Beranda / Pernikahan / Ditalak Usai Resepsi / Hari yang Berat untuk Reza

Share

Hari yang Berat untuk Reza

Penulis: Nomela Rosana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-17 21:35:17

Hari ini hari pertama Reza menjalani pekerjaan barunya sebagai security atau satpam di North Apartemen. Setelah sebulan lamanya berjibaku dengan sinar matahari, latihan fisik di lapangan terbuka.

Pukul tujuh pagi Reza sudah tiba di apartemen, keluar dari mobil langsung ke toilet yang ada di basement untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian seragam satpam yang berwarna hitam-hitam itu.

Setelah apel pertukaran shift, Reza diminta oleh Pak Adi-kepala koordinator Keamanan- untuk berjaga di pintu masuk apartemen yang menuju lobby dan bagian receptionist.

'Haduh, kenapa aku disuruh jaga di pintu masuk sih? Bisa berisiko banget nih aku untuk ketemu sama Nelly ataupun tamu lain yang kukenal. Juga para staff yang mau masuk kantor. Ya Tuhan ... berat sekali ujian ini. Aku harus memiliki muka tebal menghadapi mereka.'

Reza terus-menerus menggerutu dalam hati sembari berdiri tegap di samping pintu masuk apartemen. Jantung terus berdebar kencang, wajahnya kaku seperti kanebo kering. Menanti satu-
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ditalak Usai Resepsi   Calon Mertua dan Menantu

    Tiba-tiba seorang wanita berjalan memasuki lobby, membuat Reza yang langsung menangkap sosok itu, seketika terbelalak karena kaget.Reza sudah tidak mungkin lagi untuk berlari menghindar di ruangan yang cukup terbuka dan luas itu. Sosoknya pasti akan tertangkap oleh netra wanita itu. Dan benar saja, wanita yang menenteng paper bag ukuran besar itu sejak memasuki lobby rupanya juga sudah melihat Reza, namun karena usianya yang sudah memasuki senja itu, matanya sudah mulai rabun, sehingga ia belum mengenali betul sosok Reza yang berdiri di kejauhan itu.Sembari berjalan mendekat, kedua alis wanita itu mengernyit, matanya berusaha keras menangkap dengan jelas sosok yang tengah berdiri tegap di sisi meja receptionist itu. Dan ketika jarak mereka hanya tinggal beberapa meter lagi, tiba-tiba wanita itu menjatuhkan paper bag yang dipegangnya. Wajahnya nampak terkejut dan seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya."Re-rezaaa!" pekik wanita itu."Bunda .... " sahut Reza lirih, wajahnya t

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Ditalak Usai Resepsi   Nasi Kotak yang Bikin Terkesan

    Gawat! Kalau Nelly masih di sini bisa-bisa dia akan melihat Reza, setelah dipanggil oleh karyawati reseptionist untuk membantu Riris mengangkut nasi kotak itu.' batin Bu Santi berteriak dan seketika matanya melotot."Eh, Nel! Tante dianter sampai sini aja ya, sebentar lagi taksi online-nya juga akan datang. Mending Kamu cepet-cepet balik aja ke kamar, jam dua nanti mau praktek kan?" bujuk Bu Santi agar Nelly segera kembali ke kamarnya. Dia tidak ingin Nelly melihat Reza yang akan disuruh bagai kacung menurunkan nasi kotak."Oke deh, Tante. Nelly balik ke kamar ya, hati-hati di jalan," sahut Nelly kemudian berlalu begitu saja tanpa salaman, cium tangan atau cipika-cipiki pada Bu Santi. Gadis itu memang cuek sekali, membuat Bu Santi hanya menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat punggung Nelly yang sudah berjalan menjauh darinya.Bu Santi melihat Riris sedang berbicara dengan petugas receptionist. Cepat-cepat dia keluar dari lobby dan menunggu taksi online pesanannya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Ditalak Usai Resepsi   Dijemput Tiba-Tiba

