Share

Permintaan Rayhan

Penulis: Nabila Rindra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-15 23:51:09

“Saya tahu mungkin kedengarannya gak sopan. Tapi tolong temani Naira, Mbak. Saya gak bisa memaksa dia.”

Alissa menatap adik iparnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Dari dulu dia selalu ingin berteman dengan Naira. Membujuknya untuk bercerita, mendengarkan segala keluh-kesahnya, maupun mendengar tangisan yang terkadang ditahannya. Namun, Alissa tidak pernah berani mendekat. Naira begitu mengerikan. Dia tidak pernah memberi orang lain kesempatan untuk bicara dan meninggalkan orang ketika sedang bicara. Hanya karena ibu mertuanya yang trenyuh dan Rayhan yang jatuh sayang padanyalah yang membuat Naira diizinkan menikah dengan Rayhan.

“Saya mau, tapi apa dia mau?” tanya Alissa pelan.

Rayhan mengangguk cepat. “Saya yakin dia mau, Mbak. Saya udah bilang sama dia. Menurut saya, memang sudah waktunya bagi dia buat mengikhlaskan semua masa lalunya. Saya janji gak bakalan tinggalin dia, tapi tolong. Saya tahu sejak dulu Mbak Alissa pengen temenan juga sama Naira. Sekarang saya bakalan kasih k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Seperti Anak-anak

    “Kalau kamu gak mau ngaji, gak masalah kok. Kamu bisa minta pindah ke bagiannya Mbak Azka.”Zahwa yang seharusnya mengisi pengajian malam itu mendadak harus menghadiri acara di luar bersama Syafiq. Oleh karena itu, dialihkannya semua murid-muridnya kepada Azka dan Hana yang juga disibukkan dengan delapan murid mereka yang lain.“Kakak cerewet,” protes Mentari.“Itu karena kamu selalu salah. Kalau Kakak orang yang kejam, udah sejak tadi Kakak pinjem rotan dari kamarnya Umi dan mukulin kakimu,” balas Hana galak. “Ulang!”Mentari bersungut-sungut, lalu kembali mengulang bacaan yang ditunjuk Hana. Dibacanya ayat tersebut berkali-kali, lantas mendongak dan menemukan Hana yang menatapnya puas.“Kamu tunggu disini dulu. Kakak mau ngomong sama kamu.”Mentari mematuhi perintah tersebut dan duduk di sebelah kiri Hana. Dikeluarkannya buku sketsa dan pensil dari tas, lalu mulai menggambar.“Ngajimu udah selesai?” tanya Anjani, teman sekelasnya.Mentari mengangguk.“Terus ngapain masih disini?”“D

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-16
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Tamparan Keras Untuk Dea

    “Kenapa sih harus pelajaran privat segala? Saya bisa sendiri!”Pengurus bernama Dwita itu tetap diam memperhatikan Dea yang sejak tadi tidak berhenti mengomel. Sesekali dia menghentakkan kaki ke lantai sebelum kembali menulis.“Dengan sikapmu yang begini, gak akan ada yang percaya kalau umurmu dua puluh dua tahun.”“Saya sudah dewasa....”“Kamu bisa bekerja?” potong Dwita.Dea mengernyit.“Disini ada banyak program ekskul. Kamu bisa belajar menjahit, melukis, atau belajar bahasa Inggris. Siapa tahu setelah lulus dari sini nanti, kamu bisa lanjut kuliah di luar.”Dea mencibir.“Kayak saya punya uang. Orangtua aja gak punya.”“Di dunia ini, ada yang namanya beasiswa.” Dwita menyahut tanpa mengindahkan tanggapan sinis Dea. “Kamu bisa ngajuin ke universitas manapun yang kamu mau. Lalu kemampuanmu bisa dimanfaatin buat tambah-tambah biaya hidup.”Kali ini Dea termangu. Pulpennya terlepas dari tangan, lantas kepalanya mendongak menatap Dwita.“Memangnya boleh?” tanya Dea pelan. “Ning Aluna

