Bab 213"Kamu bisa melakukan tes DNA setelah bayi ini lahir dan aku pastikan dia 100% identik. Dengan senang hati aku akan mengakui anak itu sebagai anakku. Aku pemilik janin di dalam perutmu. Dia milikku, Citra!" Lelaki itu tertawa puas."Tidak. Dia bukan milikmu." Wanita itu berhenti memukuli perutnya lantaran ia merasakan perutnya sakit. Percuma saja. Seperti biasanya, kedatangan Kevin hanya untuk menjatuhkan mentalnya saja. Ucapannya sama sekali tidak bisa di percaya.Mana mungkin anak itu anak Kevin? Pasti ia hanya ingin memanfaatkan momen kehamilannya ini sebagai alasan untuk kembali kepadanya, apalagi sekarang ia sedang bermasalah dengan Yudha. Sebagai mantan istri, Citra kenal Kevin luar dalam.Lelaki itu punya seribu satu cara untuk membuatnya takluk. Namun, kali ini ia takkan terpengaruh.Susah payah Citra bangkit. Berdiri dan perlahan mulai menjauh dari Kevin. Dia masih memegang laptopnya. Tujuannya jelas. Dia ingin kembali ke meja kerja. Di sana ada tas tempat ia biasa men
Bab 214Akhirnya ia sampai ke rumah. Setelah turun dan mengunci pintu mobil, Citra berjalan menuju teras. Asisten rumah tangganya sudah menyambut. Bik Sum, perempuan paruh baya yang hidup sebatang kara itu sengaja ia minta sebagai ART yang menginap.Citra butuh ditemani. Bik Sum juga lah yang dulu merawatnya saat ia harus istirahat total di tempat tidur setelah pulang dari rumah sakit tempo hari. Perempuan itu sangat telaten dan juga tulus. Citra menemukan sosok mandiang ibunya di dalam diri asisten rumah tangganya itu sehingga ia tidak pernah menganggap bik Sum sebagai asisten rumah tangganya, tetapi sebagai ibu angkatnya.Sedikit demi sedikit, Citra mulai menceritakan kisah hidupnya kepada wanita itu. Dia yang masih memiliki keluarga, tetapi hidup sebatang kara. Mungkin lebih beruntung bik Sum. Hidup sebatang kara karena memang benar-benar tidak memiliki keluarga lain. Itu belum lagi termasuk keputusan terbodohnya yang memilih Kevin sebagai suami yang sampai saat ini sosoknya selalu
Bab 215Zakia hanya bisa terduduk pasrah saat pintu ruang IGD ditutup. Hanya ada satu orang yang boleh menyertai pasien dan dia adalah Arkan, suaminya.Human eror memang bisa saja terjadi, namanya juga manusia. Namun dampaknya bisa separah itu kepada putrinya. Entah berapa ml cairan susu yang biasa diminum oleh Naya masuk ke perut Rara sampai akhirnya kondisinya seperti itu.Dasar baby sister ceroboh!Rara memang tidak seperti Naya. Jika saat menyusui Naya, ASI Zakia sempat berminggu-minggu tidak lancar keluarnya karena kurang makanan dan juga tekanan batin, berbeda dengan Rara. ASI nya langsung mengalir setelah dia melahirkan, tepatnya saat ia baru pulang dari rumah sakit. Suaminya yang sudah mengantisipasi segala keadaan melakukan segala cara agar ASI nya lancar keluarnya, karena Arkan ingin memastikan bahwa putrinya hanya mengkonsumsi ASI. Pengalaman pahit Arkan saat merawat Ammar membuatnya berpikir tentang kemungkinan anak keduanya ini juga mengalami kasus yang sama seperti putr