    Tiba-tiba gawai Reza berdering, gegas dirogohnya gawai yang ada di saku baju seragamnya dengan tangan kirinya. Tertera nama 'Nelly Kesayangan' sedang memanggil di layar benda pipihnya itu."Duh, ada apa ya, Nelly meneleponku, bukannya dia seharusnya sedang berangkat kerja?" gumam Reza kemudian melanjutkan mengunyah makanannya.Karena gawai Reza tidak berhenti berdering, akhirnya sambil makan diterima juga telepon dari Nelly."Iya, hallo sayang?" sapa Reza diselingi mengunyah makanannya."Iya, Mas, aku cuma mau bilang, undangan pernikahan kita udah jadi. Tadi aku dikabarin pihak percetakan. Aku minta Mas aja yang ambil ya. Nanti sebagian yang buat teman-teman kerjaku Mas anter aja ke rumah sakit ya. Aku kan pulang malam soalnya," jawab Nelly sambil terus nyerocos."Oke, nanti mas ambil undangannya," jawab Reza lagi."Mas satu lagi, itu yang buat Pak Bagas biar Mas aja loh ya yang kasih undangannya," pinta Nelly sambil berjalan keluar dari lift dan menuju lobby.Reza menghela napas kasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Ditalak Usai Resepsi   Kejutan Spesial dari Bagas

    "Kendedes Salon Day Spa?" Gumam Riris pelan, ketika menyadari tempat itu.Bu Rohman dan Riris saling berpandangan penuh heran. Dalam hati mereka bertanya-tanya, 'apa mau diajak nyalon lagi?'Pak Dul menekan tombol untuk membuka pintu otomatis yang berada di samping Riris dan ibunya. Pintu bergerak perlahan dan akhirnya terbuka sempurna. Namun Riris dan Bu Rohman masih bergeming di tempat mereka duduk."Silahkan Bu Rohman dan Mbak Riris," ucap Pak Dul yang akhirnya sudah keluar terlebih dahulu, tangan kanannya diayunkan ke samping membentuk sudut empat puluh lima derajat sebagai kode mempersilahkan mereka untuk keluar dari mobil.Akhirnya dengan sedikit enggan mereka turun juga dari mobil. Pak Dul mengantar Riris dan ibunya masuk ke dalam Salon. Tiba di dalam, mereka sudah disambut dengan hangat dan ramah oleh beberapa karyawati salon."Selamat datang, Ibu dan Mbak Riris," sapa mereka dengan ramah sekali. Riris dan ibunya hanya tersenyum datar sembari sedikit mengangguk."Mari ikut kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Ditalak Usai Resepsi   Jawaban Riris

    "Nduk, bagaimana? Apakah sudah bisa menjawab lamaran Nak Bagas?" tanya Bu Rohman pelan, tangannya mengusap pelan punggung tangan Riris. Sedangkan Riris masih menunduk sejak Bagas menyampaikan lamarannya. Embun kini telah memenuhi kelopak mata Riris.Riris jadi nampak gugup ketika ibunya memintanya untuk memberikan jawaban. Wanita yang anggun dan bersahaja itu, kini merasa semua mata memandang ke arahnya. Rasa malu membuatnya tidak berani menegakkan kepalanya apalagi menatap orang-orang yang ada di sekelilingnya.Riris masih terdiam, dan semua orang masih dengan sabar menunggu jawaban yang keluar dari bibir Riris yang tipis berbalut lipstik berwarna peach itu. Riris merasa waktu seakan berhenti sesaat, tidak ada suara apapun yang terdengar di ruangan itu, kecuali suara detak jantungnya yang semakin berdebar kencang. Riris merasa detak jantungnya di dengar oleh orang-orang yang ada di dekatnya saat ini. Padahal itu tidak mungkin terdengar kecuali orang itu menempelkan telinganya di dada

