Ketika menyebutkan kemungkinan memiliki anak, Riana merasa lebih malu. Dalam pembelaannya, dia menjelaskan, "Karena kamu bilang bahwa kakekmu ingin meneruskan warisan keluargamu.""Kita nggak perlu punya anak kalau kamu nggak menginginkannya," ucap Adrian meyakinkannya. "Kakekku nggak perlu tahu hal itu nggak ada dalam rencana kita.""Apa aku nggak ingin punya anak?" tanya Riana kepada dirinya sendiri. Tentu saja, dia menginginkannya. Namun, apakah memiliki anak adalah keputusan tepat ketika tidak ada cinta di antara dia dan Adrian?"Kalau kamu ingin punya anak tapi nggak ingin berhubungan intim, kita bisa mengaturnya," saran Adrian dengan tenang. "Di zaman modern sekarang ini, segalanya mungkin.""Jangan terlalu memikirkannya. Kita jalani saja dulu," usul Adrian. "Apa ada yang lainnya?""Apa aku- apa aku boleh tidur di kamar yang berbeda?" tanya Riana dengan gugup."Tentu saja. Itu sudah pasti. Kamu akan punya kamarmu sendiri dan aku punya kamarku sendiri," jawab Adrian tanpa ragu. "P
Kilas balikLebih dari enam tahun lalu di Widenia.Adrian baru saja berusia dua puluh satu tahun. Dia suka bermain ski es. Abas Nugroho, kakek Adrian, membeli vila di Widenia karena kecintaannya pada olahraga tersebut.Vila itu adalah rumah bata empat lantai yang terletak di puncak bukit. Setidaknya setahun sekali, seluruh Keluarga Nugroho mengunjungi vila ini.Adrian baru saja kembali ke puncak bukit setelah memeriksa jalan setapak untuk memastikan tidak ada puing yang tidak diinginkan. Dia menatap kakeknya, yang berdiri di balkon lantai dua, dan Adrian melambaikan tangan. "Siap untuk pertunjukan, Kakek?"Kakek Adrian, Abas Nugroho, berdiri siap dengan kamera videonya, melambangkan dukungan dan kebanggaannya yang tidak tergoyahkan atas keterampilan cucunya."Kakek siap saat kamu siap, Adrian!" serunya, suaranya penuh dengan semangat.Dengan seringai percaya diri di wajahnya, Adrian mengenakan helm dan kacamata skinya. Dia melompat di tempat untuk memeriksa apakah skinya dalam kondisi
"Ibu Anda sudah membaik, Bu Riana. Kita perlu melatih otot-ototnya, termasuk jantungnya. Dia nggak bisa menggunakan tubuhnya karena koma sehingga kehilangan banyak kekuatan.""Beruntung dia segera mendapatkan pertolongan medis setelah mengalami serangan jantung. Serangan itu nggak menyebabkan kerusakan pada otaknya.""Membuatnya bergerak itu sangat penting. Kita akan mulai dengan terapi okupasi sederhana.""Minggu depan, kita bisa memindahkan ibu Anda ke kamar pribadi. Pak Adrian sudah meminta dua orang perawat untuk merawat ibu Anda dua puluh empat jam sehari."Riana berdiri di samping ranjang rumah sakit Ranita, mendengarkan tiga dokter. Selama beberapa hari terakhir, tiga dokter spesialis telah mengunjungi ibu Riana. Para dokter tersebut adalah yang terbaik di bidangnya, dan Riana sangat berterima kasih kepada Adrian karena telah mengundang mereka.Baik Riana maupun Ranita sangat diperhatikan di RS Nugroho. Ke mana pun Riana pergi, staf selalu tersenyum kepadanya atau bertanya apaka
Lanjutan kilas balik"Dalam bidang perhiasan, membuat kesan adalah keharusan," kata Adrian selama presentasinya. "Toko harus berlokasi strategis di lokasi utama. Tenaga penjualan harus dilatih untuk mengetahui kualitas perhiasan. Mereka harus berpenampilan menarik dan tahu rekomendasi terbaik untuk klien."Ketika Adrian mempresentasikan rencana pemasarannya kepada kelas, dia menerima pujian. Rencananya hebat! Namun, metodenya tradisional dan hanya berlaku untuk perusahaan besar. Bagaimana dengan perusahaan rintisan?'Toko? Tenaga penjualan? Riana memutar matanya sambil mendengarkan. 'Kurasa dia sekaya itu.'Riana sudah tahu bahwa Adrian telah memberi tahu dosen tentang bekerja sendiri. Jadi, Riana lepas dari tanggung jawab atas apa yang akan dilakukannya. Riana bertekad untuk mengalahkan Adrian dalam permainannya sendiri. Adrian mungkin seorang mahasiswa jurusan bisnis, tetapi perhiasan adalah keahlian Riana.Ketika giliran Riana, dia berdandan dengan gaya dan mengenakan perhiasan mode
