Bab 32 Sembari terus mengendarai motornya Yudha terus berpikir. Memang sangat tidak adil jika membandingkan Zakia dengan Nilam. Namun bagi laki-laki itu, sosok Zakia jelas lebih baik daripada istri keduanya. Nilam memang kaya, cantik, seorang wanita karir, persis seperti keinginan ibunya. Tapi wanita itu tidak memiliki empati sama sekali. Buktinya di saat ia sedang kesusahan seperti ini, alih-alih memberi support, malah memaksanya untuk hidup hemat, bahkan Nilam justru merebut uang pesangon yang harusnya ia berikan kepada ibu dan kakak perempuannya. Dalam pemikiran Yudha, Nilam tidak perlu mendapat bagian dari uang pasangan itu, karena wanita itu sudah bekerja. Tanpa uang pasangan itu pun, Nilam akan tetap hidup, berbeda dengan ibunya yang sangat bergantung dengan gajinya selama ini. Yudha pun tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi ibunya, seandainya tahu bahwa ia dipecat dari pekerjaan. Pasti ibunya akan sangat panik, karena tak ada lagi asupan dana yang mengalir kepadanya set
Bab 33Malam semakin merambat. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 malam. Usai menelpon Yudha, Zakia kembali memasukkan ponsel jadul itu ke dalam tas. Dia tidak merasa risih melihat tatapan lelaki paruh baya di hadapannya yang nampak memperlihatkan ekspresi terkejut saat melihat ponsel yang ia gunakan untuk menelepon mantan suaminya itu.Ya, Zakia harus mengakui, itu memang barang murahan. Bagi seorang Dahlan Janitra Faqih SH, barang seperti itu lebih pantas dimasukkan ke dalam tong sampah."Kamu yakin mau menemui lelaki itu seorang diri, Zakia?" tawar lelaki paruh baya yang duduk di hadapannya ini. Tampaknya Dahlan mencoba bernegosiasi karena ia pasti teringat pesan Arkan yang meminta untuk mengurus perceraian Zakia dengan Yudha."Yakin, Om. Saya akan mencoba mengurusnya sendiri," tegas Zakia. Kali ini dia sangat bersungguh-sungguh, karena tak mau merepotkan Arkan lagi."Maaf, Om rasa dia bukan lelaki yang bisa dengan mudah diajak kompromi. Bagaimana kalau Om ikut dengan kamu untuk
Bab 34Duarrr!Ucapan Zakia seperti sebuah petir di siang hari. Yudha terperangah. Bahkan lelaki itu terlonjak dari tempat duduknya. Yudha menatap kembali wajah istri pertamanya, mencoba mencari kesungguhan dari raut wajah itu. Nyatanya tidak terlihat sedikitpun hal yang menunjukkan bahwa wanita itu tengah bercanda."Apa? Cerai resmi? Kamu serius?" tanya Yudha seraya memegang dadanya.Rasanya sesak sekali. Tadinya dia berharap Zakia meminta rujuk kepadanya. Seandainya itu terjadi, dia akan menerimanya dengan senang hati. Apalagi kondisinya saat ini sedang terpuruk. Dia kehilangan pekerjaan dan Nilam yang mulai memasang sikap berbeda. "Iya, Mas. Aku ingin statusku menjadi jelas. Aku harap Mas bisa kooperatif untuk menyerahkan semuanya kepadaku. Aku tahu Mas pasti tidak punya waktu untuk mengurusnya karena sibuk bekerja. Tak apa. Aku yang akan mengurusnya, biar kita sama-sama enak. Mas terima beres aja. Setelah ini, mungkin Mas bisa menikah lagi," ujar Zakia tegas. Dia tidak peduli den