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22
  • Ditalak Usai Resepsi   Berbunga-bunga di Hari Pernikahan Mantan

    Mereka berjalan beriringan menuju pelaminan yang terbuat dari panggung yang tidak tinggi itu, hanya setinggi dua anak tangga saja. Panggung pelaminan yang dibalut dengan karpet berwarna merah, latarnya dihiasi oleh aneka macam bunga segar yang didominasi oleh bunga rose berwarna merah dan putih. Tidak ada kursi pengantin di sana. Karena pesta ini hanya pesta kecil yang tidak formal. Suasananya di buat sesantai mungkin. Keluarga dan para tamu bebas bergerak kemana saja, begitu pula dengan pengantinnya yang bebas ke mana saja untuk menyapa tamu-tamunya.Kursi-kursi tamu di susun melingkari meja-meja makan yang berbentuk bulat yang tertutup taplak putih yang menjuntai.Di sudut pendopo terdapat meja prasmanan berbentuk letter L. Sedangkan gubug-gubug kecil yang berisi menu hidangan pelengkap berjejer rapi di kedua sisi meja prasmanan. Para pelayan katering yang berseragam hitam putih nampak sibuk melayani para tamu dan membereskan piring dan gelas kotor yang bekas dipakai oleh para tam

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Ditalak Usai Resepsi   Malam Pertama Reza dan Nelly

    Menjelang Maghrib, pesta kecil perayaan pernikahan Reza dan Nelly telah usai. Semua tamu undangan telah pulang ke rumah masing-masing. Keluarga besar Nelly yang didatangkan khusus dari Jakarta menginap di resort tempat dilangsungkannya pernikahan Nelly dan Reza.Reza memesan tiga pondok-atau biasa di sebut cottage- yang ada di resort yang bernuansa Bali itu. Dua pondok untuk mamanya Nelly dan keluarganya, sedangkan satu pondok khusus untuk pengantin baru. Pondok-pondok di sana tempatnya terpisah-pisah meski masih berada di area lokasi yang sama. Sehingga sang pengantin baru pun tetap memiliki privacy saat menginap di sana, menjalani malam pertama mereka tanpa ada gangguan dari siapapun.Dua pondok untuk keluarga Nelly letaknya di sekitar area kolam renang. Sedangkan pondok khusus untuk Reza dan Nelly posisinya agak menjorok ke laut, sehingga bisa langsung melihat pemandangan laut biru yang membentang luas ketika membuka jendela kamar pengantin ataupun berada di teras pondok.Reza meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Ditalak Usai Resepsi   Hari Pertama yang Penuh Gelora

    Hembusan angin pantai membelai lembut wajah Reza yang masih duduk santai di kursi malas di teras pondoknya. Secangkir kopi hitam tinggal tersisa ampasnya saja. Lelaki yang tengah berbahagia setelah mendapatkan istri pilihannya itu, nampak sibuk berselancar di internet mencari info lowongan pekerjaan.Seorang pelayan resort berjalan mendekat ke arah pondok Reza dengan membawa sebuah nampan yang berisi makanan dan minuman."Selamat pagi, Pak. Ini saya mengantarkan sarapan pagi," sapa pelayan wanita yang mengenakan setelan celana panjang hitam dan atasan bermotif batik itu."Pagi, oh terima kasih, ditaruh di meja sini aja, Mbak," jawab Reza sembari menunjuk meja yang ada di sampingnya.Mbak pelayan itu meletakkan dua piring nasi goreng spesial dengan telur ceplok di atasnya, kemudian satu piring yang berisi empat potong sandwich dan dua gelas lemon tea hangat."Kok dianter ke sini, Mbak, sarapannya? Biasanya kita yang datangin ke ruang makan resort untuk breakfast," tanya Reza penasaran.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25

