"Aisyah, aku turut berduka cita ya, maaf aku ga bisa datang waktu pemakaman." Riska memeluk Aisyah erat, ia ikut merasakan kesedihan yang diderita oleh Aisyah."Makasih Kak, iya gapapa Kak," balas Aisyah tersenyum.Ini hari pertama ia masuk setelah kepergian sang Nenek, sebenarnya ia masih sangat berduka, namun ia mencoba untuk bangkit agar tidak berlarut dalam kesedihan."Tangan kamu kenapa?" tanya Riska melihat pergelangan sebelah kiri Aisyah diperban."Gapapa kok Kak cuma luka dikit aja," ujar Aisyah beralasan."Hum iya deh, jangan terlalu banyak kerja dulu, nanti kalau dirasa tangannya sakit istirahat aja, jangan dipaksa kerja.""Iya Kak," ujar Aisyah mengangguk.Para karyawan mengucapkan belasungkawa kepada Aisyah, mereka ikut berduka cita atas meninggalnya Nenek.Ting!!Ponsel Aisyah berbunyi terlihat notifikasi dari aplikasi hijau yang tertera nama 'Willi'"[Ingat! Jangan kecapean, nanti jam makan siang datang ke ruangan aku!]"Aisyah tersenyum tipis, ternyata lelaki itu sangat
"Kenapa? Apa keluarga Davit ganggu kamu lagi?" tanya Alex ketika Aisyah masuk keruangannya dengan wajah masam."Ya gitulah, rasanya ingin aku mutilasi terus aku bagikan ke binatang buas," jawab Aisyah kesal."Terus apa yang ingin kamu lakukan untuk membalas mereka? Apa kita keluarkan saja Davit dari perusahaan ini?""Aku engga setuju, aku ga mau bawa urusan pribadi ke dalam pekerjaan," bantah Aisyah."Sebenarnya bukan itu saja alasannya, akhir-akhir ini aku sering pantau kinerja Davit dan aku menemukan suatu fakta yang sangat mencengangkan, ternyata Davit sudah melakukan korupsi dan sudah menyelahgunakan pemberian perusahaan, Davit juga sering datang ke bar dan sering menyalahgunakan jabatannya." Alex menjelaskan secara detail tentang semua yang di ketahuinya.Aisyah sedikit tercengang, ia tidak menyangka mantan suaminya akan melakukan hal sekeji itu."Semua keputusan aku berikan ke kamu, jika itu semua demi perusahaan lakukan saja," putus Aisyah."Tapi aku harap jangan keluarkan Mas
"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Alex kepada dokter yang menangani Aisyah."Jahitannya sedikit terbuka, beruntung lukanya sudah mengering sehingga tidak mengakibatkan infeksi, sekarang kita harus buka jahitannya tapi Aisyah harus lebih hati-hati lagi, jangan terlalu dipaksa untuk mengangkat beban berat dan jangan sampai tangannya terbentur lagi," jelas Dokter.Aisyah bergidik ngeri melihat jarum suntik yang dipegang oleh Dokter.Aisyah menelan salivanya susah ketika jarum tersebut semakin mendekat ditangannya."Jangan Dok." Refleks Aisyah mengangkat tangannya, ia sangat takut dengan yang namanya jarum suntik."Ga sakit kok Syah, rasanya seperti digigit semut," ujar Dokter tersenyum hangat."Semut api kan Dok? Dokter ga perlu bohong aku bukan anak kecil lagi, apa tidak ada cara lain selain disuntik Dok?" tanya Aisyah mencoba bernegosiasi.Dokter sangat gemes melihat pasiennya ini. "Dengan pisau tidak takut tapi masa iya dengan jarum suntik sekecil ini takut? Malu dong sama wajah sanga