Bab 35"Tapi Ma, aku tidak ingin bercerai dengan Zakia secara resmi. Yang ada nanti dia akan menikah lagi dan aku tidak mau itu terjadi. Jikalau Zakia lepas dariku, maka selamanya tidak akan ada laki-laki lain yang bisa menikahinya!" Lelaki itu menggeram. Alih-alih memihak kepadanya, Marina justru mendukung niat Zakia untuk bercerai darinya secara resmi."Untuk apa itu kamu lakukan, hah? Jangan bilang kepada Mama jika kamu masih mencintai Zakia, begitu?! Kamu ingin, kan agar Zakia bisa rujuk lagi sama kamu?!" teriak Marina. Meskipun putranya berkali-kali menepis tangannya, tetapi akhirnya Marina mendapatkan apa yang ia inginkan, yaitu buku nikah Yudha dan Zakia serta kelengkapan lainnya. Marina memasukkan semuanya ke dalam satu map yang juga ia temukan di dalam lemari itu, kemudian segera melenggang keluar."Ini yang kamu cari Zakia. Setelah ini, aku harap kamu tidak perlu lagi menginjakkan kakimu di rumah ini, karena aku tidak sudi rumahku diinjak oleh wanita rendahan sepertimu!" M
Bab 36Arkan seorang lelaki normal, tentu saja dia bisa mengerti sikap yang ditunjukkan oleh Diandra. Hal itu pula yang membuatnya merasa jenuh dan tak nyaman jika Diandra masih terus menjadi baby sister putranya. Namun untuk mengusir Diandra dari rumah ini bukan hal yang mudah. Dia harus menunggang rasa terhadap wanita itu, karena bagaimanapun Diandra berteman dengan mendiang istrinya.Arkan sudah pernah mencoba untuk membuat Diandra keluar dari rumah ini dengan alasan jika Ammar sudah menemukan ibu susu yang cocok. Arkan juga mengingatkan Diandra dengan karir modellingnya. Sayangnya wanita itu tetap kukuh menolak dengan alasan bahwa ia sangat menyayangi Ammar.Arkan menghela nafas berat. Andai tahu begini, tentunya dari awal ia akan menolak Ammar diurus oleh Diandra. Memang, Diandra bisa mengurus Ammar dengan baik, tetapi jika setiap malam matanya harus selalu ternoda oleh pemandangan yang menggiurkan, rasanya Arkan tidak kuat.Memang tak adil jika membandingkan Zakia dengan Diandra
Bab 37"Kamu ini ya Yudha, merepotkan Mama saja!" Ngapain sih harus pergi ke rumahmu segala? Sudah tahu kalau sekarang Nilam itu sedang kerja, masa iya mau pulang ke sana? Memangnya mau ketemu sama siapa?" Marina tidak henti-hentinya mengomel sembari membersihkan luka-luka lecet di tumit dan siku putranya. Beruntung tidak ada insiden tabrakan, jadi Yudha hanya mendapat luka-luka lecet saja.Sesekali Yudha meringis. Meskipun hanya luka lecet, tetapi rasanya lumayan perih juga. Apalagi mulut Marina tidak henti-hentinya menumpahkan kata-kata yang sangat tidak enak untuk didengar.Yudha mengeluh dalam hati. Maksud hati ingin menghindari ibunya, tapi ternyata harus berakhir begini. Ibunya benar. Tidak ada seorangpun yang bisa ia temui di rumahnya. Nilam sedang bekerja, tetapi sekali lagi, setidaknya selama setengah hari, dia punya waktu untuk menyendiri.Baik ibunya maupun Nilam hanya merecokinya saja.Dia tak mau di tekan. Yudha masih harus mengumpulkan semangat untuk mencari pekerjaan ba
Bab 38"Memangnya ada lelaki yang mau memakai Zakia, sementara dulu saat aku ceraikan, ia belum selesai masa nifas. Mama ini ada-ada saja. Kalau mau ngomong itu dipikir dulu," cetus Yudha gusar."Iya, iya." Marina cemberut. "Kalau nggak jual diri, paling jual anak.""Mama tambah ngawur saja. Mana mungkin Zakia tega menjual Naya. Dia bilang sendiri kok, jika Naya dalam keadaan baik-baik saja," bantah Yudha."Bisa aja kali, Yudha. Lagian kedatangannya tadi malam hanya sendiri, tidak bersama dengan bayi itu. Siapa tahu saja dia memang jual bayi itu, lalu uangnya buat kesenangan dirinya sendiri. Kamu pikir aja sendiri. Saat kamu ceraikan, Zakia sama sekali tidak pegang uang. Dia tidak akan punya uang untuk merawat bayinya. Dia pasti menjualnya kepada orang kaya yang mau mengadopsi bayi itu," ujar Marina dengan asumsinya sendiri.Lagi-lagi Yudha menggeleng. "Nggak mungkin, Ma. Aku yakin Zakia pasti sudah menjadi orang yang sukses. Dia sudah kaya. Justru karena itu dia menolak rujuk dengank