Kilas BalikTujuh tahun lalu, Universitas Aruna berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan di tepi pantai. Banyak mahasiswa mendaftar untuk melakukannya karena akan mereka mendapatkan nilai tambahan.Riana dan temannya Krista baru saja selesai memungut sampah di tepi pantai ketika Riana berkata, "Rasanya aku ingin minum yang segar-segar. Ayo kita pergi ke bar!""Ya, aku juga," kata Krista. "Ayo kita ke sana!"Krista adalah seorang mahasiswi jurusan seni, sama seperti Riana. Mereka banyak menghadiri kelas yang sama, jadi bisa dibilang bahwa Krista adalah salah satu sahabat Riana di kampus.Mereka telah menyerahkan semua sampah yang mereka kumpulkan kepada perwakilan kampus lain sebelum pergi ke restoran dan bar terapung. Bar tersebut berada di ujung dermaga yang panjang, dan banyak mahasiswa yang menuju ke arah sana. Beberapa berjalan kaki sementara beberapa yang lain mengendarai sepeda.Ketika Riana dan temannya akhirnya tiba di bar dan restoran, dia bertemu dengan dua pemuda terkenal y
Kembali ke masa sekarang.Di kantor pusat PT Nugroho.Adrian mengangkat dagunya tinggi-tinggi saat dia mengarahkan kursi rodanya menuju ke ruang konferensi. Ada keributan yang tengah berlangsung, dan dia tahu alasannya."Ini adalah proyek ketiga yang diambil oleh PT Bhimasakti dari kita.""Yah, mereka juga memiliki pabrik logam. Jadi pantas saja mereka bisa memberikan penawaran yang lebih rendah.""Ini bukan hanya karena tawarannya!" Ayah Adrian, Alfin Nugroho, berkata, "Dari informasi yang telah kukumpulkan, PT Bhimasakti menawarkan untuk mendesain ulang Ambrosia Entertainment Plaza. Mereka telah menemukan kesalahan dalam desain awal!""Mereka mendapat dukungan karena telah melampaui pelayanan mereka!" Alfin menambahkan. "Kenapa kita nggak melihatnya? Huh! Bukankah kita mempekerjakan insinyur terbaik? Kita telah kehilangan tender proyek senilai 15 triliun!""Fredy, Bagas? Jawab pertanyaanku!" seru Alfin.Saat itu, Adrian muncul di hadapan mereka. Ekspresinya yang tenang membungkam sem
Pada hari Rabu pagi, Riana membaca pesan teks dari Departemen Sumber Daya Manusia PT Pusaka Jaya.[ Bu Riana, Anda harus mengambil barang-barang Anda, kalau tidak Pak Beni akan membuangnya. ]Setelah membaca pesan tersebut, dia langsung melihat jam dinding dan mengerang, "Sepertinya tidur di kamar ini membuatku bangun kesiangan lagi."Saat itu jam 10 pagi. Sejak Riana pindah ke rumah Adrian, dia selalu bangun kesiangan."Beni benar-benar nggak punya perasaan! Apa dia lupa kalau aku pernah menjadi istrinya selama empat tahun? Dia selingkuh, lalu menceraikanku. Sekarang dia ingin membuang barang-barangku," gumam Riana.Dia pun langsung membalas pesan tersebut.[ Saya akan mengambil barang-barang saya hari ini. ]Berhubung pemecatannya tidak dilakukan secara formal, Riana tidak pernah mengambil barang-barangnya dari kantor.Riana bergegas mandi dan berganti pakaian. Ketika menuruni tangga, dia melihat Linda tengah melihat-lihat beberapa foto dari album lama di ruang tamu."Oh, selamat pa
