini karena Mas takut kehilanganmu, Mas sangat mencintaimu Nel," kilah Reza. Dia berusaha meyakinkan istrinya."Sejak kapan Kamu menjadi satpam, Mas? Apa sejak awal ki

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Ditalak Usai Resepsi   Menyesal Kemudian Tiada Guna

    "Bunda kenapa, Yah?" tanya Reza dengan raut wajah panik ketika telah berada di dekat ayahnya dan melihat bundanya tergolek lemah di atas sofa."Bundamu tadi lagi menerima telepon, sepertinya dari mamanya Nelly, entah kenapa tiba-tiba bundamu langsung lemas dan tak sadarkan diri seperti ini," jawab ayahnya Reza dengan cepat karena tak kalah panik."Ayo kita bawa bunda ke rumah sakit terdekat, Yah!" usul Reza. Bergegas ayah dan anak itu membopong Bu Santi menuju ke mobil.Bu Santi dibaringkan di jok kursi bagian tengah, dengan posisi kepala berada di atas pangkuan suaminya. Reza segera melajukan mobilnya dengan cepat ke rumah sakit yang lokasinya paling dekat dengan rumahnya.Tidak sampai lima belas menit mereka telah tiba di rumah sakit. Beberapa petugas jaga IGD segera mendorong brankar menuju mobil Reza yang berhenti tepat di depan pintu IGD, setelah Reza terlebih dahulu memberitahukan kepada mereka bahwa ada pasien yang butuh bantuan untuk dipindahkan ke IGD dari dalam mobil.Dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-30
  • Ditalak Usai Resepsi   Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    Sudah empat hari Bu Santi dirawat di rumah sakit. Reza yang tidak mungkin ijin tidak masuk kerja terus-menerus demi menjaga ibunya, akhirnya meminta Pak Adi untuk di pindah ke shift malam saja, selama bundanya dirawat.Jadi dari pagi sampai sore Reza menjaga bundanya di rumah sakit, kemudian pulang ke rumah untuk istirahat sebentar dan bersih-bersih rumah, baru malamnya dia kerja untuk jaga malam di North Apartemen.Malam ini, saat Reza bekerja, dia berusaha mencari Nelly ke unit apartemennya. Dia sudah mengetuk pintu cukup lama, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Seperti tidak ada orang di dalam unit itu. Akhirnya Reza kembali bekerja jaga malam mengontrol keamanan tiap lantai di gedung apartemen itu.Setelah berkeliling, Reza kembali ke pos jaga yang ada di halaman depan apartemen. Reza duduk dalam pos jaga setelah lelah berjalan dari satu lantai ke lantai lainnya. Diliriknya arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya."Jam setengah sembilan, belum terlalu malam untuk mene

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-31

Bab terbaru

  • Ditalak Usai Resepsi   Bahagia Usai Resepsi

    Tepat pukul delapan, semuanya telah lengkap berada di dalam Masjid Kampus nan Agung dan indah itu Bagas dengan balutan tuxedo berwarna putih tulang itu telah duduk bersila di depan meja persegi panjang yang berkaki pendek. Di depannya telah duduk pak penghulu dan pakleknya Riris--adik dari bapaknya-- yang akan menjadi wali nikahnya.Sang pengantin pria yang diapit oleh Pak Bimo dan Pakde Arya, terlihat sedikit tegang. Mungkin karena ini adalah pengalaman pertamanya untuk memulai hidup yang baru. Sedangkan Riris bersama ibunya dan Bu Bimo juga para keluarga dan tamu undangan wanita, telah duduk di balik hijab. Sehingga untuk prosesi akad nikah, hanya para hadirin pria yang bisa melihatnya secara langsung. Riris dan para hadirin wanita hanya bisa melihat di tayangan video siaran langsung yang ada di layar kaca yang terpasang di bagian depan ruangan berhijab itu.Riris duduk bersimpuh diapit oleh sang ibu dan calon ibu mertua. Di belakangnya para keluarga dan tamu wanita dari desanya Ri

  • Ditalak Usai Resepsi   Terpukau Melihat Sang Pengantin

    "Kalau boleh tau, apa syaratnya, Ris?" tanya Bagas penasaran."Nduk, kok pake syarat toh?" bisik Bu Rohman ke telinga putrinya. Riris kemudian memandang ibunya, lalu tersenyum sembari mengangguk. Sedangkan Bu Rohman justru menunjukkan wajah tegangnya."Syaratnya, pertama ... saya minta akad nikahnya nanti di Masjid Kampus yang ada di Universitas nomor satu di Jogja, karena saya memiliki kenangan yang dalam, saat pertama kali mendatangi masjid itu dan bermunajat di sana. Yang kedua, saya ingin setelah menikah nanti, Mas Bagas harus menerima ibu saya untuk tinggal bersama kita nantinya. Karena ibu sudah tak memiliki siapa-siapa lagi, kecuali putri semata wayangnya," ucap Riris dengan suara bergetar hingga netranya yang berkaca-kaca. Riris dan ibunya kembali saling tatap, di kedua manik mereka telah dipenuhi oleh embun. Bu Rohman merasa terharu dengan permintaan putrinya itu, ternyata meski putrinya mau dinikahi oleh pemuda kaya, Riris masih ingat ibunya, masih amat peduli padanya.Riri