Bab 216"Aku sudah tidak sanggup lagi, Bik. Tak kuat rasanya mengalami tekanan batin seperti ini. Aku ingin bebas....""Jika boleh, lebih baik aku hidup sederhana tapi bebas dari gangguan Kevin dan Mas Yudha. Aku ingin menjalani hidup dengan anakku saja, juga dengan Bik Sum...." "Istighfar, Nak. Jaga omonganmu. Omongan itu berarti doa," sergah bik Sum mengingatkan. Dia kembali mengusap-usap pundak Citra dengan lembut, seolah sedang mentransfer energi untuk wanita yang sebenarnya rapuh ini. Wanita tua ini merasakan benar apa yang sedang dialami oleh majikannya ini. Selama hidupnya, Citra belum pernah merasakan kebahagiaan dalam arti yang sebenarnya. Hanya sekejap merasakan bahagia, tapi setelah itu kembali berkalang luka. Dua kali menikah, tetapi selalu salah pilih suami. Di pikir-pikir, apa kurangnya Citra?Cantik, pintar, mandiri dan segala kelebihan lain.Kehamilan Citra juga tak salah. Dia tak selingkuh. Dia hanya korban. Namun sedemikian tak terimanya sang suami atas kehamilann
Bab 217Sebenarnya yang menjadi penyandang dana itu adalah suaminya, Cakra. Sarah hanya menjalankan. Ide ini pun berasal dari Cakra yang sangat menginginkan mengambil hati sang putri yang sampai saat ini masih saja memanggilnya dengan sebutan Om. Bukan cuma itu, Nindy pun masih saja bersikap dingin kepada Cakra, bahkan kepadanya. Bukan hal yang mudah ternyata untuk mengobati luka hati seorang anak yang lahir dari benih yang tak di inginkan.Nindy masih belum bisa menerima Cakra sebagai ayah kandungnya. Di matanya, Cakra adalah suaminya dan ayah kandungnya adalah Erlangga, meskipun pada kenyataannya Erlangga tak pernah mengakuinya sebagai anak selama kurun waktu 20 tahun mereka tinggal bersama.Ya jelaslah Erlangga tak mau mengakui, karena pria itu tahu persis bahwa Nidya hamil duluan sebelum dinikahi oleh Erlangga."Saya benar-benar salut karena Mbak Citra bisa membangun salon yang ramah anak," ujar Sarah."Ide itu sebenarnya berasal dari sahabat saya, Zakia. Perawatan di salon itu
Bab 218"Sarah itu sahabat lama Mama, bahkan kami pernah satu SMA, jadi sudah sangat akrab," cerita Hanna menjawab pertanyaan Zakia soal Sarah."Tapi kok aku nggak tahu ya, Mama temenan sama Tante Sarah?" Zakia yang masih penasaran melupakan satu hal, bahwa dia terpisah selama lebih dari 20 tahun dari ayah dan ibunya. Jelas saja Zakia tidak tahu jika Hanna berteman baik dengan Sarah."Kami baru bertemu lagi beberapa bulan yang lalu. Sarah itu nggak punya anak dari pernikahannya dengan Cakra, Sayang. Dia mandul," sahut Hanna."Tapi kalau Tante Sarah nggak punya anak, kenapa tiba-tiba tadi dia menyebut Nindy sebagai anak ya? Bukankah jelas-jelas kita tahu, Nindy itu anak Tante Nidya sama Om Erlangga? Kenapa tiba-tiba Tante Sarah jadi ngakuin dia sebagai putrinya, padahal Nindy itu jelas-jelas adik madunya? Kami sendiri kok yang menyaksikan pernikahan mereka," gugat Zakia. Ini benar-benar ganjil."Nindy itu memang putrinya Sarah, lebih tepatnya putri sambungnya," jawab Hanna yang membuat
Bab 219Hari sudah menjelang petang. Akhirnya Zakia bisa menarik nafas lega, karena pekerjaannya sudah selesai. Rapat dengan jajaran direksi sudah bubar. Semua orang kembali ke tempatnya masing-masing. Zakia keluar dari ruangan dan langsung disambut oleh anak-anaknya beserta dengan baby sisternya masing-masing, sementara Hanna memilih pulang bersama Iqbal sejak satu jam yang lalu. Rapat ini memang hanya dipimpin oleh Zakia beserta Kanaya dan Rinjani. Sebenarnya yang lebih berperan itu adalah Kanaya. Namun wanita itu tidak kekurangan akal. Zakia berhasil membuat rapat itu berjalan dengan lancar.Setelah pamit dengan Kanaya, Zakia diiringi oleh ketiga anak dan tiga baby sisternya langsung menuju mobil untuk pulang. Untung saja mobil itu cukup besar sehingga muat dinaiki oleh delapan orang sekaligus termasuk sopir dan Rara yang tak bisa lepas dari gendongan Zakia.Mobil meluncur dengan tenang dengan kecepatan sedang. Zakia menarik nafas. Momen seperti inilah yang ia nantikan setiap hari