Ranita bertanya pada Riana yang sedang membuat sketsa desain perhiasan lainnya, "Apakah rumah sakit ini aman, Riana?"Riana mengangkat alisnya dan menjawab, "Tentu saja, Bu. Memangnya ada apa?"Ranita mengerutkan kening dan berkata, "A-Aku ...." Dia bersandar di ranjang rumah sakitnya dan melanjutkan, "Nggak mau kena serangan jantung lagi."Ranita sudah dapat berbicara lebih baik sekarang, meski suaranya masih lemah. Mendengar kekhawatiran ibunya, dia duduk di tempat tidur di sebelah Ranita dan meyakinkan, "Kita berada di rumah sakit baru, Bu. Rumah sakit ini aman dan terjamin. Nggak ada seorang pun orang dari pihak Clara yang akan mengganggu kita. Selain itu, ada Mira dan Lauren yang akan selalu ada di sini menjagamu."Mira dan Lauren adalah pengasuh Ranita. Mereka bergiliran merawat Ranita, terutama saat Riana tidak ada."Nggak ada orang lain yang bisa masuk ke sini?" tanya Ranita."Ya, Bu. Adr ... um maksudku, aku telah memberi mereka instruksi khusus untuk nggak mengizinkan orang l
"Suamimu membayar operasi Clara serta biaya hidup keluarganya termasuk makanan dan sewa. Dia juga baru saja menanggung biaya apartemen mereka di Caraka Indah," lapor Adrian.Banyak informasi terungkap, termasuk bagaimana Burhan meminta sekretarisnya untuk menyuap teknisi laboratorium di RSU Aruna agar memalsukan tes DNA.Anak buah Adrian mendapatkan informasi dari teknisi laboratorium, termasuk tangkapan layar komunikasi mereka dengan sekretaris Burhan.Bukti itu sudah tidak terbantahkan, terutama karena Cindy memiliki kontak sekretaris Burhan di daftar nomornya.Setengah jam berlalu. Riana membantu Cindy duduk. Cindy meneliti setiap bukti di atas meja, tubuhnya gemetaran akibat pengkhianatan yang begitu nyata. Semua orang bisa melihat bahwa dia sangat marah.Hati Riana sakit melihat Cindy. Dia bersimpati. "Maaf kami harus memberitahumu. Kami nggak ingin ikut campur dalam hubunganmu, tapi kami juga nggak bisa menutup mata."Riana menjelaskan bagaimana Clara menghancurkan pernikahannya.
"Ini adalah peluang besar," ujar Cindy sambil melangkah masuk ke Hotel Platinum."Ya, tapi siapa orang ini? Kenapa begitu misterius?" tanya Burhan pada istrinya."Dia bilang kamu akan terkejut! Jadi, aku akan merahasiakannya sampai kita tiba di tempat pertemuan." Cindy berkata sambil meletakkan satu tangan di pinggangnya. "Ayo."Mereka akan bertemu dengan calon pembeli Farmasi Asri. Bukan berarti mereka berencana menjualnya, tetapi karena seseorang menyatakan ketertarikan, Cindy dan Burhan mempertimbangkan untuk bermitra atau menjualnya dengan harga yang sangat tinggi.Anehnya, Cindy berkata bahwa pembeli itu ingin tetap misterius, setidaknya bagi Burhan. Kenapa?Sayangnya, Burhan tidak bisa mendapatkan jawaban dari istrinya. Jadi, dia hanya mengikuti langkahnya menuju sebuah ruang konferensi kecil. Seorang pria dengan ekspresi serius telah menunggu mereka. Dia berkata, "Namaku Juna. Bos akan datang sebentar lagi."Burhan dan Cindy menunggu dengan cemas. Hanya butuh lima menit sebelum
"Itu cuma Viagra. Jadi santai saja. Kalau pun kamu meminumnya, paling buruk, kamu cuma bakal ereksi," kata Zia kepada Kris, sambil menunjukkan kemasan yang ditemukan di tas Clara."Zia, aku merasa perlu membersihkan diri selama sebulan," keluh Kris.Tawa kecil lolos dari bibir Zia. Dia menanggapi, "Dia bukan penderita Ebola! Dia cuma punya kelamin yang kotor.""Kamu serius? Bukankah kita baru menyimpulkan kalau dia mau berhubungan seks denganku? Itu sangat menjijikkan!" seru Kris, memasang ekspresi jijik.Sementara Zia tertawa, Kris menceritakan kejadian saat makan siang dan makan malam dengan Clara dan Maria. Mereka juga membahas keberhasilan rencana mereka untuk menjalankan tes DNA. Setelah itu, Kris bertanya, "Jadi, Viagra itu yang bikin dia pingsan?""Yap. Viagra bisa menurunkan tekanan darah, dan mungkin itu yang terjadi padanya, apalagi dia memang sudah merasa mual, seperti yang kamu bilang." Zia mengonfirmasi. "Tapi kamu membawanya ke sini, jadi semuanya berjalan sesuai rencana.
