"Aku, emangnya kenapa? Ga enak ya? Lagian aku mana tahu kopi biasa kamu kaya gimana, dulu kan kamu sangat tidak suka minum kopi," ujar Aisyah berusaha menyembunyikan ketakutannya."Enak banget, ini adalah kopi terenak yang pernah aku minum." Jawaban Alex membuat Aisyah mengernyit."Kamu seriusan? Bukannya kamu suka kopi yang manis ya? Atau aku yang dibohongi sama orang tadi?" tanya Aisyah sangat bingung.Alex tersenyum miring, ia sudah menduga perempuan itu akan menjahili dirinya."Emang aku suka manis dan kopi ini manisnya sangat pas," jawab Alex membuat Aisyah tambah heran."Seriusan? Padahal tadi ga aku kasih gula loh," tanya Aisyah sangat tidak percaya."Iya, kalau ga percaya coba aja." Alex memberikan kopi tersebut kepada Aisyah agar perempuan itu meminumnya.Dengan polosnya Aisyah menerima kopi tersebut lalu meminumnya.Satu DuaTigaByuurr!!!Aisyah menyemburkan kopi tersebut sehingga mengenai pakaian Alex."Ihh pahit banget," ujar Aisyah seperti cacing kepanasanAlex tertaw
"Maaf Pak, kita tidak ada yang tahu bagaimana kejadiannya," ujar Aska mewakili para karyawan."Baik lah kalau begitu, Aisyah ikut ke ruangan saya!" Aisyah berjalan di belakang Alex, mengikuti langkah lelaki itu."Ada apa? Kamu percaya dengan omongan mereka?" tanya Aisyah sedikit kesal, kenapa dirinya yang harus di panggil oleh Alex, padahal jelas-jelas Sinta dan Davit yang bersalah."Jangan sok tahu, aku sengaja bawa kamu kesini seolah-olah kamu yang bersalah agar mereka tidak curiga, apa yang terjadi? Kamu difitnah lagi?""Hum, entah kenapa dulu aku pernah kepincut dengan lelaki kaya gitu apalagi sampai masuk ke keluarga toxic mereka, Sinta bilang kepada mereka kalau aku perempuan penggoda, ingin rasanya aku cakar tuh bibir merahnya," jelas Aisyah menggebu-gebu."Kamu mau tunggu apa lagi? Buktikan pada mereka siapa kamu yang sebenarnya," ujar Alex memanasi."Engga semudah itu juga, aku mau mereka menyakiti aku lebih dari ini biar sudah tidak ada alasan untuk aku memaafkan mereka."Al
"Permisi Pak." Riska berlalu pergi meninggalkan Aisyah bersama dengan lelaki tersebut."Mau apa lagi?" tanya Aisyah ketus."Tolong fotocopy ini, awas kalau sampai rusak!" Lelaki itu adalah Davit, ia sengaja menyuruh Aisyah karena ia tahu mantan istrinya itu tidak akan tahu cara menfotocopy agar ia lebih mudah untuk mempermalukan dan membuat perempuan itu tidak betah kerja disini.Bukannya apa-apa, Davit hanya takut cintanya kembali tumbuh untuk Aisyah apalagi perempuan itu semakin terlihat cantik.Aisyah mendengus, sebenarnya ia tidak ingin menuruti perintah lelaki dihadapannya ini, namun ia tidak punya pilihan lain, ia harus profesional.Aisyah mengambir berkas tersebut lalu berjalan menuju mesin fotocopy, beruntung sebelumnya ia pernah mencari tahu bagaimana cara fotocopy yang benar."Ngapain?" tanya Alex menghampiri Aisyah yang sedang berdiri di depan mesin fotocopy."Nih mau fotocopy berkas Mas Davit," jawab Aisyah seadanya."Ciee, baik banget sih sama mantan suami," goda Alex, be
"Wah kamu romantis banget sih, terharu aku tuh, pasti perempuan itu langsung menerima kamu," ujar Aisyah menghilangkan kegugupan.Dahi Alex mengerut. "Maksud kamu apaan?" tanyanya bingung."Kamu pasti mau nembak seseorang kan? Makanya kamu bikin seolah-olah perempuan itu aku," tanya Aisyah balik bertanya.Alex tersenyum kecut, perempuan dihadapannya ini beneran tidak peka atau hanya pura-pura tidak tahu?"Iya tapi kayanya dia ga akan mau nerima cinta aku," jawab Alex sendu."Siapa sih perempuan itu? Kasih tahu aku dong, siapa perempuan yang berhasil mengambil hati seorang Alex yang nyebelin ini.Kamu ga boleh nyerah, kalau kamu benar-benar sayang sama tuh cewek harusnya kamu berusaha untuk mendapatkan hatinya, jangan malah nyerah sebelum mulai, aku yakin dia pasti menerima kamu, siapa sih yang bisa menolak pesona tuan Alex ini?" jelas Aisyah menggoda lelaki dihadapannya."Udah deh, kalung itu untuk kamu aja," ujar Alex."Engga pokoknya kamu harus nyatain perasaan kamu dengan tuh cewek