Bab terbaru

  • Ditalak Usai Resepsi   Bahagia Usai Resepsi

    Tepat pukul delapan, semuanya telah lengkap berada di dalam Masjid Kampus nan Agung dan indah itu Bagas dengan balutan tuxedo berwarna putih tulang itu telah duduk bersila di depan meja persegi panjang yang berkaki pendek. Di depannya telah duduk pak penghulu dan pakleknya Riris--adik dari bapaknya-- yang akan menjadi wali nikahnya.Sang pengantin pria yang diapit oleh Pak Bimo dan Pakde Arya, terlihat sedikit tegang. Mungkin karena ini adalah pengalaman pertamanya untuk memulai hidup yang baru. Sedangkan Riris bersama ibunya dan Bu Bimo juga para keluarga dan tamu undangan wanita, telah duduk di balik hijab. Sehingga untuk prosesi akad nikah, hanya para hadirin pria yang bisa melihatnya secara langsung. Riris dan para hadirin wanita hanya bisa melihat di tayangan video siaran langsung yang ada di layar kaca yang terpasang di bagian depan ruangan berhijab itu.Riris duduk bersimpuh diapit oleh sang ibu dan calon ibu mertua. Di belakangnya para keluarga dan tamu wanita dari desanya Ri

  • Ditalak Usai Resepsi   Terpukau Melihat Sang Pengantin

    "Kalau boleh tau, apa syaratnya, Ris?" tanya Bagas penasaran."Nduk, kok pake syarat toh?" bisik Bu Rohman ke telinga putrinya. Riris kemudian memandang ibunya, lalu tersenyum sembari mengangguk. Sedangkan Bu Rohman justru menunjukkan wajah tegangnya."Syaratnya, pertama ... saya minta akad nikahnya nanti di Masjid Kampus yang ada di Universitas nomor satu di Jogja, karena saya memiliki kenangan yang dalam, saat pertama kali mendatangi masjid itu dan bermunajat di sana. Yang kedua, saya ingin setelah menikah nanti, Mas Bagas harus menerima ibu saya untuk tinggal bersama kita nantinya. Karena ibu sudah tak memiliki siapa-siapa lagi, kecuali putri semata wayangnya," ucap Riris dengan suara bergetar hingga netranya yang berkaca-kaca. Riris dan ibunya kembali saling tatap, di kedua manik mereka telah dipenuhi oleh embun. Bu Rohman merasa terharu dengan permintaan putrinya itu, ternyata meski putrinya mau dinikahi oleh pemuda kaya, Riris masih ingat ibunya, masih amat peduli padanya.Riri

  • Ditalak Usai Resepsi   Lamaran

    Hari yang dinanti telah tiba, selama dua pekan ini Riris dan ibunya sibuk mempersiapkan acara lamaran untuk menyambut kehadiran Bagas dan keluarganya. Dari pagi, Riris telah merias dirinya, berbekal ilmu yang didapatnya dari terapis kecantikan salon ternama yang dipesan oleh Bagas selama dia menginap di apartemen.Riris mengenakan gaun kebaya panjang selutut, berwarna hijau lumut dengan hiasan payet pada bagian bawah pinggang serta di ujung tangannya, menambah kesan mewah dan anggun. Gaun itu telah dipesan oleh Bagas dan dikirimkan pak Dul dua hari sebelumnya. Untuk bawahannya, Riris mengenakan kain jarik berbordir emas yang diwiru dengan rapih menambah kesan elegan. Rumah Riris juga telah dipasang tenda untuk para tamu undangan, dan bagian dalamnya di dekor sedemikian rupa sehingga nampak indah dengan aneka bunga di setiap sudut rumah. Back drop yang terlihat indah dan mewah terpasang di salah satu sisi dinding dalam ruang tamu untuk momen lamaran dan pengambilan foto.Dari semua o