Krista sedang merajuk di pantai. Selama beberapa malam terakhir, dia terus datang ke tempat yang sama, mencoba memikirkan apa yang harus dilakukan dalam hidupnya sejak kehilangan pekerjaannya.Sambil duduk di area paling gelap di tepi pantai, dia memeluk dirinya sendiri. Dia mengenakan jaket hitam dan celana jeans, menyatu dengan kegelapan.Saat itulah Krista melihat sepasang kekasih berjalan melewatinya. Dia tidak bisa melihat pria tinggi itu dengan jelas, tetapi gadis berbaju merah itu tampak sangat familier. Setelah mengamati beberapa saat, dia menyadari bahwa itu adalah Riana!"Apa yang Riana lakukan di sini? Siapa pria yang bersamanya?" Krista mulai mengikuti mereka. Keduanya begitu tenggelam dalam dunia mereka sendiri hingga tidak menyadari keberadaannya.Tak lama kemudian, Krista mendapat pandangan yang lebih jelas tentang wajah gadis itu dan memastikan itu memang Riana. Kemudian, dia melihat Riana mencium pria misterius yang mengenakan topi itu."Aku nggak percaya ini!" seru Kr
"Dari Hendri ke Burhan, lalu Geri, dan kemudian Beni," Clara bergumam. "Pria yang tertarik padaku semakin muda setiap saat!""Kristian hampir seumuranku. Dia baru dua puluh lima tahun! Ini bisa berhasil, Bu!" Clara berseru di kamarnya sambil berputar."Dengar aku, Clara. Kamu harus menjebak pria ini. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan tidur dengannya!" Maria menyatakan.Clara memanyunkan bibirnya. Dia berkata, "Tapi Bu, aku sedang hamil.""Itu nggak masalah. Seks tetaplah seks! Jangan sia-siakan operasi payudaramu dan manfaatkan sebaik mungkin besok!" Maria memberikan jempol sebelum keluar dari kamar.Saat Clara sendirian, dia memikirkan Kristian. Dia menghela napas dan berkata, "Oh Tuhan, dia benar-benar tampan."Dia masih merasa wajahnya familier, tetapi tidak bisa mengingat dari mana. Meski begitu, memikirkan berhubungan seks dengannya membuatnya bersemangat. Saat bersama Beni, setidaknya dia masih bisa menikmati orgasme secara rutin, tetapi berkat Adrian dan Riana, semua
Di lobi Caraka Indah, Clara dan Maria muncul untuk menyaksikan percakapan antara pemilik gedung dan seorang pria yang tampak sangat kaya."Siapa itu?" Maria bersiul, matanya berbinar saat memandangi pria tak dikenal itu."Dia kelihatan kaya, Bu," komentar Clara.Pria yang berdiri beberapa meter dari mereka mengenakan setelan biru yang dijahit dengan rapi, dengan kancing manset berlian di kemejanya. Sosoknya tinggi dan gagah, dengan fitur wajah yang tegas, rambut pirang gelap yang dipangkas rapi, dan kacamata berbingkai hitam."Tapi dia kelihatan familier, sepertinya aku pernah melihatnya sebelumnya," kata Clara sambil memiringkan kepala untuk melihat wajahnya lebih jelas."Mungkin di majalah bisnis?" bisik Maria."Mungkin," jawab Clara."Pak Kristian, kami sangat senang mendengar Anda mempertimbangkan untuk membeli seluruh gedung apartemen ini. Kami sudah menawarkannya selama setahun terakhir, tapi banyak yang bilang harga yang kami pasang terlalu tinggi." Pemilik gedung mengakui."Ber