"Kalian lagi bertengkar ya Neng?" tanya Nenek melihat kedekatan Aisyah dan Alex yang sedikit merenggang.Aisyah menaikkan bahunya. "Ga tahu Nek tapi beberapa hari ini Alex cuek banget sama aku," jawabnya apa adanya."Apa sebelumnya ada sesuatu yang terjadi dengan kalian atau mungkin ada sifat kamu yang tidak disukai oleh Alex?" tanya Nenek menduga.Aisyah teringat kejadian beberapa hari lalu, apakah lelaki itu marah? Tetapi ia sudah berjanji tidak akan mempermasalahkan itu. Atau ada hal lain?Entahlah, kepala Aisyah rasanya ingin pecah, baru saja ia mencoba menerima semua kejadian dimasa lalu dan juga bangkit dari keterpurukan rumah tangganya sekarang ia malah mendapatkan maslaah baru, lelaki yang ia anggap sebagai malaikat malah menjauh darinya dengan alasan yang tidak jelas."Engga usah terlalu dipikirkan Neng, nanti kesehatan kamu menurun, udah mungkin Alex lagi sibuk atau ada hal yang membuatnya tidak ingin diganggu oleh siapapun.Kedua orang tuanya juga bilang kalau sikap Alex be
"Maaf sudah membuat bapak menunggu," ujar Asiyah menghampiri Aska."Iya gapapa." Aska memanggil waiter untuk memesan makanan serta minuman untuk dirinya dan juga Aisyah.Setengah jam berlalu, makanan pun datang, mereka makan dengan rasa gugup."Maaf Bapak ada urusan apa ya sama saya?" tanya Aisyah membuka pembicaraan."Berhubung kita sekarang berada di area luar kantor panggilnya Aska aja biar ga terlalu terdengar formal," ujar Aska tersenyum."Iya deh kalau gitu aku panggil kakak aja ya, ga enak kalau panggil nama."Aska tersenyum tipis, perempuan dihadapannya ini sangat lucu."Jadi mau ngomong apa kak?" tanya Aisyah lagi."Cuma mau kenal lebih dekat aja, boleh kan?" tanya Aska menggaruk tengkungnya yang tidak gatal, ia sedikit gugup berinteraksi dengan mantan istri dari sahabatnya ini.Aisyah mengernyit, ia tidak paham arti dari perkataan Aska. "Kalau hanya untuk kenal mah boleh-boleh aja Kak," jawabnya."Kamu mantan istrinya Davit kan?" tanya Aska membuat mood Aisyah sedikit membur
Dada Aisyah berdetak kencang, jika tubuhnya tidak didorong oleh seseorang, mungkin sekarang ia yang dikelilingi oleh kerumunan orang tersebut.Aisyah menatap orang yang sedang berkerumun tersebut, ia yakin orang yang tertabrak itu adalah orang yang sudah menyelamatkan dirinya dan dia harus berterima kasih karena telah menyelamatkan dirinya."Aisyah!" panggil seseorang membuatnya mengurungkan niat untuk menuju kerumunan.Alex langsung memeluk Aisyah, ia sangat khawatir dengan keadaan perempuan tersebut."Kamu gapapa kan? Kamu baik-baik aja kan? Apa ada yang terluka?" tanyanya bertubi-tubi. Ia melepas pelukannya dan menatap Aisyah khawatir."Aku baik-baik aja dan itu semua berkat dia, kalau tidak ada dia mungkin aku ga akan selamat." Tunjuk Aisyah kepada seseorang yang sudah berlumuran darah itu.Aisyah melepaskan genggaman Alex, ia berjalan tertatih-tatih menuju kerumunan, ia harus menolong orang itu."Tunggu!" Alex mencekal tangan Aisyah membuat langkahnya terhenti."Apa lagi?" tanya
"Aisyah kamu tinggal disini aja ya." Mereka berusaha membujuk Aisyah agar mau tinggal bersama."Ga usah Tan, aku pulang ke kontrakan aja," jawab Aisyah.Mereka khawatir dengan kondisi Aisyah, mereka takut terjadi sesuatu dengan perempuan tersebut."Ica sebaiknya kamu tinggal disini ya, ya setidaknya sampai keadaan kamu membaik, ingat pesan Nenek, ga boleh berlarut dalam kesedihan, Nenek pasti sedih melihat kamu kaya gini," ujar Alex mencoba menenangkan perempuan tersebut.Aisyah hanya diam dengan tatapan kosong, sekarang rumahnya benar-benar sudah hilang, tidak ada lagi tempat yang paling nyaman untuknya pulang."Nenek pergi karena aku, ini semua salah aku!" ujarnya lirih, sudah tidak terhitung berapa kali Aisyah berbicara sperrti itu."Ga boleh nyalahin diri sendiri, kamu makan dulu ya, sedari tadi kamu belum makan," ujar Bu Laura yang mendapatkan gelengan dari Aisyah."Tolong tinggalkan aku, aku pengen sendiri dulu!" Setelah mereka sudah tidak lagi terlihat, pertahanan Aisyah runtu