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Renungan dan Nasihat Hana

    “Kamu sudah bisa merenung sekarang?”Siang itu adalah jadwal Aluna untuk menemui Dea. Seperti biasa, Aluna yang sudah dikenal garang mulai mencecar Dea yang sejak tiba selalu membisu.“Lagi mikir apa kamu?”“Perkataannya Mbak Dwita semalam.” Dea menjawab datar. “Dia bilang ibu angkat saya jahat.”“Lalu menurutmu gimana?” pancing Aluna.Dea mengedikkan bahu.“Yang sopan.” Azka yang baru kembali bersama Hana dari minimarket menegur. “Gak ada santri yang mendongak menantang mata gurunya.”Dea tidak mengacuhkan ucapan tersebut.“Biarin aja, Dek.” Aluna menggeleng, lalu menoleh pada Hana yang menatap mereka dengan ekspresi tertarik. ““Kamu udah makan siang?”“Belum. Aku mau nunggu Mas Arkan.”“Disuruh makan duluan gak mau, Mbak. Malah ngajak jajan,” adu Azka.“Diem ah, Mbak. Kayak anak-anak.”Dikatai anak-anak oleh perempuan yang suka bertingkah bak anak TK terhadap orangtua, suami, dan kakak-kakaknya membuat Azka menggeram.“Nyebelin banget sih kamu.”Aluna tidak menggubris mereka dan men

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-18
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kunjungan Pertama Dari Keluarga

    “Gimana kabarmu?”“Baik."Aris—kakak sulung ayah Dea—mendelik menatap gadis itu.“Kamu gak nyusahin semua orang kan disini?” tanyanya lagi.Dea menggeleng. “Mana sempat saya bikin masalah atau keributan? Ngaji Al Qur’an sama kajian kitab aja udah ngabisin banyak waktu.”“Itu semua buat kebaikanmu,” sahut Aris datar. “Sudah berapa lama kamu tinggal bareng keluarga Alan dan pikiranmu diracuni oleh istrinya sampai-sampai gak bisa bedain mana baik dan buruk lagi?”Dea tidak menjawab.“Kalau tahu endingnya begini, saya lebih suka saya yang mengurus kamu dan adik kamu.”“Lalu, Pakde bakalan menghina saya kalau saya bikin kesalahan?”“Siapa yang bilang begitu?” tanya Aris tak senang.Dea mengedikkan bahu. “Tante Lina bilang, saya bakalan terlantar kalau kalian yang ngurus. Beliau juga bilang kalian bakalan merendahkan saya dan Maryam yang yatim-piatu ini kalau semisalnya kami bikin kesalahan. Bahkan sekarang aja kalian buang saya ke tempat ini. Dan saya masih ingat kalau Pakde bilang ke Abah

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-19
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Hinaan Balik Untuk Lina

    “Dia yang cerita begitu ke aku sih. Aku gak tahu apa masih ada cerita lain atau enggak.”Sore itu, Arkan yang bosan mengajak Hana untuk jalan-jalan. Perlu beberapa lama untuk membujuk Hana yang lebih peduli pada kitab dan laptopnya hingga wanita itu akhirnya mau dipaksa keluar rumah.“Jadi, sampai hari ini dia terus belain ibu angkatnya itu?”Hana mengangguk.“Bagi dia, ibu angkatnya itu orang yang paling benar. Bahkan meski dia disuruh... Katakanlah, mencuri atau menghancurkan hidup orang lain, Dea bakalan menganggap hal itu pantas diterima orang yang dibenci ibunya.” Hana menjawab. “Belum pernah aku lihat orang kayak gitu.”“Itu namanya loyalitas bodoh. Berbakti itu harus selama masih dalam jalur kebaikan. Kalau konsepnya udah kayak perempuan itu sama ibunya, itu udah bodoh namanya.”“Ya begitulah. Aku jelasin malah ngelawan.”“Terusin aja. Seperti kata Umi, batu lama-lama bakalan berlubang kalau kelamaan ditetesi air. Anggap aja dia batu, dan semua nasihatmu itu airnya. Jangan bosa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Pertanyaan Tentang Jodoh