"Pagi Bu," sapa para karyawan kepada Aisyah, ini hari pertama Aisyah masuk ke kantor sebagai pemilik Perusahaan.Aisyah tersenyum ramah lalu menunduk membalas sapaan dari para karyawannya.Aisyah pergi menuju ruangan Alex, sesampainya di depan ruangan, Aisyah langsung membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dulu."Kenapa?" tanya Alex yang sedang fokus dengan laptopnya."Aku gabut dan bingung harus kerjain apa, enakan jadi office girl deh daripada jadi Bos yang disegani," jawab Aisyah.Alex tersenyum. "Sebaiknya kamu kesini deh, biar bisa lihat apa yang aku kerjakan," ujarnya.Aisyah menurut, ia duduk disamping Alex. "Lihat angkanya aja udah bikin kepala aku pusing, kayanya aku memang ga ada keahlian dibidang bisnis deh," ujar Aisyah lemah."Aku percayakan kantor kepada kamu, aku yakin kamu akan selalu memberikan yang terbaik untuk Perusahaan ini," lanjutnya menatap Alex dalam."Tanpa kamu pintapun aku akan selalu mengembangkan kantor ini kalau bisa sampai go internasional," balas Alex
"Cleaning servis?" tanya mereka tidak percaya.Davit menganggung lemah. "Iya, beruntung aku tidak langsung dipecat," ujarnya lirih."Bodoh! Masa gitu aja bisa ketahuan sih!" ujar Elsa sarkas membuat amarah Davit langsung diubun-ubun."Jaga ucapan kamu, ini semua aku lakukan juga karena memenuhi kebutuhan kamu yang sok kaya itu! Seandainya waktu itu aku ga mengikuti saran dari kamu mungkin sekarang aku masih memegang jabatan Manager!""Udah kalian tidak usah berantem, pusing kepala ibu dengernya, sekarang kamu harus kembali mendekati Aisyah, ibu yakin perempuan itu masih mau kembali denganmu!" ujar Bu Wiwik memberi saran, ia tidak ingin hidup miskin, apa kata teman arisannya nanti kalau tahu anaknya seorang cleaning servis, mau ditaruh dimana mukanya?"Aku ga setuju!" tolak Elsa."Udah deh Kak, ga usah sok nolak kalau kakak ga bisa kasih solusi, aku juga ga mau hidup miskin, aku malu sama teman aku kalau tahu sekarang Bang Davit hanya seorang cleaning servis, ini semua juga gara-gara K
"Sebenarnya kita ketahuan mensabotase bibit sawit milik Pak Praja, saingan kita dan sekarang kita sedang menjadi buronan polisi, kita takut, kita tidak mau dipenjara makanya kita putuskan untuk berlindung di rumah ini," jelas Pak Reza membuat mata Elsa melotot."Kenapa bisa sih Pa? Lagian Papa nekad banget lakuin hal itu," ujar Elsa tidak menyangka."Mau bagaimana lagi, kita tidak bisa hidup tanpa uang, kamu tahu sendiri perkebunan kita sudah bangkrut karena dia, kita sekarang sudah tidak punya apa-apa lagi, hanya kamu yang bisa kami harapkan saat ini," jawab Bu Yuni lirih.Elsa berdengkus, orang tuanya ini selalu merepotkan dirinya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, mereka tetap orang tua yang sangat berarti baginya."Sekarang Mas Davit hanya seorang cleaning servis, ia ketahuan korupsi, beruntung atasannya masih berbaik hati menerima dirinya walaupun hanya jadi cleaning servis," ujar Elsa membuat mata kedua orang tuanya melotot."Jadi sekarang tidak ada lagi yang bisa kita harapk
"Mama dan Papa hati-hati ya, semoga semua urusannya berjalan lancar." Aisyah mencium tangan kedua orang tua angkatnya, sekarang mereka berada di bandara."Iya Sayang, kamu juga baik-baik ya disini, kalau Willi jahat bilang sama Mama biar Mama kasih dia pelajaran," ujar Mama mengelus pucuk kepala Aisyah."Anak kandung rasa anak tiri ya gini," ujar Alex membuat mereka tertawa renyah."Siap Ma tapi kayanya Willi tidak berani sama aku Ma karena dekingan aku kedua orang tuanya, bahaya kalau dia berani namanya bisa dicoret dari KK," ujar Aisyah."Ya udah kita pergi dulu ya, kalian jaga diri baik-baik, awas jangan bikin macam-macam kalian, lebih baik suruh saja Bi Inem tinggal di rumah sampai kita pulang, tidak baik lelaki dan perempuan berduaan di rumah takutnya nanti kalian malah khilaf lagi," peringat Pak Gani, walaupun ia sangat percaya dengan kedua anaknya ini namun, tidak ada salahnya ia berjaga-jaga karena terkadang godaan setan bisa membuat manusia hilang akal."Iya Pa, nanti aku aka