Bab 220Zakia memilih menghabiskan waktu antara magrib dan isya untuk menyusui Rara yang memang tak bisa lepas darinya sejak ia memasuki ruangan ini. Bayi itu seolah ingin menumpahkan rasa rindunya karena hampir seharian selalu berada di tangan baby sister. Wanita itu hanya tersenyum saat Rara menyusu dengan begitu rakus. Memang, menyusu langsung dari payudaranya akan terasa lebih menyenangkan ketimbang menyusu dengan botol, walaupun sama-sama ASI. Berada dalam dekapan ibu kandungnya membuat bayi yang berumur beberapa bulan itu terlihat begitu bahagia. Aniera Hazna Nalani Ashraf. Nama yang sangat indah disematkan oleh Arkan kepada putrinya, buah cintanya dengan Zakia.Berkali-kali Zakia ingin melepas puting payudaranya, tetapi Rara selalu saja menahan. Bibir imutnya adalah seolah tak ingin lepas dari payudara sang ibunda meski matanya sudah terpejam."Bobok ya, Sayang." Zakia menepuk-nepuk pantat putrinya yang nampaknya masih saja betah menyusu.Jika boleh memilih, Zakia ingin sekal
Ekstra Part 6 (Penutup)Kenapa penyesalan selalu datang terlambat?!Ingin rasanya ia menangis, tetapi tak bisa. Dia seorang laki-laki, pantang baginya untuk menangis. Dia harus tegar menghadapi kenyataan ini. Dialah yang membuat Citra akhirnya menggugat cerai dirinya. Dia yang tidak bisa menerima anak itu. Dia tidak bisa menerima kehamilan Citra, padahal Citra tidak salah. Yang salah disini adalah Kevin yang sudah berbuat curang. Sepanjang pernikahannya dengan wanita itu, dia sudah menyakitinya, bukan membuatnya bahagia. Apalagi ibu dan kakak perempuannya yang selalu saja menindas, menuntutnya macam-macam. Citra sama sekali tidak menemukan ketenangan hidup saat menikah dengannya.Dia pula yang membiarkan kedekatan Citra dengan dokter Budi, direktur rumah sakit ini. Kedekatan yang terjalin karena ia memang tak pernah mendampingi Citra kontrol kehamilan dan kemungkinan faktor itu yang membuat dokter Budi simpati kepada Citra. Sekarang hasilnya apa?!Kedekatan yang membuat Yudha akan sa
Ekstra Part 5"Bagaimana, Mbak Citra? Sudah siap?" tanya Dokter Budi. Lelaki itu mendekat saat Melda sudah menyadari kehadirannya.Melda buru-buru menyingkir dari tempat itu lantaran merasa malu karena sudah ketahuan membicarakan orang lain di hadapan yang bersangkutan."Antara siap dan tidak siap sih, Dok." Citra meringis."Sebenarnya saya deg-degan, karena ini pengalaman pertama saya. Tolong dimaklumi ya, Dok.""Tidak apa-apa. Tidak akan terjadi apa-apa. Kami semua sudah mempersiapkan dengan baik. Jangan khawatir Mbak Citra." Tangan lelaki itu terulur, mengusap kepala sang pasien kesayangannya.Lelaki itu merasa bersyukur, kini dia sudah selangkah lebih maju. Hakim sudah ketok palu dan Citra sudah resmi bercerai dari suaminya, walaupun mungkin masa iddahnya baru berakhir setelah wanita ini melahirkan. Ya, hanya sebentar lagi. Sebentar lagi ia bisa menyatakan perasaannya kepada wanita ini. Wanita cantik dan mandiri, sangat pas dengan kriteria wanita idamannya. Dia membutuhkan seoran