  • Ditalak Usai Resepsi   Pulang ke Solo

    Tak terasa sudah sepekan Riris dan Bu Rohman menginap di apartemen milik keluarga Bagas. Selama itu pula mereka setiap hari didatangi terapis kecantikan langganan yang dari awal men-treatment Riris.Gadis yang dulunya berwajah manis dan terlihat sederhana itu, kini telah berubah wajahnya semakin cantik cemerlang, meski perawatannya tidak dengan cara yang ekstrim seperti operasi plastik dan sebagainya. Perawatannya hanya membuat kulit dan wajah Riris terlihat semakin glowing. Selain itu, Riris juga belajar cara merias wajah supaya bisa tampil cantik dan lebih percaya diri. Riasan yang mampu menutupi kekurangan di wajah dan bisa menonjolkan kelebihan, sehingga terlihat semakin cantik bersinar. Apalagi Riris juga memiliki kecantikan yang terpancar dari dalam, dari hati yang bersih dan tulus apa adanya."Ris, makin hari Kamu semakin cantik, maasyaa Allah," puji Bagas di suatu sore saat mereka tengah duduk di taman tepi kolam renang yang ada di rooftop apartemen. Angin bertiup agak kencan

  • Ditalak Usai Resepsi   Di Rumah Reza

    Setelah dirawat di rumah sakit selama dua pekan, akhirnya Bu Santi sudah diperbolehkan untuk pulang. Walaupun kondisinya belum banyak perkembangan, separuh badannya sebelah kanan lemah, namun bisa dilakukan perawatan di rumah. Asalkan minum obat dari dokter secara rutin, makan makanan yang sehat dan rendah lemak, rajin melakukan terapi dan olah raga ringan.Sumi telah diberi pengarahan oleh Bulik Tutik, bagaimana cara merawat Bu Santi dengan baik. Di pagi dan sore hari Sumi memandikan majikan perempuannya itu dengan mengelap seluruh badan dengan handuk yang dibasahi dengan air hangat dan dicampur dengan sabun mandi yang lembut. Sumi melakukannya dengan penuh hati-hati agar tidak menyakiti tubuh Bu Santi. Setelah mandi, Sumi mengajak wanita paruh baya itu jalan-jalan di halaman rumah yang luas itu dengan kursi roda. Sekedar untuk menghirup udara segar dan mengusir kejenuhan Bu Santi.Sumi juga bertugas menggantikan pampers jika sudah penuh dengan air seni dan ketika Bu Santi buang air

  • Ditalak Usai Resepsi   Bagas Buka Suara

    Tepat jam sembilan malam, Riris dan Bu Rohman tiba di apartemen. Pak Dul yang diserahi kartu untuk akses agar bisa masuk ke unit delapan kosong delapan, ikut mengantarkan Riris dan ibunya masuk sampai dalam unit."Mbak Riris, ini kartunya dipegang sama Mbak saja, pesan dari Pak Bagas. Agar Mbak bisa bebas keluar masuk apartemen ini." Pak Dul menyerahkan kartu itu pada Riris."Baik, Pak Dul, terima kasih," jawab Riris sembari tersenyum dan menerima benda tipis persegi itu dari tangan Pak Dul."Baiklah, Mbak Riris dan Bu Rohman, saya pamit dulu. Selamat istirahat. Nanti kalau mau ada perlu untuk anter-anter, bisa telepon saya."Pak Dul sedikit membungkukkan badannya lalu bergegas ke luar dari unit apartemen setelah Riris mengucapkan terima kasih padanya.Riris segera menutup pintu. Lalu keduanya memasuki kamar di mana sudah ada lemari yang berisi pakaian yang dibelikan Bagas tadi pagi. Bu Rohman sempat menyusunnya ke dalam lemari sebelum mereka mengunjungi rumah Pakde Arya."Nduk, maasy