Aisyah bergegas pergi menuju ruangan yang dibilang oleh Riska, ia sangat penasaran dengan mayat tersebut. Apa ini memang murni bunuh diri atau ada seseorang yang sengaja membunuhnya dan membuat seolah-olah kasus bunuh diri?"Astagfirullah." Aisyah memegang dadanya terkejut, terlihat seorang perempuan dengan rambut panjang terurai dengan leher yang terikat tali.Aisyah memberanikan diri untuk melihat wajah perempuan itu dibantu oleh beberapa karyawan, tidak lupa mereka memakai sarung tangan agar sidik jarinya tidak mengenai tubuh berempuan malang itu.Betapa terkejutnya mereka ketika melihat wajah perempuan tersebut, ternyata .... hanya sebuah manekin yang diberi pakaian serta wig agar terlihat seperti manusia sungguhan."Ya Allah siapa yang sudah tega melakukan ini semua?" tanya Aisyah lemah, ia tidak menyangka ada yang iseng sampai segitunya."Coba cek CCTV, lihat siapa saja yang masuk ke ruangan ini!" perintah Aisyah kepada staff yang bekerja sebagai operator CCTV."Maaf Bu, kami su
"Kenapa pada natap aku seperti itu? Aku ada salah?" tanya Rani sedikit tidak nyaman dengan tatapan dari mereka."Kita cuma kaget aja tiba-tiba kamu langsung ngajakin Gus Zizan nikah," jawab Bagas mewakili yang lain."Emangnya ada yang salah? Bukannya setelah lamaran harus segera menikah?" tanya Rani lagi."Tidak ada yang salah tetapi perkataan kamu itu sangat sulit untuk dicerna," jawab Ivan, sedangkan Zizan dan kedua orang tuanya hanya bisa bungkam."Aku benar-benar ingin segera menikah dengan Gus Zizan, tenang saja aku akan tetap menyelesaikan sekolah aku," ujar Rani berusaha meyakinkan."Menurut kamu definisi menikah itu seperti apa?" tanya Zizan. Sekarang hanya ada mereka berdua di ruangan tersebut. Orang tua serta sahabatnya sengaja keluar agar memberikan waktu untuk mereka berbicara empat mata."Menyatukan laki-laki dan perempuan di ikatan janji suci sehingga mereka hidup bersama serta diberikan keturunan yang soleh dan soleha."Zizan tersenyum, lalu berkata, "Menikah bukan hany
"Kenapa kalian diam? Tadi Abi dengar kalian sedang adu mulut bahkan terdengar hingga luar," tanya Abi.Diperjalanan ingin ke UKS melihat keadaan calon menantu, Abi dan Umi tidak sengaja mendengar suara seseorang yang terdengar seperti sedang adu mulut dan suara itu sangatlah mereka kenali, beruntung disekitaran sedang sepi jadi tidak ada santri yang mendengar, mereka mempercepat langkahnya agar segera sampai ke UKS.Sesampinya di dekat pintu UKS, mereka berhenti sejenak memastikan bahwa suara tersebut benar berasal dari dalam ruangan tersebut, mereka menghela napas dan perlahan masuk."Gapapa Abi, cuma sedikit kesalahpahaman saja," jawab Zizan akhirnya."Nak, di dalam suatu hubungan pasti selalu ada ujiannya apalagi sekarang kalian sedang berada di masa pertunangan yang sangat rawan akan cobaan, tetapi Abi selalu berharap agar kalian bisa melewati semua ujiannya bersama-sama dan menyelesaikannya dengan kepala dingin, jangan sampai ego kalian menghancurkan hubungan yang telah kalian ja