Ekstra Part 4Niat hati ingin segera meloloskan diri demi menyusul Citra yang sudah lebih dulu masuk ke dalam gedung rumah sakit ini, tapi ternyata Kevin malah dihadang oleh beberapa orang lelaki berseragam petugas medis. Mereka mencekal Kevin dan memaksanya berjalan menuju pintu pagar. Mereka baru melepaskan Kevin setelah lelaki itu berada di luar batas area rumah sakit ini."Sial! Sial!" Lelaki itu mengumpat dalam hati melihat Yudha dan rekannya sudah menghadangnya di depan pintu pagar, sehingga dia tidak bisa lagi menerobos masuk."Pergilah, Kevin. Jangan membuat kekacauan di sini," ujar Yudha dingin. Dia berusaha mengabaikan sejenak kegalauan yang bersarang di hatinya."Aku tidak akan pergi sebelum kalian memberi jalan padaku untuk masuk ke rumah sakit ini. Aku yang lebih berhak mendampingi Citra melahirkan, karena anak itu adalah anakku!" ucap Kevin pongah dengan nada menindas. Tangannya bersedekap di dada. Lelaki itu mendongakkan wajah menatap Yudha yang tak kalah beringas."Keh
Ekstra part 3Pengalaman melahirkan sungguh mendebarkan bagi Citra. Dari sejak bangun tidur, mandi, kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan persalinannya di rumah sakit nanti, lalu sarapan bersama dengan bik Sum dan Melda.Hanya dua orang itu yang menemaninya pergi ke rumah sakit. Tetapi tidak masalah. Citra bersyukur dia memiliki dua orang yang sangat baik dan mau menemaninya dengan tulus.Setelah memastikan keadaan rumah aman dan pintu terkunci rapat, ketiga wanita itu segera masuk ke dalam mobil. Melda yang kebagian menyetir menjalankan mobilnya dengan kecepatan rendah. Hari ini adalah jadwal operasi caesar untuk Citra. Citra memilih melahirkan secara caesar untuk menghindari komplikasi. Usianya yang sudah 40 tahun cukup beresiko jika memaksakan melahirkan secara normal, lagi pula Citra bukan orang yang sanggup menahan rasa sakit.Sekali lagi cara melahirkan itu adalah pilihan. Bukan soal melahirkan secara normal atau operasi, tetapi kembali kepada kesanggupan tiap ca
Ekstra part 2"Jangan memikirkan soal sewa, Ri, karena aku yang akan menyewakannya untukmu," sahut Leo berbohong. Padahal sebenarnya apartemen ini adalah apartemen pribadi milik Leo sendiri. Dia tidak menyewanya. Apartemen yang sudah lama tidak pernah ia tinggali, karena Leo memilih untuk tinggal di apartemen sederhana yang sesuai dengan perannya sebagai pengawal pribadi seorang nyonya muda."Tapi..." Riri masih ingin memprotes."Sudahlah, Ri," tukas Leo seraya masuk ke dalam apartemen ini, sembari membawakan barang-barang milik Riri. "Masuklah, jangan cuma berdiri di depan pintu seperti itu. Kamu nggak usah takut padaku."Antara percaya atau tidak, tapi yang jelas hatinya benar-benar gamang. Akhirnya Riri melangkah masuk ke dalam. Apartemen ini benar-benar mewah, dengan ukuran yang cukup luas untuk ia tinggali sendirian. Dia baru berada di area ruang tamu, tapi sudah merasakan aura yang berbeda. Di ruang tamu ada satu set sofa dengan meja kaca di tengah-tengah. Lampu kristal yang me
Ekstra Part 1Riri masih menimang amplop berwarna coklat tua di tangannya. Amplop yang diberikan oleh Zakia beberapa jam yang lalu sebelum wanita itu pergi dari rumah ini. Tidak terlalu berat, tetapi Riri yakin, uang yang berada di dalam amplop itu nominalnya cukup besar untuk ukuran dirinya yang hanya orang kecil. Dia belum membukanya, apalagi menghitungnya. Dia masih saja terbawa oleh perasaan.Berat sekali. Rasanya ia ingin menangis saat Zakia memutuskan untuk memberhentikan dirinya sebagai pengasuh Naya. Bukan soal kehilangan pekerjaan, tapi lebih karena perpisahan dengan anak asuhnya. Masih terbayang-bayang semua tingkah anak asuhnya, Aretha Nayyara Az-Zahra yang aktif dan ceria. Balita cantik dan menggemaskan, buah perkawinan nyonya mudanya dengan suami pertamanya.Dia sangat menyayangi anak itu, karena ia pun mengalami hal serupa. Ayah dan ibunya bercerai saat ia masih kecil. Bedanya, Riri memiliki seorang kakak laki-laki yang kemudian bisa menggantikan sosok ayahnya yang pergi