  • Ditalak Usai Resepsi   Widia Gigit Jari

    "Loh, Wid ... Kamu nyusul ke sini?" tanya Bude Arya ketika melihat putri angkatnya sudah berada di ruang tunggu depan IGD. Wajah gadis itu terlihat cemas dan pucat."Iya, Bu ... saya khawatir sekali dengan Mas Bagas. Ingin tau keadaannya sekarang." Mendengar itu Riris semakin cemas, takut kehadiran Widia membuat jantung calon suaminya itu kembali tak stabil."Kami juga belum bisa masuk, jadi belum tau gimana kondisinya. Di dalem ada Bulik dan Paklik Bimo. Tadi sih kata Riris, Masmu sudah membaik keadaannya," sahut Bude Arya lagi.""Sini duduk sini, Wid ... samping ibu!" ajak ibu angkat Widia. Gadis yang sedari tadi masih berdiri itu, menurut dan mendekati kursi kosong di sebelah Bude Arya.Tak lama, pintu ruang IGD terbuka. Kedua orang tua Bagas muncul dari arah dalam.Bude Arya, Suaminya dan Widia segera bangkit dari duduknya dan mendekati orang tua Bagas."Gimana kondisi Bagas, Dek?" tanya Bude Arya. "Alhamdulillah sudah membaik, malah dia bilang sudah sembuh dan pingin dipercepat p

  • Ditalak Usai Resepsi   Rayuan di Kala Sakit

    "Nduk, kok ditanya sama Bu Bimo diem aja? Bu Bimo nungguin jawabanmu, loh!" tegur Bu Rohman pada putrinya yang terlihat diam melamun itu. Padahal sebetulnya Riris sedang berpikir mau menjawab apa."Eh, i-itu ... Bu, Riris sendiri tidak tau kenapa saat Riris lihat di kejauhan Mas Bagas tampak kesakitan, jadi Riris segera berlari menuju Mas Bagas," jawab wanita berwajah manis itu dengan gelagapan."Apa saat itu putraku sedang sendirian, atau bersama seseorang?" selidik Bu Bimo yang sudah seperti petugas kepolisian lagi menginterogasi orang.Riris merasa bingung, haruskah dia menjawab dengan jujur tentang keberadaan Widia saat itu? Apakah hal itu baik untuk gadis itu, dia sebenarnya kasihan dengan Widia. Hatinya tengah patah dan terluka, haruskah ditambah lagi dengan masalah baru untuknya jika semua keluarga tahu penyebab sakitnya Bagas. "Nduk, kok malah diem lagi? Itu loh Bu Bimo tanya lagi, tinggal dijawab aja," desak ibunya Riris yang juga penasaran."Ehh ...." Riris hanya menggelengk

  • Ditalak Usai Resepsi   Kejadian Tak Terduga Menimpa Bagas

    Setelah dirasa para pelayan itu sudah tidak membicarakan tentang Widia lagi, Riris bergegas keluar dari toilet. Ketika melewati dapur,, para pelayan itu yang tengah duduk mengobrol itu kompak melihat ke arah Riris."Eh, ini calonnya Mas Bagas, ya?" Salah satu dari mereka langsung bertanya ke Riris. Riris hanya tersenyum lalu mengangguk."Namanya siapa, Mbak? Ayu banget juga kalem Mbaknya ini, cocok sama Mas Bagas nantinya.""Nama saya Riris, Mbok," jawab Riris kepada pelayan yang sudah tua berbadan gemuk itu. Mungkin lebih tepatnya adalah tukang masak di rumah itu."Oh, Mbak Riris toh namanya?" sahut simbok tukang masak itu dengan semringah.Tanpa menunggu lama Riris langsung mendekati mereka yang berjumlah sekitar empat orang itu dan menyalami satu-satu."Wah, Mbak Riris selain ayu, ternyata juga ramah dan tidak sombong, mau menyapa dan berkenalan dengan kita," sahut yang lainnya."Terima kasih, Mbok, saya juga manusia biasa seperti kalian jadi tidak ada yang bisa disombongkan. Kala

DMCA.com Protection Status