Rani terbangun lalu melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 04.50, ia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan berwudhu, ia harus segera ke Masjid sebelum teman asramanya datang biar mereka tidak curiga karena tidak melihat Rani di tempat tidur."Abi, Umi," sapa Rani ketika tidak segaja berpapasan dengan calon mertuanya tersebut."Bagaimana tidurnya nyenyak?" tanya Umi mengusap rambut Rani yang tertutup ketudung mocca tersebut."Nyenyak banget Umi," jawab Rani tersenyum mengembang."Kamu mau ke Masjid ya? Ayo kita bareng saja," ajak Abi, ia bahagia karena perlahan perempuan tersebut sudah bisa membiasakan dirinya di Pesantren dan terlihat Rani juga sudah rajin solat lima waktu, ia juga tidak pernah mendengar calon menantunya itu berbuat keributan."Maaf Abi tapi kayanya ga usah deh, Umi sama Abi duluan saja, Rani sungkan jika nanti ada santri yang lihat, bisa berpikiran macam-macam mereka karena aku dekat dengan kalian padahal notabenya aku santri baru di sini," jelas R
Jam sudah menunjukkan pukul 22.15 WIB Rani bersiap-siap untuk pergi ke rumah orang tua Zizan, ia berjalan sepelan mungkin agar tidak mengganggu para temannya yang sudah memejamkan mata."Kamu mau kemana?" tanya Najwa yang terlihat sudah berdiri dari tempat tidur.Rani membalikkan badannya, ia tersenyum gugup. "Eh kamu mau ngapain?" tanya Rani balik bertanya."Seharusnya aku yang tanya kamu mau kemana? Kok kaya mencurigakan gitu?" tanya Najwa dengan mata memicing. "Ayo jujur kamu mau kemana? Apa mau kabur?""Ihh kamu ini suudzon mulu, aku mau ke dapur ambil minum," jawab Rani gugup."Kamu mau kemana?" tanya Rani masih penasaran kenapa perempuan itu terbangun."Aku mau ke toilet," jawab Najwa."Oh ya udah aku pergi dulu ya, kebetulan stok minum aku udah habis," ujar Rani beralasan, ia yakin kali ini alasannya sedikit meyakinkan."Jangan lama-lama biasanya nanti ustadzah datang untuk melihat para santri, bisa bahaya kalau kamu ga ada di asrama," ujar Najwa, benar saja terkadang ustadzah
"Tidak baik marahan terlalu lama," ujar Umi membuyarkan lamunan Rani."Eh Umi," ujarnya tidak lupa mencium tangan yang hampir keriput tersebut."Kenapa? Sini cerita sama Umi, apa Zizan menyakiti perasaanmu sehingga kalian marahan seperti ini?""Engga kok Umi, Gus Zizan ga pernah menyakiti aku tapi hanya saja aku butuh waktu untuk mencerna semua yang terjadi, jujur aku sedikit merasa tersindir dengan kajian Zizan tadi Subuh, aku tahu aku telah melakukan kesalahan besar tapi aku belum bisa untuk melupakannya begitu saja.""Umi paham bagaimana perasaanmu dan Umi percaya perlahan kamu akan bisa terbiasa dengan Zizan, kalian hanya kurang komunikasi saja makanya masih terlihat canggung dan untuk masalah pacar kamu yang di kota, sekarang kamu masih berkabar tidak dengannya?"Rani menggeleng, ia tidak tahu bagaimana kabar lelaki tersebut, bahkan Fero sepertinya tidak punya niatan untuk mencari keberadaan dirinya."Sebaiknya kamu solat istikharah minta petunjuk kepada Allah karena tempat yang
"Rani bangun, kita solat subuh dulu yuk," ujar Nada membangunkan perempuan yang baru saja menjadi sahabatnya itu."Bentar lagi Nad," ujar Rani dengan mata yang masih terpejam, ia baru saja bisa tidur tetapi malah dibangunkan oleh Nada."Ini udah masuk waktu subuh Ran, ayo kita ke musholla, nanti telat loh," ujarnya memaksa perempuan itu untuk bangun.Rani duduk, ia bersusah payah membuka matanya. "Emangnya harus banget ya kita solat Subuh berjamaah? Apa ga bisa nanti aja? Aku masih ngantuk," tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur.Nada menghela napas, ia harus memperluas kesabarannya menghadapi perempuan dihadapannya ini."Kita sebagai umat muslim harus segera melaksanakan solat lima waktu terutama solat Subuh karena banyak keistimewaan dan manfaatnya.Dalam sebuah Hadis riwayat Ibnu Majah dan Thabrani mengatakan barang siapa salat subuh berjamaah, maka dia dalam perlindungan Allah. Selain itu kita juga akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, pahala tersebut tidak hanya di