    “Kamu gak kepikiran nikah gitu?”Naura yang tengah membaca menoleh mendengar pertanyaan Aisyah. Dia lantas bergeser dan membiarkan kakak sulungnya itu duduk.“Arkan udah nikah. Keira juga. Kamu gak kepikiran kapan giliranmu?”“Kepikiran. Tapi semua itu ada waktunya. Kalau belum sekarang, ya gak bisa dipaksain juga,” balas Naura.Aisyah terdiam.“Kalau ada laki-laki sholeh yang ditawarin Umi dan Abi buat aku, selama agamanya baik dan ilmunya dalam, aku bakalan pikir-pikir lagi.”“Dan kalau gak ditawarin, kamu gak minta?”“Buat apa? Nikah itu kan ibadah, bukan lomba tentang siapa yang cepat dan siapa yang enggak. Memangnya kalo Mas Arkan sama Keira nikah duluan, gak ada laki-laki yang mau nikahin aku gitu?”“Kamu gak kesepian?”Naura menggeleng lagi.Aisyah baru akan bertanya lagi saat mendadak tangisan Tiara terdengar dari dalam rumah. Buru-buru dia menghampiri putri sulungnya, meninggalkan Naura yang kini memandangi keramaian halaman.“Nikah itu gak harus buru-buru kan?” gumamnya.Pan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-22
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Rencana Dua Keluarga

    “Memangnya kalau mau sowan itu harus izin kamu dulu? Saya udah izin Abahmu kok.”“Ya gak gitu maksudku.” Hana menggaruk-garuk kepala. “Mas Wahid datangnya terlalu mendadak. Mana bawa-bawa orangtua lagi.”Wahid melirik kedua orangtuanya yang asyik mengobrol dengan orangtua Hana, lalu kembali menatap sepupunya tersebut.“Abuya yang mendadak pengen ke sini. Dan Umi saya juga udah lama gak ketemu saudaranya.”Hana mengangguk-angguk, namun seketika ekspresinya berubah mendengar kalimat terakhir Wahid.“Saudara?”Wahid mengangguk. “Umi saya dan Umi kamu sepupu jauh.”Hana ternganga. Wahid mengabaikannya dan menatap halaman. Namun, dahinya seketika mengernyit melihat sosok familier di depan ruang ekskul.“Itu orang yang ganggu kamu di mall dulu kan?”“Yang mana?” tanya Hana balik.Telunjuk Wahid menunjuk Dea yang sibuk membaca mading sebelum menghilang di balik pintu.“Iya.”“Kenapa dia disini?”Hana tidak menjawab dan malah mengalihkan pembicaraan.“Gimana kabar adek sama kakak-kakak Njenen

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-23
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Mengenal Rayya Lebih Dekat

    [Bulan ini hafalan saya masih di juz 18, Mas.][Ada rencana mau ikut khataman dalam waktu dekat?]Atas saran dari Alissa, akhirnya Isyqi dan Rayya saling bertukar kontak dan mengobrol. Topik obrolan mereka pun tidak jauh dari pekerjaan, keluarga, dan tugas kesantrian. Namun, bukan itu yang membuat ekspresi Isyqi terlihat masam bak acar bercampur cuka. Melainkan Rayya yang pendiam dan harus selalu dia yang bertanya bak HRD yang mewawancarai calon karyawan baru.[Enggak, Mas.]Isyqi menghela napas kasar. Dia betul-betul kehabisan bahan pembicaraan kali ini. Padahal ketika kecil dulu, mereka begitu akrab dan sering bermain berdua.[Ya sudah. Saya izin off dulu. Masih banyak pekerjaan]Isyqi lantas melempar ponselnya hingga mendarat di dasar meja dan mengusap wajah berkali-kali. Dia kira semuanya akan berjalan lancar, tapi lihatlah. Rayya bahkan hanya membaca setiap kali Isyqi mencoba mengajaknya mengobrol.“Kusut terus mukanya.” Arkan yang baru turun duduk di sebelahnya sambil menyetel t