  • Ditalak Usai Resepsi   Lamaran

    Hari yang dinanti telah tiba, selama dua pekan ini Riris dan ibunya sibuk mempersiapkan acara lamaran untuk menyambut kehadiran Bagas dan keluarganya. Dari pagi, Riris telah merias dirinya, berbekal ilmu yang didapatnya dari terapis kecantikan salon ternama yang dipesan oleh Bagas selama dia menginap di apartemen.Riris mengenakan gaun kebaya panjang selutut, berwarna hijau lumut dengan hiasan payet pada bagian bawah pinggang serta di ujung tangannya, menambah kesan mewah dan anggun. Gaun itu telah dipesan oleh Bagas dan dikirimkan pak Dul dua hari sebelumnya. Untuk bawahannya, Riris mengenakan kain jarik berbordir emas yang diwiru dengan rapih menambah kesan elegan. Rumah Riris juga telah dipasang tenda untuk para tamu undangan, dan bagian dalamnya di dekor sedemikian rupa sehingga nampak indah dengan aneka bunga di setiap sudut rumah. Back drop yang terlihat indah dan mewah terpasang di salah satu sisi dinding dalam ruang tamu untuk momen lamaran dan pengambilan foto.Dari semua o

  • Ditalak Usai Resepsi   Pulang ke Solo

    Tak terasa sudah sepekan Riris dan Bu Rohman menginap di apartemen milik keluarga Bagas. Selama itu pula mereka setiap hari didatangi terapis kecantikan langganan yang dari awal men-treatment Riris.Gadis yang dulunya berwajah manis dan terlihat sederhana itu, kini telah berubah wajahnya semakin cantik cemerlang, meski perawatannya tidak dengan cara yang ekstrim seperti operasi plastik dan sebagainya. Perawatannya hanya membuat kulit dan wajah Riris terlihat semakin glowing. Selain itu, Riris juga belajar cara merias wajah supaya bisa tampil cantik dan lebih percaya diri. Riasan yang mampu menutupi kekurangan di wajah dan bisa menonjolkan kelebihan, sehingga terlihat semakin cantik bersinar. Apalagi Riris juga memiliki kecantikan yang terpancar dari dalam, dari hati yang bersih dan tulus apa adanya."Ris, makin hari Kamu semakin cantik, maasyaa Allah," puji Bagas di suatu sore saat mereka tengah duduk di taman tepi kolam renang yang ada di rooftop apartemen. Angin bertiup agak kencan

  • Ditalak Usai Resepsi   Di Rumah Reza

    Setelah dirawat di rumah sakit selama dua pekan, akhirnya Bu Santi sudah diperbolehkan untuk pulang. Walaupun kondisinya belum banyak perkembangan, separuh badannya sebelah kanan lemah, namun bisa dilakukan perawatan di rumah. Asalkan minum obat dari dokter secara rutin, makan makanan yang sehat dan rendah lemak, rajin melakukan terapi dan olah raga ringan.Sumi telah diberi pengarahan oleh Bulik Tutik, bagaimana cara merawat Bu Santi dengan baik. Di pagi dan sore hari Sumi memandikan majikan perempuannya itu dengan mengelap seluruh badan dengan handuk yang dibasahi dengan air hangat dan dicampur dengan sabun mandi yang lembut. Sumi melakukannya dengan penuh hati-hati agar tidak menyakiti tubuh Bu Santi. Setelah mandi, Sumi mengajak wanita paruh baya itu jalan-jalan di halaman rumah yang luas itu dengan kursi roda. Sekedar untuk menghirup udara segar dan mengusir kejenuhan Bu Santi.Sumi juga bertugas menggantikan pampers jika sudah penuh dengan air seni dan ketika Bu Santi buang air