Bab 39Dia memang tidak merasa risih dengan tetapan Dahlan saat ia berada di kantor pengacara itu tadi malam. Namun setelah mendapatkan apa yang ia inginkan di rumah sang mantan suami, Zakia berpikir, ia merasa perlu mengganti ponselnya dan kartu perdananya sekalian. Permintaan Yudha untuk rujuk jelas mengganggunya. Dia tidak mungkin membiarkan Yudha mengetahui semua hal yang berkaitan pada dirinya sekarang. Dia tidak mau lagi berurusan dengan Yudha. Sudah cukup semuanya. Zakia pun sudah memberikan berkas-berkas itu kepada Arkan. Mungkin tidak akan lama lagi surat cerai itu akan ia terima, sekaligus mendarat ke alamat YudhaZakia masih menggenggam ponselnya. Meski bukan ponsel dengan logo apel digigit, tetapi ini adalah ponsel keluaran terbaru dan bukan berasal dari hadiah pemberian Arkan. Zakia membelinya dari hasil menabung uang saku yang diberikan oleh Arkan. Uang saku yang pada awalnya juga ia tolak. Namun Arkan tetap memaksa dengan membuatkan sebuah rekening untuknya. Arkan men
Ekstra Part 6 (Penutup)Kenapa penyesalan selalu datang terlambat?!Ingin rasanya ia menangis, tetapi tak bisa. Dia seorang laki-laki, pantang baginya untuk menangis. Dia harus tegar menghadapi kenyataan ini. Dialah yang membuat Citra akhirnya menggugat cerai dirinya. Dia yang tidak bisa menerima anak itu. Dia tidak bisa menerima kehamilan Citra, padahal Citra tidak salah. Yang salah disini adalah Kevin yang sudah berbuat curang. Sepanjang pernikahannya dengan wanita itu, dia sudah menyakitinya, bukan membuatnya bahagia. Apalagi ibu dan kakak perempuannya yang selalu saja menindas, menuntutnya macam-macam. Citra sama sekali tidak menemukan ketenangan hidup saat menikah dengannya.Dia pula yang membiarkan kedekatan Citra dengan dokter Budi, direktur rumah sakit ini. Kedekatan yang terjalin karena ia memang tak pernah mendampingi Citra kontrol kehamilan dan kemungkinan faktor itu yang membuat dokter Budi simpati kepada Citra. Sekarang hasilnya apa?!Kedekatan yang membuat Yudha akan sa
Ekstra Part 5"Bagaimana, Mbak Citra? Sudah siap?" tanya Dokter Budi. Lelaki itu mendekat saat Melda sudah menyadari kehadirannya.Melda buru-buru menyingkir dari tempat itu lantaran merasa malu karena sudah ketahuan membicarakan orang lain di hadapan yang bersangkutan."Antara siap dan tidak siap sih, Dok." Citra meringis."Sebenarnya saya deg-degan, karena ini pengalaman pertama saya. Tolong dimaklumi ya, Dok.""Tidak apa-apa. Tidak akan terjadi apa-apa. Kami semua sudah mempersiapkan dengan baik. Jangan khawatir Mbak Citra." Tangan lelaki itu terulur, mengusap kepala sang pasien kesayangannya.Lelaki itu merasa bersyukur, kini dia sudah selangkah lebih maju. Hakim sudah ketok palu dan Citra sudah resmi bercerai dari suaminya, walaupun mungkin masa iddahnya baru berakhir setelah wanita ini melahirkan. Ya, hanya sebentar lagi. Sebentar lagi ia bisa menyatakan perasaannya kepada wanita ini. Wanita cantik dan mandiri, sangat pas dengan kriteria wanita idamannya. Dia membutuhkan seoran