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24

Bab terbaru

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kegelisahan Alina

    “Kakak lihat gak sih kalau mereka merhatiin kita terus?”Fauzan mengangguk, matanya tidak lepas dari laptop.“Buat apa sih dia masukin anaknya ke ponpes Al Mulk juga? Memangnya dia gak punya tujuan lain gitu? Atau dia ngelakuin ini karena pengen gangguin kita lagi? Bisa jadi begitu kan? Orangtuanya udah gak ada lagi, semua fasilitasnya udah balik, dan Rafika bahkan juga udah gak ada. Dia gak punya alasan buat gak ngelakuin apapun rencana buruknya,” ucap Alina geram. Dia terus saja mondar-mandir keliling kamar, membuat Fauzan pun tidak nyaman. Tapi dia tahu Alina begitu karena gelisah memikirkan keadaan putra mereka nanti.“Nanti kalau Raza diapa-apain anaknya gimana? Dari tadi siang aja kelihatan jelas kalau mereka terus merhatiin kita. Terus laki-laki itu berani banget deketin Raina. Memangnya dia gak takut dikeroyok orang-orang karena gangguin gadis muda gitu?” tanya Alina lagi. Dia kemudian merebahkan diri di sebelah Fauzan dan memainkan rambut merahnya yang mulai memutih.“Udah ng

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Ketakutan Raina

    Baru mereka sadari kalau Gabrielle memang tidak berhenti memperhatikan keluarganya. Bahkan ketika Raina mencoba mengingat-ingat lagi interaksinya dan Raza dengan Fathan dan Asyraf tadi, dia baru tahu kalau ada yang memperhatikannya.“Mukanya serem banget, Kak. Kayak mau makan kita,” ucap Raina.“Kayak gimana orang yang merhatiin kalian itu?” tanya Najwa penasaran.“Mukanya garang, matanya tajam, terus ekspresinya kayak orang marah terus....”Najwa menggeleng. “Bukan itu maksud Mbak Najwa. Maksudnya, penampilannya kayak apa?”“Rambutnya dicat pirang, terus pakaiannya acak-acakan. Matanya merah kayak orang gak tidur. Terus,” Raina merendahkan suara dan mendekatkan kepala. “Ada bau menyengat dari arah mereka. Kayak bau rokok sama kayak aroma manis, tapi menusuk hidung gitu.”Najwa, Farah—kakak kedua Najwa, Azka, Ahmad, Aiman, dan Raza bertatapan.“Bensin kali. Atau bubble gum,” sahut Aiman.Raina menggeleng. “Enggak. Baunya lebih menyengat. Dan bau itu baru pertama kalinya aku cium.”Sem

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Benci Yang Mengakar Dalam

    “Jangan sampai saya dengar kamu bikin masalah setelah sampai disana nanti. Saya gak mau denger pengaduan dari guru maupun pengasuhmu!”“Kalaupun Johan bikin ulah, memangnya Ayah peduli? Bukannya Ayah yang buang Johan ke sana supaya gak ngerecokin ayah lagi?” tantang Johan balik.Gabrielle mendelik. Dia sangat tidak suka mendengar nada menantang dari suara putranya, namun dia tidak bisa bertindak apa-apa disini. Dia tidak mau jadi tersangka kalau sampai menabrakkan mobil yang dikendarainya dan membuat Johan meninggal.Akhirnya mereka berdiam diri. Johan dengan pikirannya sendiri, sementara Gabrielle dengan angannya yang memikirkan Alina. Sekian lama sejak pertemuan terakhir mereka yang tidak mengenakkan, akhirnya dia melihat wanita itu lagi. Wanita yang dia cintai sejak kelas sebelas SMA, namun malah menikah dengan orang lain dan tega membuatnya gila. Atau setidaknya itu yang diyakini Gabrielle selama ini.“Apa istimewanya perempuan itu sampai ayah gak bisa move on?” tanya Johan mendad