"Kamu ngapain di sini? Kenapa ga istirahat aja di kamar? Kamu pasti masih capek kan?" Zizan menghampiri Rani yang tengah duduk melamun di taman."Gapapa, aku cuma pengen lihat pemandangan di sini," ujar Rani, sebenarnya badannya sangat pegal apalagi setelah ia memaksa berbaring di tempat tidur, namun ia tidak mungkin jujur dengan Zizan, takut lelaki itu tersinggung."Kamu pasti tidak nyaman kan tinggal di asrama?" "Aku tahu asrama di sini sangat jauh berbeda dengan kamar kamu dan aku juga tahu kalau kamu tidak bisa tidur tanpa AC dan tidak bisa tidur di keramaian sedangkan di asrama kamu harus tidur bersama para santri," jelas Zizan.Rani menghela napas. "Mau bagaimana lagi, ini juga sudah menjadi keputusan aku, nyaman ga nyaman, betah ga betah harus aku jalani juga, ga mungkin aku pulang, bisa di coret nama aku dari kartu keluarga.""Kamu bisa tinggal di rumah, keberulan masih ada kamar kosong dan juga sudah ada AC, kamarnya juga lumayan besar walaupun tidak sebesar kamar kamu.""Ga
Zizan memasangkan cincin di jari manis Rani, begitu juga dengan Rani, perempuan itu memasangkan cincin di jari manis Zizan.Kedua orang tua mereka serta sahabat Zizan bersorak gembira, sekarang Rani dan Zizan sudah terikat dan tinggal selangkah lagi menuju jenjang pernikahan."Selamat ya, sekarang kalian sudah resmi bertunangan, semoga kalian bisa melewati semua cobaan dan ujian yang terjadi menjelang pernikahan, apapun yang terjadi jangan pernah leapaskan cincin itu dari jari manis kalian, jangan pernah sesekali ingin membatalkan pertunangan ini dan semoga saja kalian berjodoh dan dimudahkan segara urusan pernikahan kalian," ujar Abi memberikan nasihat.Rani terdiam, ia tidak menyangka akan secepat ini terikt dengan seorang lelaki, walaupun hanya pertunangan tapi secepatnya ia juga akan menikah, apa keputusannya ini sudah tepat? Apa ia sanggup menjalani pertunangan ini dengan lelaki yang baru ia kenal? Bagaimana hubungannya dengan Fero? Bagaimana jika pacarnya mengetahui semua ini?E
Rani berjalan menuju kelas dengan tidak semangat, hari ini adalah hari terakhir ia menginjakkan kaki di sekolah ini dan hari ini juga ia akan melangsungkan taaruf dengan Zizan, ia sangat dilema, ia tidak dapat membayangkan bagaimana nasibnya ke depan."Lah tumben nih sekolah masih sepi?" tanya Rani heran ia mengambil gawainya untuk memastikan bahwa jam tangannya tidak salah."Sudah jam 07:15 tapi kok masih sepi? Kemana warga sekolah ini? Nala dan Fero juga ga kelihatan batang hidungnya," ujar Rani berdecak.Ia membuka aplikasi berlogo hijau tersebut untuk melihat info grup kelas maupun sekolah tetapi semuanya sepi, tidak ada satupun chat yang masuk."Pada kemana sih orangnya? Padahal parkiran sudah penuh loh," ujarnya sangat penasaran, baru kali ini sekolahnya menjadi semenyeramkan ini, semua orang seperti menghilang ditelan bumi."Heh ada apa?" tanya Rani ketika melihat seorang adik kelas berlari menuju lapangan."Anu kak, Kak Nala dan Kak Angel bertengkar di lapangan, katanya keadaa