Ekstra Part 4Niat hati ingin segera meloloskan diri demi menyusul Citra yang sudah lebih dulu masuk ke dalam gedung rumah sakit ini, tapi ternyata Kevin malah dihadang oleh beberapa orang lelaki berseragam petugas medis. Mereka mencekal Kevin dan memaksanya berjalan menuju pintu pagar. Mereka baru melepaskan Kevin setelah lelaki itu berada di luar batas area rumah sakit ini."Sial! Sial!" Lelaki itu mengumpat dalam hati melihat Yudha dan rekannya sudah menghadangnya di depan pintu pagar, sehingga dia tidak bisa lagi menerobos masuk."Pergilah, Kevin. Jangan membuat kekacauan di sini," ujar Yudha dingin. Dia berusaha mengabaikan sejenak kegalauan yang bersarang di hatinya."Aku tidak akan pergi sebelum kalian memberi jalan padaku untuk masuk ke rumah sakit ini. Aku yang lebih berhak mendampingi Citra melahirkan, karena anak itu adalah anakku!" ucap Kevin pongah dengan nada menindas. Tangannya bersedekap di dada. Lelaki itu mendongakkan wajah menatap Yudha yang tak kalah beringas."Keh
Ekstra part 3Pengalaman melahirkan sungguh mendebarkan bagi Citra. Dari sejak bangun tidur, mandi, kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan persalinannya di rumah sakit nanti, lalu sarapan bersama dengan bik Sum dan Melda.Hanya dua orang itu yang menemaninya pergi ke rumah sakit. Tetapi tidak masalah. Citra bersyukur dia memiliki dua orang yang sangat baik dan mau menemaninya dengan tulus.Setelah memastikan keadaan rumah aman dan pintu terkunci rapat, ketiga wanita itu segera masuk ke dalam mobil. Melda yang kebagian menyetir menjalankan mobilnya dengan kecepatan rendah. Hari ini adalah jadwal operasi caesar untuk Citra. Citra memilih melahirkan secara caesar untuk menghindari komplikasi. Usianya yang sudah 40 tahun cukup beresiko jika memaksakan melahirkan secara normal, lagi pula Citra bukan orang yang sanggup menahan rasa sakit.Sekali lagi cara melahirkan itu adalah pilihan. Bukan soal melahirkan secara normal atau operasi, tetapi kembali kepada kesanggupan tiap ca
Ekstra part 2"Jangan memikirkan soal sewa, Ri, karena aku yang akan menyewakannya untukmu," sahut Leo berbohong. Padahal sebenarnya apartemen ini adalah apartemen pribadi milik Leo sendiri. Dia tidak menyewanya. Apartemen yang sudah lama tidak pernah ia tinggali, karena Leo memilih untuk tinggal di apartemen sederhana yang sesuai dengan perannya sebagai pengawal pribadi seorang nyonya muda."Tapi..." Riri masih ingin memprotes."Sudahlah, Ri," tukas Leo seraya masuk ke dalam apartemen ini, sembari membawakan barang-barang milik Riri. "Masuklah, jangan cuma berdiri di depan pintu seperti itu. Kamu nggak usah takut padaku."Antara percaya atau tidak, tapi yang jelas hatinya benar-benar gamang. Akhirnya Riri melangkah masuk ke dalam. Apartemen ini benar-benar mewah, dengan ukuran yang cukup luas untuk ia tinggali sendirian. Dia baru berada di area ruang tamu, tapi sudah merasakan aura yang berbeda. Di ruang tamu ada satu set sofa dengan meja kaca di tengah-tengah. Lampu kristal yang me
Ekstra Part 1Riri masih menimang amplop berwarna coklat tua di tangannya. Amplop yang diberikan oleh Zakia beberapa jam yang lalu sebelum wanita itu pergi dari rumah ini. Tidak terlalu berat, tetapi Riri yakin, uang yang berada di dalam amplop itu nominalnya cukup besar untuk ukuran dirinya yang hanya orang kecil. Dia belum membukanya, apalagi menghitungnya. Dia masih saja terbawa oleh perasaan.Berat sekali. Rasanya ia ingin menangis saat Zakia memutuskan untuk memberhentikan dirinya sebagai pengasuh Naya. Bukan soal kehilangan pekerjaan, tapi lebih karena perpisahan dengan anak asuhnya. Masih terbayang-bayang semua tingkah anak asuhnya, Aretha Nayyara Az-Zahra yang aktif dan ceria. Balita cantik dan menggemaskan, buah perkawinan nyonya mudanya dengan suami pertamanya.Dia sangat menyayangi anak itu, karena ia pun mengalami hal serupa. Ayah dan ibunya bercerai saat ia masih kecil. Bedanya, Riri memiliki seorang kakak laki-laki yang kemudian bisa menggantikan sosok ayahnya yang pergi