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Drama Santri Baru

    “Johan gak mau, Ayah!”“Saya gak peduli! Saya sudah muak lihat muka kamu!” Pria berambut dicat pirang itu balas melotot. Dia kemudian menoleh pada panitia pendaftaran santri baru dan bertanya, “Dia bisa daftar disini kan?”Fikri—pengurus berkoko putih yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran mereka mengangguk patah-patah, ketakutan melihat ekspresi wali murid di depannya yang menyeramkan. Diberikannya formulir dan pulpen, kemudian melirik si calon santri baru yang mendelik penuh kebencian pada ayahnya.“Pak,” Mata Fikri menyipit membaca nama yang tertera di formulir. “Gabrielle.” Untuk sesaat dia tertegun, kemudian melanjutkan, “Njenengan asli Solo kah?”Gabrielle tidak mengacuhkannya dan terus menulis. Fikri memutuskan untuk tidak mencari masalah dan berpaling pada Johan. Namun, sebelum dia sempat berkata-kata, mendadak sepasang orangtua dan dua anaknya memasuki ruangan.“Assalamualaikum.”“Wa’alaikumsalam.”Karena ruangan sedang penuh, keluarga itu duduk di bangku tunggu sambil mem

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kegelisahan Arkan

    “Duduk dulu, Mas.”Arkan tidak mengacuhkan panggilan Keira dan terus mondar-mandir. Sesekali dia berhenti dan menempelkan telinga ke kaca UGD, namun tidak ada yang bisa didengarnya.“Kaca UGD itu tebel. Suara dan kegiatan apapun yang terjaid di dalam gak bakalan bisa diketahui orang luar,” komentar Ivan.Arkan berhenti dan kembali mondar-mandir. Kali ini dia melepas peci dan menyugar rambutnya yang keriting kecoklatan.“Padahal sebelum berangkat Hana baik-baik aja. Kenapa tiba-tiba kondisinya menurun lagi?” tanya Salwa penasaran.Alissa dan Azzam tidak bisa menjawab. Mereka pun baru tahu tadi kalau pneumonia Hana kembali parah. Wanita itu bahkan muntah darah setelah sebelumnya makan siang bersama keluarga mereka.“Njenengan jangan nyalahin diri sendiri, Bu.” Salwa berkata saat melihat Alissa yang tidak berhenti menunduk dan mengusap matanya. “Ini sama sekali bukan kesalahan Njenengan.”“Tapi saya lalai menjaga dia, Bu. Ibu macam apa saya yang ngebiarin anaknya yang lagi sakit untuk pe

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Omelan dan Nasihat Humaira

    “Mbak Aira tahu kamu mau bahas apa.” Baru saja duduk, Hana sudah disuguhi ekspresi Aira yang tidak enak dilihat. “Kenapa kamu gak terus terang aja sekalian?”“Memangnya beliau mau denger?” tanya Alina balik. Dipanggilnya penjaga kantin dan minta dibawakan dua botol teh dingin. “Sampe mulutku berbusa pun Mama gak bakalan mau ngerti. Yang ada beliau malah playing victim, nyari pembenaran, lalu ngatain aku ngegas dan gak sopan.”Hana yang tidak tahu hendak melakukan apa hanya memainkan kotak tisu yang diletakkan di meja kantin.“Bukannya Mbak Aira gak mau dengerin, Nduk. Tapi gimana ya....” Aira bergerak-gerak salah tingkah, lalu melirik Hana sekilas sebelum kembali menunduk menekuni mangkuk sotonya. “Mau ngatain mamamu, nanti Mbak Aira dibilang guru yang ngajarin hal buruk. Gak bertindak, misalnya menjauhkan kamu dari beliau, kamunya makin tersiksa.”Alina mengangguk.“Mbak masih inget kejadian waktu mamamu gak percaya kamu....”“Godain laki-laki lain di luar, padahal Umi udah nyiapin p