Bab 232"Istrimu benar. setidaknya kamu sudah menjalankan kewajiban dan amanah dari dua wanita itu dan kamu sudah menjadi anak dan cucu yang berbakti," ujar Iqbal menghibur seraya menatap wajah menantunya dalam-dalam."Seandainya mereka masih ada, ibu dan nenekmu pasti juga akan berpikiran sama dengan Papa jika melihat kondisimu memprihatinkan seperti ini. Mereka pasti akan memilih keselamatanmu, ketimbang harta yang tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan nyawamu," ucap Iqbal lagiMendapatkan bujukan bertubi-tubi dari istri dan kedua mertuanya membuat Arkan terdiam. Usul dari Zakia terasa masuk akal. Namun entah kenapa, dia merasa masih berat. Dia menginginkan semua harta peninggalan milik orang yang dicintainya tetap utuh. Dia sangat ingin menjaganya. Dia tahu sekali, jika ia menyerahkan semua itu kepada anggota keluarga Hadiningrat, maka tidak akan lama, semua itu pasti akan lenyap. Keluarga besar Hadiningrat hanya akan tinggal nama. Padahal di masa lalu, keluarga itu sungg
Bab 231Mendapatkan protes dari anak-anak merupakan sesuatu yang paling membuat hati Zakia pedih. Anak-anak benar. Sejak Zakia dan Arkan sibuk mengurus perusahaan masing-masing, perhatian mereka terhadap anak-anak menjadi sangat terbatas.Sejauh ini semua berjalan sebagaimana mestinya. Dengan dibantu tiga baby sister, Zakia tetap bisa mengurus anak-anaknya dengan baik. Hanya saja, perhatian secara khusus tentunya tidak bisa Zakia lakukan setiap waktu.Entah bagaimana hari-hari ke depan, lantaran Arkan yang harus dirawat di rumah sakit, bahkan saat ini belum juga sadar. Remuk redam rasanya hati Zakia membayangkan kemungkinan terburuk. Dia tidak siap untuk kehilangan suaminya, ayah dari anak-anaknya. Pernikahannya dengan Arkan bisa terjadi dengan melewati banyak hal yang tidak mudah mereka lalui. Mereka bisa sampai ke titik ini dengan perjuangan yang keras. Mereka bahkan harus menikah ulang karena Zakia sudah menemukan orang tua kandungnya, yang berarti pernikahan mereka sebelumnya rus
Bab 230"Apa? Leo?!" Sepasang alis Zakia seketika terangkat."Emangnya kenapa, Nak? Ada apa dengan Leo?" tanya Hanna yang sedikit kaget dengan perubahan di wajah putrinya."Mama tau nggak, gara-gara Leo yang mengantarku pulang ke rumah, Mas Arkan sampai terluka parah begini," adu Zakia. Namun Hanna hanya manggut-manggut."Sayang, Leo itu nggak salah. Tugas Leo itu memang untuk menjaga kamu dan dia digaji oleh papa kamu, jadi dia tidak bekerja untuk Arkan," jelas Hanna. Sebenarnya itu tidak perlu di jelaskan, karena Zakia sudah tahu soal posisi Leo."Nggak gitu juga kali, Ma," bantah Zakia seraya mendengus. Dia merasa sangat kesal."Sesuai dengan tugasnya, Leo itu pastinya memprioritaskan keselamatan kamu, meski di sisi lain dia pun peduli dengan suamimu. Buktinya dia balik lagi ke restoran itu, kan? Meskipun kedatangannya sudah terlambat," ujar Hanna. Dia tahu putrinya kesal, tapi Zakia harus menyadari tugas dan kewajiban Leo. Hendrik dan lainnya memang digaji oleh Arkan, tetapi khus