Bab 232"Istrimu benar. setidaknya kamu sudah menjalankan kewajiban dan amanah dari dua wanita itu dan kamu sudah menjadi anak dan cucu yang berbakti," ujar Iqbal menghibur seraya menatap wajah menantunya dalam-dalam."Seandainya mereka masih ada, ibu dan nenekmu pasti juga akan berpikiran sama dengan Papa jika melihat kondisimu memprihatinkan seperti ini. Mereka pasti akan memilih keselamatanmu, ketimbang harta yang tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan nyawamu," ucap Iqbal lagiMendapatkan bujukan bertubi-tubi dari istri dan kedua mertuanya membuat Arkan terdiam. Usul dari Zakia terasa masuk akal. Namun entah kenapa, dia merasa masih berat. Dia menginginkan semua harta peninggalan milik orang yang dicintainya tetap utuh. Dia sangat ingin menjaganya. Dia tahu sekali, jika ia menyerahkan semua itu kepada anggota keluarga Hadiningrat, maka tidak akan lama, semua itu pasti akan lenyap. Keluarga besar Hadiningrat hanya akan tinggal nama. Padahal di masa lalu, keluarga itu sungg
Bab 231Mendapatkan protes dari anak-anak merupakan sesuatu yang paling membuat hati Zakia pedih. Anak-anak benar. Sejak Zakia dan Arkan sibuk mengurus perusahaan masing-masing, perhatian mereka terhadap anak-anak menjadi sangat terbatas.Sejauh ini semua berjalan sebagaimana mestinya. Dengan dibantu tiga baby sister, Zakia tetap bisa mengurus anak-anaknya dengan baik. Hanya saja, perhatian secara khusus tentunya tidak bisa Zakia lakukan setiap waktu.Entah bagaimana hari-hari ke depan, lantaran Arkan yang harus dirawat di rumah sakit, bahkan saat ini belum juga sadar. Remuk redam rasanya hati Zakia membayangkan kemungkinan terburuk. Dia tidak siap untuk kehilangan suaminya, ayah dari anak-anaknya. Pernikahannya dengan Arkan bisa terjadi dengan melewati banyak hal yang tidak mudah mereka lalui. Mereka bisa sampai ke titik ini dengan perjuangan yang keras. Mereka bahkan harus menikah ulang karena Zakia sudah menemukan orang tua kandungnya, yang berarti pernikahan mereka sebelumnya rus
Bab 230"Apa? Leo?!" Sepasang alis Zakia seketika terangkat."Emangnya kenapa, Nak? Ada apa dengan Leo?" tanya Hanna yang sedikit kaget dengan perubahan di wajah putrinya."Mama tau nggak, gara-gara Leo yang mengantarku pulang ke rumah, Mas Arkan sampai terluka parah begini," adu Zakia. Namun Hanna hanya manggut-manggut."Sayang, Leo itu nggak salah. Tugas Leo itu memang untuk menjaga kamu dan dia digaji oleh papa kamu, jadi dia tidak bekerja untuk Arkan," jelas Hanna. Sebenarnya itu tidak perlu di jelaskan, karena Zakia sudah tahu soal posisi Leo."Nggak gitu juga kali, Ma," bantah Zakia seraya mendengus. Dia merasa sangat kesal."Sesuai dengan tugasnya, Leo itu pastinya memprioritaskan keselamatan kamu, meski di sisi lain dia pun peduli dengan suamimu. Buktinya dia balik lagi ke restoran itu, kan? Meskipun kedatangannya sudah terlambat," ujar Hanna. Dia tahu putrinya kesal, tapi Zakia harus menyadari tugas dan kewajiban Leo. Hendrik dan lainnya memang digaji oleh Arkan, tetapi khus