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kemarahan Alina

    “Gimana kabar keluarganya Mbak Alina?”“Ya begitu-begitu aja. Kamu berharapnya gimana?” balas Alina enteng. Sejak tadi, tangannya tidak berhenti memainkan tutup toples permen, membuat Hana gemas dan ingin melakban tangannya sekalian.“Mbak Alina bisa untuk gak peduli sama mereka lagi?”Alina mendongak, kebingungan tersorot dari iris matanya yang berwarna hijau.“Maksudku, Mbak Alina bisa gak peduliin ucapan buruknya Mama lagi? Mau beliau nyumpahin Mbak Alin kek, mau ngata-ngatain Mbak Alin kek, gak usah dipeduliin. Anggap aja angin lalu....”“Memangnya kamu dulu bisa kayak begitu?” tanya Alina balik. “Empat tahun lalu kamu bisa diam waktu Tante Naira ngatain kamu? Aku udah diam hampir seumur hidupku, Han! Gak bisa disamain dengan kamu yang langsung ngamuk dan lempar-lemparin piring ke dinding!”Hana tertegun. Ini pertama kalinya dia melihat Alina hilang kendali, dan perasaan bersalah mulai menelusup masuk ke hatinya.“Berapa kali Mamaku bilang gak mau peduli lagi sama aku dan Mas Fauz

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Perhatian Kedua Putri dan Cerita Tentang Alina

    “Umi baik-baik aja?”Alissa mengangguk. Pandangannya tidak lepas dari Hana yang sibuk mengerjakan ini-itu. Ditepuknya space kosong di sebelahnya dan berkata, “Duduk sini, Nduk.”“Sebentar, Umi. Hana beresin obatnya dulu biar nanti gak ribet nyarinya.”“Biar aku aja, Mbak,” tawar Rayya.“Gak usah. Kamu duduk aja.”Rayya merengut, namun dia tidak melawan dan terus memijit kaki ibu mertuanya.“Sini dulu, Han.”Barulah Hana menghentikan pekerjaannya. Diletakkannya lap di pinggir meja dan duduk di sebelah Alissa.“Umi jangan sakit-sakit terus. Nanti kalau Umi sakit, gak ada yang bisa diajak ngobrol dan diskusi lagi,” ucap Hana sambil memperbaiki selimut.“Rayya sama kakak-kakakmu kan ada.”“Hana pengennya sama Umi.”“Arkan juga ada. Kenapa kamu nyarinya Umi terus?” tanya Alissa lagi.“Hana cuma bisa ketemu dia pas malam aja. Siangnya sibuk kerja terus.”“Mas Arkan kan kerja buat Mbak Hana sama anak-anak juga,” sahut Rayya.“Ya udah. Gak usah kerja aja kalau gitu. Di rumah aja,” balas Hana

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Takut Kehilangan

    “Mas mau pulang sebentar nengok anak-anak. Kamu mau disini?”Hana mengangguk.“Yakin? Kamu nanti sendirian lho. Mas-mas sama Mbak-mbak yang lain kan pada sibuk,” lanjut Arkan.“Nanti kalau Umi kebangun terus nyari aku, kasihan Mas. Abah juga belum balik dari mushola soalnya.”Arkan akhirnya mengangguk. Dipeluknya Hana erat-erat dan menciumi seluruh wajahnya, kemudian menatap ibu mertuanya yang tertidur pulas.“Kalau capek, langsung istirahat ya. Jangan maksain diri.”Hana mengangguk. Diantarnya Arkan ke luar, kemudian duduk di pinggir ranjang dan menatap wajah Alissa lekat-lekat. Tangannya lantas terulur dan meraih tangan Alissa dan menempelkannya di pipi.“Cepet sembuh, Umi. Jangan tinggalin Hana dulu,” bisik Hana pelan.Masih teringat jelas olehnya kejadian tiga jam lalu dimana Alissa ditemukan di kamar dalam keadaan pingsan. Seisi rumah seketika panik, dan Azzam yang baru pulang langsung membawanya ke mobil dan meminta Arkan untuk secepatnya ke rumah sakit.“Hana mohon, Ya Allah. J

DMCA.com Protection Status