  • Ditalak Usai Resepsi   Bagas Buka Suara

    Tepat jam sembilan malam, Riris dan Bu Rohman tiba di apartemen. Pak Dul yang diserahi kartu untuk akses agar bisa masuk ke unit delapan kosong delapan, ikut mengantarkan Riris dan ibunya masuk sampai dalam unit."Mbak Riris, ini kartunya dipegang sama Mbak saja, pesan dari Pak Bagas. Agar Mbak bisa bebas keluar masuk apartemen ini." Pak Dul menyerahkan kartu itu pada Riris."Baik, Pak Dul, terima kasih," jawab Riris sembari tersenyum dan menerima benda tipis persegi itu dari tangan Pak Dul."Baiklah, Mbak Riris dan Bu Rohman, saya pamit dulu. Selamat istirahat. Nanti kalau mau ada perlu untuk anter-anter, bisa telepon saya."Pak Dul sedikit membungkukkan badannya lalu bergegas ke luar dari unit apartemen setelah Riris mengucapkan terima kasih padanya.Riris segera menutup pintu. Lalu keduanya memasuki kamar di mana sudah ada lemari yang berisi pakaian yang dibelikan Bagas tadi pagi. Bu Rohman sempat menyusunnya ke dalam lemari sebelum mereka mengunjungi rumah Pakde Arya."Nduk, maasy

  • Ditalak Usai Resepsi   Widia Gigit Jari

    "Loh, Wid ... Kamu nyusul ke sini?" tanya Bude Arya ketika melihat putri angkatnya sudah berada di ruang tunggu depan IGD. Wajah gadis itu terlihat cemas dan pucat."Iya, Bu ... saya khawatir sekali dengan Mas Bagas. Ingin tau keadaannya sekarang." Mendengar itu Riris semakin cemas, takut kehadiran Widia membuat jantung calon suaminya itu kembali tak stabil."Kami juga belum bisa masuk, jadi belum tau gimana kondisinya. Di dalem ada Bulik dan Paklik Bimo. Tadi sih kata Riris, Masmu sudah membaik keadaannya," sahut Bude Arya lagi.""Sini duduk sini, Wid ... samping ibu!" ajak ibu angkat Widia. Gadis yang sedari tadi masih berdiri itu, menurut dan mendekati kursi kosong di sebelah Bude Arya.Tak lama, pintu ruang IGD terbuka. Kedua orang tua Bagas muncul dari arah dalam.Bude Arya, Suaminya dan Widia segera bangkit dari duduknya dan mendekati orang tua Bagas."Gimana kondisi Bagas, Dek?" tanya Bude Arya. "Alhamdulillah sudah membaik, malah dia bilang sudah sembuh dan pingin dipercepat p

  • Ditalak Usai Resepsi   Rayuan di Kala Sakit

    "Nduk, kok ditanya sama Bu Bimo diem aja? Bu Bimo nungguin jawabanmu, loh!" tegur Bu Rohman pada putrinya yang terlihat diam melamun itu. Padahal sebetulnya Riris sedang berpikir mau menjawab apa."Eh, i-itu ... Bu, Riris sendiri tidak tau kenapa saat Riris lihat di kejauhan Mas Bagas tampak kesakitan, jadi Riris segera berlari menuju Mas Bagas," jawab wanita berwajah manis itu dengan gelagapan."Apa saat itu putraku sedang sendirian, atau bersama seseorang?" selidik Bu Bimo yang sudah seperti petugas kepolisian lagi menginterogasi orang.Riris merasa bingung, haruskah dia menjawab dengan jujur tentang keberadaan Widia saat itu? Apakah hal itu baik untuk gadis itu, dia sebenarnya kasihan dengan Widia. Hatinya tengah patah dan terluka, haruskah ditambah lagi dengan masalah baru untuknya jika semua keluarga tahu penyebab sakitnya Bagas. "Nduk, kok malah diem lagi? Itu loh Bu Bimo tanya lagi, tinggal dijawab aja," desak ibunya Riris yang juga penasaran."Ehh ...." Riris hanya menggelengk

  • Ditalak Usai Resepsi   Kejadian Tak Terduga Menimpa Bagas

    Setelah dirasa para pelayan itu sudah tidak membicarakan tentang Widia lagi, Riris bergegas keluar dari toilet. Ketika melewati dapur,, para pelayan itu yang tengah duduk mengobrol itu kompak melihat ke arah Riris."Eh, ini calonnya Mas Bagas, ya?" Salah satu dari mereka langsung bertanya ke Riris. Riris hanya tersenyum lalu mengangguk."Namanya siapa, Mbak? Ayu banget juga kalem Mbaknya ini, cocok sama Mas Bagas nantinya.""Nama saya Riris, Mbok," jawab Riris kepada pelayan yang sudah tua berbadan gemuk itu. Mungkin lebih tepatnya adalah tukang masak di rumah itu."Oh, Mbak Riris toh namanya?" sahut simbok tukang masak itu dengan semringah.Tanpa menunggu lama Riris langsung mendekati mereka yang berjumlah sekitar empat orang itu dan menyalami satu-satu."Wah, Mbak Riris selain ayu, ternyata juga ramah dan tidak sombong, mau menyapa dan berkenalan dengan kita," sahut yang lainnya."Terima kasih, Mbok, saya juga manusia biasa seperti kalian jadi tidak ada yang bisa disombongkan. Kala

DMCA.com Protection Status