Beni menangis mendengar perkataan Adrian.Adrian benar! Riana tampak jauh lebih bahagia dan puas sekarang setelah bersamanya, sesuatu yang gagal diberikan Beni padanya.Beberapa hari terakhir, Beni merenungkan apa yang telah dia kehilangan. Dia ingin Riana kembali, tetapi sayangnya, dia sudah menikah dengan Adrian.Masalah dengan Clara membuat dia sangat tersadarkan.Tentu saja, ditambah fakta bahwa Riana pernah mengandung anak mereka. Beni sebenarnya memiliki kehidupan yang sempurna, tetapi dia menghancurkannya karena tidak bisa menahan diri.Saat Beni terisak, Adrian membentak, "Pukulan itu untuk semua rasa sakit yang kamu berikan pada Riana, untuk malam-malam dia menangis karenamu dan untuk rasa sakit yang sama yang kamu berikan pada Bu Ranita!""Selama berbulan-bulan setelah dia mengetahui perselingkuhanmu, Riana kehilangan sebagian dari dirinya sendiri dan aku membencimu karena itu!" Adrian menambahkan. "Tapi, meskipun aku sangat membencimu, aku rasa istrimu yang sampah itu perlu
Siapa atau apa yang menginspirasimu untuk menciptakan Takhta Nugraha? Sungguh luar biasa bagaimana satu set perhiasan pria bisa meraih ketenaran begitu besar hanya dalam waktu seminggu setelah peluncurannya," tanya pembawa acara TV kepada Riana, menyoroti kesuksesan tak terduga dari koleksi tersebut.Sebagai bagian dari strategi pemasaran PT Adriana, mereka secara strategis memanfaatkan wawancara singkat berdurasi sepuluh menit yang disiarkan langsung di TV nasional. Meski singkat, waktu itu lebih dari cukup untuk meningkatkan profil mereka."Takhta Nugraha sebenarnya terinspirasi oleh suamiku," jawab Riana dengan senyum. Matanya berbinar melalui layar televisi dan senyumnya semakin lebar. "Dia nggak terlalu suka memakai perhiasan yang terlalu mencolok, itulah sebabnya sebagian besar set perhiasan ini dilapisi enamel hitam.""Kenyataannya, nggak banyak perhiasan yang dirancang untuk pria, jadi aku pikir itu juga berkontribusi pada kesuksesan koleksi ini." Riana menyentuh dadanya dan me
"Maria! Buka pintu!" teriak Beni sambil menghantam pintu apartemen."Buka pintunya, dasar nenek lampir! Berani-beraninya kamu menipuku?" teriak Bianka.Sementara itu, Dustin terus menelepon kantor administrasi gedung karena Maria dan Clara tidak mau membuka pintu apartemen."Kamu nggak punya kuncinya, Beni?" tanya Dustin."Aku memberikannya pada mereka," jawab Beni dengan frustrasi.Saat itu juga, sebuah keluarga tiba dan bertanya, "Permisi? Kenapa kalian menggedor pintu unit kami? Ada masalah apa?"Beni kebingungan. Dia menyipitkan mata dan bertanya, "Apartemen kalian? Ini unit milikku."Pria dan istrinya saling berpandangan dengan bingung. Wanita di sebelah pria itu berkata, "Kami membeli apartemen ini seminggu yang lalu dari Clara Damanik. Apa kalian sedang mencoba menipu kami? Apartemen ini atas nama dia!""Apa?" Beni bertanya dengan ngeri. Dia mengulang, "Clara menjual apartemen ini?""Ya, kami kebanyakan berurusan dengan ibunya, Maria," kata pria itu. "Omong-omong, siapa kalian?"